11. -Air mata, Penjelasan dan Tawa-

20.7K 1.8K 296
                                    

Hello, ehm, ini terjawab di chapter sebelumnya, tapi saya cuma mau klarifikasi aja, siapa tau ada yang belum jelas. Waktu Aurelian bilang paman Fred dan ayahnya ada dikastil diatas awan waktu dia datang pertama kali itu karena George meninggal sebelum Aurelian lahir, jadi Aurelian tidak mengenal George, jadi semuanya meninggal kecuali Ginny, Charlie, Teddy, James dan Aurelian, juga Pernie.


"Hermione?" panggil Harry tak yakin ketika dia mendengar tangisan dari dapur. Harry melirik Draco dan berdiri. "Hermione?" panggilnya lagi masuk ke dapur dan perlahan berjalan mendekati meja. "Kau baik-baik saja?"

Hermione mengangguk dan terdengar tangis pelan. "Yeah, hanya.. hanya terlalu banyak."

"yeah," Harry mengakui sedih.

"Harry, aku minta maaf!" pengakuan Hermione mengagetkan Harry.

"Untuk apa?"

"Itu salahku. Dua. Dua kali aku dapat membunuhnya dan aku tak melakukannya," Hermione menangis. "Kau, Luna, Fred, Malfoy... kalian tidak seharusnya mati jika itu bukan karena untuk aku." Draco meneliti kata-kata Hermione dan mendengarkannya.

"Hermione. Ini sungguh mengelikan," kata Harry tak percaya. "Ini bukan kesalahannya, Hermione dimasa depan. Dia melakukan apa yang dia bisa. Aku yakin akulah yang mengambil semua keputusan itu. Dia tak melakukan sesuatu yang salah. Itu bukan kesalahannya dan bahkan bukan kesalahanmu. Kau tak melakukan apapun."

"Dia itu aku, Harry," Hermione mengingatkannya.

"Ya. Dia itu kau, tapi kau bukan dia. Bukan kau yang membuat semua keputusan itu. Dan jikapun kau melakukannya, itu bukan keputusan yang buruk. Jadi berhentilah menangis," kata Harry. "Kau tidak menanggung semua ini. Tapi jika kau ingin mencoba bertanggung jawab untuk semuanya, kalau begitu cobalah untuk menyelematkan semua. Itulah kenapa dia mengirim Aurelian untuk kembali kesini. Karena keputusan itu mungkin tak ada seorangpun yang akan mati nanti."

Hermione mengangguk dan mencoba menghapus air matanya. "Tidak. Jangan hanya mengangguk. Aku ingin kau percaya," paksa Harry.

"Hermione mengangguk lagi. "Aku tau... kau benar. Aku minta maaf kau bisa kembali ke ruang tamu. Aku akan.."

"Tidak, biar aku yang membuat teh. Kau duduklah," Harry menawarkan.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku dapat-"

"Duduk," perintah Harry. Hermione sedikit tertawa patuh ketika Harry sudah mulai mengitari dapur. Beberapa tahun ini Harry benar-benar sudah tumbuh dewasa dan itu mengejutkan Hermione. Ketika Hermione melihat Harry, dia masih teringat bocah berusia sebelas tahun dengan sikap yang sedikit canggung, tak percaya diri dan ingin membuktikan diri. Sekarang bocah itu sudah dua puluh tahun dan sudah menjadi pemimpin yang sabar. Well, tidak selalu sabar, namun dia sedikit demi sedikit meningkatkannya. Dia tak lagi perlu membuktikan diri dan pandangannya tentang keadilan. Dia kuat dan dihormati.

"Gula... Gula..." Harry mengeramang dan dia berbalik mencari gula. Hermione berdiri dan berjalan ke arah konter dibelakang Harry. Hermione melewati lenganya dan mengambil wadah gula dan menaruhnya di nampan. "Kau yang menaruhnya di sekat pemanggang."

"Aku tau itu," kata Harry bercanda. Hermione tersenyum lembut dan berjalan bersama Harry kembali ke ruang tamu. "Maaf yang tadi," Hermione meminta maaf pada Draco.

"Tidak, tak apa," jawab Draco. Hermione memandangnya curiga. Dia menyangka Draco akan membalas dengan sedikit meremehkan dan membela diri atau tidak mengatakan apapun, tapi dia tak melakukannya sepanjang hari ini. Well, dengan ketidak sepakatan mereka dihari sebelumnya mengenai Draco tak bisa melihat Aurelian. Hermione cepat-cepat menyingkirkan pikiran itu. dia sudah banyak pikiran tanpa harus ditambah lagi.

Aurelian (Terjemahan) -REVISI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang