Venus PoV
Disinilah aku di rumah Dean lagi, aku berencana untuk tinggal di rumahnya sementara waktu. Sejak kejadian pagi tadi, rasanya aku sangat malas untuk melihat wajah brengsek itu.
Dia yang seperti orang gila kesana kemari mencariku seperti lagu Ayu Ting Ting, dia yang meminta balikan padaku, dia juga lah yang bilang pada Via bahwa aku dan dia telah putus tiga hari yang lalu, yaa putusnya itu sejak pertama kali Via datang dan merusak segalanya.
Jangan berfikir aku bodoh memberi kesempatan kedua pada Mars, karena aku juga masih mempunyai akal sehat untuk memberi kepercayaan pada cowok yang kucintai tersebut, namun bagaimana jika aku telah di sakitinya berkali-kali? Tentu saja kepercayaanku padanya perlahan mulai sirna.
Aku juga mempunyai perasaan walau kata temanku, aku terlalu baik untuk mempunyai hubungan khusus dengan Mars, maka dari itu aku telah gampang di bodohi, di sakiti terus menerus tapi aku tetap memeberinya kesempatan.
Mulai saat ini aku tidak ingin kalah oleh keadaan dan lemah di hadapan mereka, mereka belum lihat Venus yang asli bagaimana. Bukan! Bukan berarti aku mempunyai kepribadian ganda, hanya saja aku ingin menunjukan bahwa tak selamanya orang diam selalu mengalah.
Aku juga manusia, aku punya perasaan untuk di hormati, aku punya hati untuk dikasihi dan aku punya kesabaran atas tindakan-tindakan yang membuat aku semakin hari semakin lelah.
"Baju gue gimana Val?" tanyaku pada Dean yang kini tengah asik bermain playstation.
"Udah ada di depan tenang aja," ucap Dean masih fokus dengan ps nya.
"Kok bisa?" tanya ku, ya bagaimana aku tidak bingung. Sedangkan aku baru beberapa menit yang lalu sampai sini.
"Tadi pas kita jalan menuju sini, lo kan melamun terus, jadi gue punya firasat lo gak mau keruma Ma--" ucap Dean terpotong.
"Jangan sebut namanya," ucapku kesal.
"Oke, jadi, gue punya firasat kalau lo pasti gak kau kerumah dia lagi karena kejadian tadi, maka dari itu gue nyuruh Pak Emin untuk mengambil barang-barang yang ada di rumah lo, di bantu Bi Enah tepatnya, sebelum dia datang kerumah untuk mengejar lo, walau nyatanya emang gak ngejar sih," jelas Dean panjang lebar dan saat kata-kata terakhir ia kengecilkan suaranya namun masih dapat ku dengar, aku hanya tersenyum menatap Dean, dia sahabat cowok paling baik yang pernah aku temui.
"Makasih Valeen, lo sahabat cowok yang paling the best lah," ucapku seraya mencubit kedua pipinya dan aku langsung kabur keatas kamar tamu yang akan menjadi kamarku nanti, sempat aku mendengar Dean yang sedang mencak mencak karena pipinya sakit akibat cubitanku. Haha maaf Dean aku tidak bermaksud, hanya saja aku sedang senang di saat yang bersamaan dengan sakit di hatiku. Batinku.
🌞🌞🌞
Aku terbangun saat merasakan sinar mentari yang menyengat membuat aku harus mengerjapkan mataku untuk menyesuaikan sinar itu.
Kulihat jam yang berada di dinding, ternyata sudah jam setengah enam, oh tidak. Aku lupa sholat subuh, segera aku pergi ke kamar mandi dan baru mengetahui bahwa aku sedang datang bulan. Segera saja aku mandi untuk pergi sekolah.
Setelah mandi aku pun segera memakai seragam sekolahku yang entah sejak kapan sudah tertata rapih di lemari juga barang-barangku yang lainnya, terutama boneka kesayanganku yang dapat dari kekasihku dulu.
A
ku pun turun kebawah dan melihat Mamahnya juga Dian yang sedang berada di dapur meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus Dan Mars
Novela Juvenil[Attention : Cerita ini dibuat saat saya belum paham soal bahasa kepenulisan, maka dari itu banyak kata-kata atau bahkan tidak sesuai EYD, untuk mengedit ulang adalah sebuah kemalasan saya :v] [COMPLETE] #60 in Teenfiction [6 Februari 2017] "Senyum...