Cinta hadir dengan sendirinya, bukan dengan paksaan atau penolakan. Cinta hadir tidak pernah memandang fisik, harta, maupun tahta. Karena cinta selalu menemukan kemana cinta harus berlabuh. Berlabuh di hati yang tulus mencintai
***
Ali dan Prilly sedang berada di dalam perpustakaan, melakukan aktivitas yang sering mereka lakukan belakangan ini----belajar bersama. Ali tengah sibuk membolak-balik halaman demi halaman, sedangkan Prilly tengah asik menjawab semua pertanyaan dengan santai
Ali menutup buku dengan kasar, "Udah ah,Prill,gue gak nemu jawabannya!" ucap Ali sedikit keras
Prilly menatap Ali dengan tatapan sinis, "Sstttt! Pelanin suara lo, ini perpus!" kata Prilly sambil menempelkan jari telunjuk di depan mulutnya
"Ke kantin aja, yuk?" ajak Ali yang sudah berdiri di hadapan Prilly
Prilly menatap Ali sebentar, dan memutarkan bola matanya malas, "2 bulan lagi kita ujian, serius dikit kek kalo belajar" ucap Prilly terdengar memohon
Ali menganggap acuh ucapan Prilly, Ali langsung menarik tangan Prilly menuju kantin. Mau tak mau, suka tak suka, Prilly harus mengikuti Ali. Prilly harus benar-benar membuat Ali berubah, harus bisa mengubah sifat Ali seperti dulu-----berkepribadian yang baik. Prilly telah melupakan misinya dengan Resti, yang ingin Prilly lakukan saat ini adalah, ingin membuat Ali menjadi cowok yang memiliki berkepribadian baik
****
Prilly masih setia menatap Ali yang tengah asik menghabiskan makanannya. Prilly terus memandang mata Ali yang masih menampilkan rasa kekecewaan----entah apa.
Ali yang merasa diperhatikan, menoleh ke arah Prilly, "Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" tanyanya tanpa menatap Prilly
Prilly yang terlihat sedikit salting, langsung mencari sebuah alasan, "Lo laper banget ya? Makannya pelan-pelan, nih berantakan!" kata Prilly gugup, tangannya menyentuh dagu Ali yang terlihat ada sisa makanan yang masih menempel disana
Mata mereka sama-sama bertemu untuk kesekian kalinya, perasaan itu datang lagi, rasa itu kembali datang dan semakin bertambah besar. Perasaan yang membuat jantung mereka berdebar lebih cepat
Prilly buru-buru melepaskan tangannya dari dagu Ali, Prilly terlihat salting dan menundukkan kepalanya. Berbeda dengan Ali, cowok itu justru seperti biasa saja. Padahal di dalam hati Ali, Ali merasa deg-degan jika menatap mata coklat itu
"Hm,Li?" panggil Prilly
"Apa?"
"Pulang sekolah nanti ada waktu gak?" tanya Prilly
"Gak ada, kenapa?" ucap Ali yang sudah menyelesaikan makanannya
"Sore nanti bisa jemput gue gak? Gue mau ngajak lo ke suatu tempat, ada yang pengen gue omongin sama lo" ucap Prilly yang kini tengah menatap Ali
"Mau ngapain? Kalo gak penting, gue gak bisa!" kata Ali datar, tanpa menoleh ataupun menatap Prilly
"Penting gak penting lo harus dateng..." ujar Prilly
"Nanti gue kabarin lagi ya" lanjutnya, dan pergi meninggalkan Ali
***
Mungkin ini saatnya, Prilly harus mengakui semua permainannya dengan Resti. Prilly harus mengakhiri semuanya. Prilly telah jatuh ke lubang yang ia buat. Prilly sudah jatuh cinta dengan Ali, dan itu semakin membuatnya tak tega jika harus mempermainkan hati Ali.
Ali sudah pernah terluka, Ali sudah pernah berada di tempat patah hati, Ali sudah pernah berada di titik putus asa, Ali sudah pernah merasakannya. Dan Prilly, tidak ingin itu semua terulang. Prilly tidak ingin membuat hati pria itu tersakiti lagi. Prilly tidak ingin membuat Ali kembali terpuruk. Jika bisa memilih, Prilly lebih memilih tidak berurusan dengan Ali sampai kapanpun dibandingkan harus menyakiti hati Ali
Pukul 17.00, Prilly sudah siap dengan dandannya. Gadis itu mengenakan baju kaos bertuliskan "AP" berwarna pink dan mengenakan jeans selutut. Prilly sedang menunggu Ali di depan teras rumahnya, sudah hampir 1 jam Prilly menunggu Ali namun Ali tak kunjung datang
Prilly terus menghubungi Ali, tapi tak ada balasan satu pun dari Ali. Prilly khawatir, Prilly takut Ali mengalami suatu hal yang tidak ia inginkan saat menuju rumah Prilly. Fikiran negative menghantui Prilly, gadis itu terus menghubungi Ali dan akhirnya suara yang ia harapkan sedari tadi bersuara
"Hallo,Li, lo dimana?"
"Di rumah"
"Loh? Gak jadi jemput gue?"
"Gue males,Prill, lain kali aja, ya? Jangan nelpon terus!"
"Lo gila ya? Gue udah nunggu lo satu jam yang lalu, dan lo dengan gampangnya bilang males?"
"Udahlah gak usah lebay, lain kali masih bisa. Besok aja di sekolah"
"Tapi---"
Belum selesai Prilly berbicara, Ali sudah mematikan teleponnya. Perasaan kecewa dan sedih menyelimuti hati Prilly. Mental dan keberanian yang sudah ia siapkan sirna semuanya. Air mata mengembang di pelupuk wajah Prilly. Prilly kembali membuka lockscreen handphonenya
From Ali
Lo jahat! Gue kecewa sama lo!
Hanya itu yang bisa Prilly tulis untuk Ali, Prilly benar-benar kecewa dengan Ali. Sepenting apakah yang Ali lakukan saat ini? Sampai Ali dengan mudah membatalkan semuanya. Prilly menghapus air matanya kasar, dan beranjak dari teras menuju kamarnya. Gadis itu sudah lelah menunggu Ali
***
"Prill, Ali di depan!" teriak Ochi sambil mengguncangkan tangan Prilly
Prilly yang tengah asik mendengarkan lagu dengan earphone, terpaksa harus mencabutnya
"Apa sih,Chi?" tanyanya malas
"Ada Ali di depan kelas kita, samperin gih!" ucap Ochi
Prilly tak merespon ucapan Ochi, Prilly justru kembali memasang earphone di kedua telinganya. Merasa di acuhkan, Ochi langsung mencabut earphone Prilly dan menatapnya
"Lo kenapa sih sama dia?" tanya Ochi penasaran
"Gapapa" kata Prilly singkat
"Dia udah nungguin lo dari tadi, kalo ada masalah selesain baik-baik jangan kayak gini! Samperin gih" ucap Ochi lagi
"Males ah, gue ngantuk!"
"Prill, gue gatau ya ada apa antara lo sama Ali, tapi jangan bersikap kayak gini dong. Lo masih inget perjanjiannya lo sama Resti kan?" tanya Ochi
"Hm"
"Temuin dia ya, kasian tuh udah di depan" ucap Ochi selembut mungkin, Ochi memang tahu betul sifat Prilly yang keras kepala
Dengan terpaksa, Prilly menuruti ucapan Ochi dan melangkahkan kakinya menemui Ali yang sedang menyenderkan badannya di depan pintu kelas Prilly
"Kenapa?" tanya Prilly to the point
Ali yang merasa spontan, langsung membalikkan badan dan menatap Prilly yang tak menatap dirinya
"Gue mau ngomong sama lo" jawab Ali lembut
"Gausah basa-basi, cepetan langsung ke topiknya aja deh! Gue gak ada waktu" kata Prilly sinis
"Gue minta maaf ya, gara-gara gue lo kelamaan nunggu, gue..." ucapan Ali terpotong dengan Prilly
"Udah dimaafin, sekarang lo pergi!" kata Prilly dan langsung berlalu dari hadapan Ali
Langkah Prilly terhenti oleh genggaman tangan Ali di lengannya, Prilly melepaskan tangan Ali dengan kasar
"Apaan lagi sih?" tanya Prilly terdengar sangat jutek
"Pulang sekolah nanti, ikut gue!" ucap Ali
"Gak bisa!" tolak Prilly cepat
"Gak ada penolakan, gue gak ngasih tawaran ke elo. Nanti gue tunggu di parkiran" ucap Ali sambil menepuk pipi Prilly pelan dan berlalu pergi menuju kelasnya
***
Gak ada feel sama sekali:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has Changes
Fanfiction[ RE- PUBLISH ] Akibat sebuah taruhan semata, seorang Prilly Latuconsina selaku wakil ketua cherrleader harus bisa merubah sikap badboy dari seorang kapten basket bernama Aliando Syarief. Namun Prilly melupakan misi awalnya, ia telah jatuh cinta kep...