VenArs#5

274K 14.2K 514
                                    

Setelah sampai sekolah aku pun turun dari motor Mars. Dan saat itu juga banyak sekali tatapan-tatapan tajam Tapi aku hanya menghiraukan apa yg di omongin para fans Mars. Nanti juga terbiasa.

Aku pun telah sampai di depan kelasku dan tatapan paling mengerikan adalah Putri. Masih ingat Putri? Fans Mars yg paling agresif dan dandanan nya kaya tante girang itu.

Aku pun duduk di bangku ku. Bersama sahabat baruku yg asik dengan dunianya sendiri. Seperti Vanessa yg sedang ngaca. Aku tau Vanessa memang feminim dan sering banget dandan. Namun ia tidak seperti Putri yg ampe kaya papan karambol itu. Yuvi yg sedang membaca buku pelajaran. Begitu juga dengan Denna yg sedang bermain game di hp nya. Aku yg merasa terabaikan karna temanku sibuk sendiri pun membuka handphone ku dan mendengarkan lagu favorite ku.

Tak lama ada yg memanggil.

"Eh cabe! Lo ga pantes jadi pacar Mars," ucap seseorang dengan nada tinggi dan bahkan lagu yang ku dengarkan dengan volume paling tinggi pun kalah oleh suaranya. Aku pun melepas earphone dan teman-temanku ikut menengok ke arah Putri. Ya seseorang itu adalah Putri.

"Emang gue bukan Pacar Mars!" Ucapku dengan menaikan sebelah alis dan tiba-tiba ia menggebrak meja lalu membuat handphone yang kutaruh di meja pun otomatis jatuh karna senggolan tangannya.

Dan menjadi belah dua. Iya belah dua cassing nya kebuka.

Oh my god handphonde kesayanganku yang di kasih sama pacarku dulu waktu ulang tahun ini kenangan terindah karena cuma ini satu-satunya peninggalan pacarku dulu dan sekarang dia sudah tenang di alam sana.

"Lo nantangin gue!" Ucapnya dengan berapi-api. Begitu pun juga aku yang marah peninggalan pacarku dulu dan sekarang sudah tinggal bekas. Aku segera mengambil hp ku dan menaruhnya di kolong untuk sementara.

"Lo yang nantangin gue! Lo kalau suka Mars apa hubunganya sama gue!" teriakku dan membuat semua kelas menengok kearahku beserta paprika ini.

"Karena lo deket sama Mars!"

"Apa urusanya kalo gue deket sama Mars? Hah? Kenapa lo selalu sangkut pautin semua tentang Mars ke gue?! Lo terlalu agresif! Coba bayangin kalo lo kaya gini trus lo ketemu Mars sama mamanya dan lo gatau itu mamanya trus lo bentak mamanya bahkan sampe jambak. Itu bisa malu-maluin lo! Lo harusnya mikir sebelum bertindak!" Bentakku dan Putri hampir melayangkan tangannya ke pipiku hingga sebuah tangan menahanya.

"Pergi!" Ucap seseorang datar dan dingin juga singkat.

Aku pun mendongak dan mendapati Mars yg sedang menahan tanganya dan setelah itu ia sentakan dengan kasar. Putri pun pergi dan ketempat duduk nya sambil menyumpah serapahiku. Aku pun balik badan untuk melihat ke arah mejaku dan Mars menahan tanganku.

"Lo gapapa?" Tanyanya dan aku hanya menggelengkan kepala juga melepaskan pegangannya.

Saat aku kembali kemeja dan melihat handphone ku. Aku pun membenarkanya kembali dan kucoba menyalakan namun tetap tak bisa. Aku pun menitikan air mata. Bagaimana kalian tak sedih? Peninggalan satu-satunya dari orang yg kita sayang rusak dengan hal yg tidak wajar sama sekali.

"Ven lo kenapa nangis?" Ucap Vanesaa pada ku.

"Handphone gue Sa," ucapku lirih.

"Ntar gue ganti yah," ucapnya enteng.

"Ini ga bisa di ganti oleh apapun! Ini peninggalan satu-satunya dari orang yang gue sayang. Mungkin banyak yg bilang hp lo butut, hp lo ga bagus, hp lo blablablabla. Gausah ngomong kaya gitu juga gue bisa beli! Cuma ini hp kesayangan gue dan sampai matipun gue tetap sayang!" Ucapku sedikit berteriak dan masih menitikan airmata.

"Ya tap--"

"Udah okeh!" Ucapku sambil angkat tangan. Sesegera mungkin aku mengambil jaket di tasku.

Aku memakai nya dan aku juga mengambil handphone kesayangan ku beserta tas. Saat aku ingin keluar seseorang menahan tanganku.

"Kemana?" Tanyanya dan tanpa aku menegok aku sudah tau ini siapa. Ini adalah Mars. Akupun menyentakan tangan ku pelan.

"Pulang," ucapku.

"Gue anter," ucapnya.

"Ga." ucapku dan langsung pergi.

Aku pun keluar kelas dan menemui guru dan menanyakan mengapa aku pulang aku pun bilang bahwa aku sakit dan guru itu pun percaya, ya bagaimana tidak percaya aku sangat frustrasi dan mukaku pasti sangat pucat apabila aku sedang frustrasi.

Aku pun menuju gerbang dan tak sengaja mataku melihat sepedaku. Ah iya aku lupa kemarin kan aku menebeng di Mars dan meninggalkan sepeda pemberian bapakku.

Aku pun menggambilnya dan menaiki sepedaku menyusuri setiap jalan. Yang jelas tidak kerumah Mars. Aku tidak ingin ke rumah Mars bila keadaanku sedang kacau. Dan aku pun berhenti di sebuah danau. Disini sepi? Padahal ini tempat sangat indah apalagi di dekat danau ini ada rumah pohon.

Aku pun menggeletakkan sepedaku asal, duduk di tepi danau sambil memainkan air nya. Dan saat itu juga aku mendengar suara orang berjalan kearahku namun aku hiraukan. Hingga tiba-tiba orang itu menepuk pundakku dan membuatku kaget hingga air yg ku mainkan terkena ke arahnya.

"Eh sorry sorry ga sengaja abis lo ngagetin gue sih." ucapku.

Dan saat dia membuka tangannya untuk memperlihatkan mukanya. Aku merasa kenal dengannya dan ya aku memang kenal dia adalah Dean teman Mars.

"Iya gapapa btw ngapain kesini?" Ucapnya.

"Lo kali yg ngapain kesini nguntit gua yah?" Ucapku sambil menunjuknya dan aku baru sadar ia tak memakai baju seragam sekolah, "lo ga sekolah?" Lanjutku.

Dia hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Engga aja lagi males sekolah, lebih enak disini!" Ucapnya sambil duduk dan memandang lurus kedepan.

"Oh. Eh btw lo kenapa disini?" tanyaku.

"Ini tempat favorite gue kali. Dan disini cuma gue yg tau karna tempat ini sangat terpencil temen-temen gue aja gatau tempat ini dan tiba-tiba lo tau tempat ini berarti ini tempat kita berdua!" Jelasnya dan membuatku mengerenyitkan dahi ya tempat ini sangat sepi.

Mungkin aku kesini dengan pikiran yg kosong dan membuat aku berada di sini. Aku pun hanya menggagukkan kepala.

"Lo kenapa ga sekolah?" Tanya nya.

"Masalah," jawabnya.

"Masal--" ucapanku terhenti saat ia memotongnya.

"Jangan di bahas,"

"Okeh."

Sudah beberapa menit hanya diisi dengan keheningan dan aku mulai memecahkan suasana.

"Itu rumah pohon siapa?" Tanyaku sambil menunjukan rumah pohon.

"Gue, mau masuk?" Tanyanya dan aku dengan semangan menggaguk. Ia pun berdiri dan segera ke atas pohon untuk membuka pintunya.

Aku pun mengikutinya dan hampir saja terpleset oleh tangga yg sudah berlumut ini ya sebab aku memakai sepatu mungkin.

Aku pun sudah sampai di dalam dan duduk menghadap danau. Ya pokoknya rumah pohon itu setengah nya kebuka dan memperlihatkan danau. Disini sejuk dan sangat damai aku suka suasana ini.

"Dean numpang bahu lo ya buat nyenderan," ucap ku.

"Oh iya gapapa dengan senang hati," ucapnya sambil tersenyum.

Aku pun senderan di bahunya dan menikmati udara sejuk dan pemandangan indah. Samar samar aku mendengar dia mengucapkan "gue suka lo," dan aku hanya membiarkan saja toh. Siapa tau aku salah denger!

💋💋💋
To be continue

Typo everywhere~

Venus Dan MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang