Hermione melirik di jam diatas perapian dan terus mondar-mandir cemas di ruang tamu kecil itu. Ii hampir mendekati siang yang berarti bahwa dia telah mondar-mandir lebih dari satu jam. Dia tadi kedapur mengambil makan siang dengan cepat, hanya dua gigitan. Dia telalu cemas untuk makan. Dia mengingat misinya dan Draco yang akan dilakukan merupakan misi yang sederhana. Bahkan tidak bisa dibandingakan dengan apa yang dia lakukan bertahun-tahun. Tapi bahkan pikiran positif itu, dia tetap saja gugup. Dia tak pernah melakukan misi setelah perang. Dia mencoba mengatakan pada dirinya sendiri, misi ini tidaklah seperti yang terjadi di perang, ini lebih seperti Dia, Harry, dan Ron menyelinap keluar saat mereka masih murid Hogwarts. Tapi kemudian mengingat semua perbuatannya melanggar aturan itu dan itu membuatnya mual. Dia menghela nafas dan menatap jam lagi. Saat jarum jam tepat menunjukkan waktu, perapiannya menjawab. Dia berhenti dan melihat Dracao melangkah masuk ke ruang tamunya.
"Hi," sapa Hermione. Dia bisa mengatakan dari cara Draco membawa diri bahwa dia sama gugupnya dengan Hermione.
"Hi."
"Kau siap untuk berangkat?" tanya Hermione.
"Ya. Dimana Potter? Aku pikir seharusnya dia disini dengan jubah. Dia bilang akan menunggu sementara kita pergi."
"Dia tadi mampir dua jam yang lalu dengan jubahnya," kata Hermione, mengambil jubah gaib di atas sofa. "Dia bicara dengan Bill kemarin dan punya janji dengan beberapa goblin di Gringotts pukul sebelas. Dia berharap bisa kembali saat kita berangkat, tapi dia bilang kita tetap harus berangkat walaupun dia tidak ada disini. Dia akan menunggu kapapun dia kembali. Dia membawa ponsel Ginny sebagai penggilan darurat. Ron juga sama. Aku yakin kita tidak membutuhkan, tapi itu tindakan pencegahan ekstra."
Draco mengangguk. "Well, kita tau rencananya dengan baik. Kau siap?"
"Ya. Ayo coba dulu sinyalnya sekali lagi. Dua ketukan?" tanya Hermione.
"Tunggu."
"Tiga ketukan?"
"lanjutkan bergerak."
"Empat atau lebih?"
"Kita pergi."
"Bagus," kataHermione terdengar puas.
"Kau tetap dekat denganku. Dibelakangku disikuku setiap saat," Draco mengingatkannya. "Aku tidak ingin kehilanganmu."
"Aku tau," jawab Hermione. "Jadi.. tidak usah menunggu terlalu lama."
Hermione mengerudungkan jubah perak ke dalam dirinya dan menghilang dibawah jubah itu. Draco mendengar langkahnya, tapi bahkan sangat dekatnya dia dengannya, dia tidak bisa mengatakan dimana Hermione dan itu membuatnya tegang.
"Kau dimana?" tanya Draco.
"Disini," jawab Hermione dari sisi kanannya. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh bahu kanannya.
"Keluarkan lenganmu keluar jadi aku bisa meng-apparate kita ke Diagon Alley," Draco sedikit memerintah lebih keras dari yang dia maksudkan. Dia merasa tegang dan dia selalu terlihat kasar kalau merasa seperti itu. Dia mengingatkan untuk menahan diri terutama pada orang yang ada disebelahnya. Mereka adalah partner hari ini, sukarela, dan dia butuh mengingat bahwa Hermione juga gugup. Hermione memindahkan tangan yang ada di pundak Draco dan Draco mencoba meraihnya, meraba kira-kira bagian lengannya. Dia merasa Hermione menaikkan lengannya untuk bertemu dengan tangan Draco dan menurunkannya kembali ke posisi semula. Draco mencoba untuk mengingat tingginya. Dia sangat butuh menyadari keberadaan Hermione. Dia menatap ke arah Hermione lagi. Draco merasa sensasi aneh untuk merasakan tangan kecil Hermione di genggamannya, merasakan bahan sutra di bawah telapak tangannya dan merasakan panas karena itu, dan tak mampu untuk melihat lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurelian (Terjemahan) -REVISI-
FanfictionAuthor By : BittyBlueEyes Penerjemah : dragonjun Sinopsis: Dua tahun setelah perang, anak kecil asing tiba-tiba mendatangi the burrow. Kedatangannya sendiri sangat mencenangkan, tetapi berita yang dia bawa tentang perang yang akan d...