22. -The One-

17.2K 1.4K 946
                                    

"Hey," sapa Draco datar saat pintu flat Blaise terbuka. Dia berdiri dengan kedua tangan di kantung, merasa agak konyol muncul di rumah Blaise tanpa pemberitahuan lagi.

"Hey," balas Blaise. Dia terlihat puas dan bersandar di kusen pintu dengan tumbler batu ditangannya. "Tunggu waktu kau kemari." Dia memiringkan gelas, melihat cairan berwarna amber diaduk.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Draco kesal.

"Aku mengharapkanmu," jawab Blaise.

"Aku baru memutuskan kesini lima menit yang lalu," Draco merengut.

"Baik, tapi aku tetap mengharapkanmu. Ini selasa. Kau mencium gadis hari sabtu. Jika kau tak muncul malam ini, aku akan mencarimu besok," Blaise menyerigai. "Disini kau pergi, ayo masuk," Blaise menyamping dan menyerahkan tumbler pada Draco.

"Bajingan sombong," Draco mencibir. "Kau bahkan membuatkanku minuman?"

"Tidak, sejujurnya itu untukku, tapi aku akan menuangkan yang lain," Blaise tertawa. "Duduklah."

Draco menerima tawarannya dan duduk disalah satu kursi berlengan di depan perapian kosong.

"Well, mulai bicara," Blaise tersenyum, menuang untuk dirinya sendiri segelas wiski api Ogden's Old.

"Aku tak tau mulai dari mana," Draco mengakui, menyesap minumannya. Dia meringis, tapi senang dengan rasa terbakar yang familiar.

"Well, terakhir aku dengar, kau mencium Hermione Granger dalam kegelapan dan meninggalkannya tanpa bicara. Itu tiga hari yang lalu, apa yang terjadi waktu kau bertemu dengannya kemudian?" tanya Blaise.

"Kami.. kami bicara.. semacam itu," kata Draco, mengingat kecanggungan diantara mereka.

"Well, yang membersihkan semuanya," jawab Blaise sinis.

"Dia mengundangku makan malam," kata Draco.

"Benarkah?" tanya Blaise penuh semangat. "Aku benar kalau begitu, dia tertarik. Jadi, kapan kau bertemu dengannya?"

"Kita makan malam hari minggu," jawab Draco.

"Kau sudah bergerak?" tanya Blaise terkejut. "Dia mengajak makan malam dihari yang sama dengan pembicaraan 'semacam itu'?"

"Ya." Kata Draco, menyipitkan matanya. Dia tidak yakin apa yang membuat heran Blaise dan bertanya-tanya jika apakah dia seharusnya tersingung.

"Well, terus bagaimana? Kemana kau pergi?" tanya Blaise antusias.

"Aku pergi ke tempatnya. Dia membuat makan malam," jawab Draco. "It was nice."

"Dia memasak?" tanya Blaise, terlihat agak terkesan.

"Cukup baik," Draco tersenyum.

"Dan makan malamnya hanya 'nice'?" Blaise menekan.

"Itu.. benar-benar nice. Kita bicara banyak. Aku..." Draco terlihat kesulitan untuk mengungkapkan. "Damn it, dia orang nya, Blaise."

"Sorry?" tanya Blaise, terkejut dengan ledakan Draco.

"She's the one. Dia orangnya, dia gadis itu, orang yang aku inginkan. Dia... Gods, dia... dan aku ketakutan. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku tak ingin mengacaukan semua ini," Draco mengoceh cemas.

"Whoa, whoa, tunggu," perintah Blaise, mencoba mengejar ketinggalannya. "The one? Maksudmu..? kau tau, aku pikir banyak yang kita lewati disini?"

"Banyak yang kami lewatkan. Ini terjadi terlalu cepat," jawab Draco.

"Bukan itu maksudku. Maksudku.. Merlin, kau bercinta dengannya?" Blaise berseru.

"Tidak!" Draco buru-buru berkata, matanya lebar.

Aurelian (Terjemahan) -REVISI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang