Chapter 13

7K 544 2
                                    

Di sebuah danau inilah seorang pria dan perempuan bertemu. Di tempat ini jugalah, tempat mereka berpisah. Di bawah tetesan air hujan yang semakin deras dan petir yang terus menggelegar serta angin yang semakin besar seakan menggambarkan perasaan sepasang kekasih ini.

Keromantisan cinta yang mereka bangun selama ini hancur begitu saja akibat sebuah kebohongan. Bukan karna tidak mau saling memafkan, ini lebih fatal dari kebohongan biasa, yaitu kebohongan mencintai sesorang dan mencari kebohongan untuk tetap bertahan.

Perempuan itu terus saja menangis di bawah guyuran hujan yang sangat deras. Kantung matanya semakin sembab, hidungnya juga terlihat memerah. Seribu kata yang terlontar dari mulutnya hanya sia-sia. Kesalahannya memang sangat amat fatal.

Begitu juga dengan sang pria yang berada di hadapannya, tanpa perempuan itu sadari kekasihnya itu sedang menangis sama seperti dirinya. Hatinya benar-benar hancur, hati yang seutuhnya sudah diberikan kepada sang perempuan dibuat hancur berkeping-keping. Meninggalkan luka yang begitu sangat menyakitkan.

"Aku yang pergi atau kamu yang pergi?" tanya pria itu.

Sang perempuan terus saja menggeleng, ia tak mau hubungannya berakhir. Ia tak mau kehilangan kekasihnya.

"Kalo gitu biar aku yang pergi, jaga diri kamu baik-baik. Kisah ini bakal aku jadikan pelajaran di masa depan nanti, aku bakal lebih-lebih berhati-hati untuk menentukan kemana hatiku berlabuh. Aku harap luka ini cepat sembuh dan menemukan cinta yang lain" kata sang pria sambil memegang kedua bahu kekasihnya.

"Aku minta maaf please! Aku gak mau kehilangan kamu. Aku beneran sayang kamu tanpa ada rekayasa dan paksaan. Jangan pergi" pinta perempuan itu.

"Untuk apa Tuhan menciptakan hati kalo cuma untuk dipatahin? Untuk apa Tuhan menakdirkan aku dan kamu bertemu? Kenapa?" bentak pria itu dengan sorotan mata yang sangat terlihat sedang emosi.

"Aku pergi" kata pria itu lagi dan berlalu pergi meninggalkan gadisnya yang sudah terduduk lemas di atas rerumput yang basah akibat hujan.

Perempuan itu terus menangis menatap kepergiaan pria yang sangat ia cintai. Kesalahannya memang sangat fatal. Perempuan itu hanya bisa menyesali perbuatannya sambil menangis.

Karna hati yang patah sangat sulit untuk disatukan kembali dan hanya akan memakan waktu yang sangat amat lama untuk menyembuhkannya. Karna hanya orang yang tuluslah penyembuh luka di hati seseorang.

ALIIIIIIII

*****

Prilly terbangun dengan nafas yang terengah-engah dan keringat sudah bercucuran di pelipisnya. Prilly teringat akan mimpi itu, kenapa ia memanggil nama Ali? Lalu siapa perempuan dan pria itu? Apakah itu dirinya dan Ali? Apakah itu gambaran masa depan dengan Ali? Ah tidak ini hanya sebuah mimpi.

Prilly melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6. Aduh Prilly kesiangan! Prilly bergegas menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Pasalnya hari ini Prilly tidak berangkat bersama Ali.

Hari demi hari seakan berjalan dengan cepat. Setelah Prilly memutuskan untuk berteman dengan Ali dan memilih selalu bersama dengan Ali, Prilly merasa hidupnya semakin berwarna. Ternyata sangat mudah merubah sifat menyebalkan Ali, perlahan namun pasti sifat Ali telah kembali seperti dulu. Menjadi seorang pelajar yang baik dan disiplin.

Prilly sudah melupakan semua misinya dengan Resti. Prilly tidak mungkin menyakiti hati Ali, Ali begitu baik untuk disakiti. Ali selalu mengerti Prilly. Dan Ali juga sudah membuat Prilly jatuh cinta. Apakah Prilly rela jika harus menyakiti hati Ali? Jawabannya tentu tidak! Biarlah ini berjalan seperti air sampai tiba di ujung muara. Sama seperti Prilly, biarlah ia menghabiskan waktu bersama Ali sampai ia bisa jujur suatu saat nanti. Prilly sudah siap apa resikonya nanti.

Yang Prilly ingin lakukan sekarang adalah menghabiskan waktu bersama dengan Ali. Dan membuat moment indah bersama Ali. Masalah dengan Resti akan ia fikirkan nanti.

"Yuk,Pak berangkat!" kata Prilly sambil menuju mobilnya

*****

Ali memakirkan motornya. Rambutnya sedikit ia rapikan agar terlihat rapi. Ali berjalan santai melewati koridor sekolah yang masih terlihat sepi, karena jam belum menunjukkan pukul 7 dan kebetulan sebagian para siswa memilih duduk di dalam kelas di pagi hari.

Kaki Ali melangkah menuju kelas Prilly, ia bertekat ingin menunggu Prilly di depan kelasnya. Ali hanya ingin melihat senyum yang selalu membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Senyum yang membuat hidupnya lebih berwarna.

Ali tersenyum tipis mengingat gadis itu. Ali ingin sekali mengungkapkan perasaanya dengan Prilly, tapi Ali masih trauma dengan masa lalunya. Ali takut kejadian itu terulang kembali. Tapi Ali yakin, Prilly tidak mungkin sama seperti Lisa.

Di ujung koridor sana Ali melihat gadis yang sedang ia tunggu-tunggu sedari tadi. Penampilan Prilly hari ini terlihat berbeda, rambutnya sengaja ia kuncir kuda. Wajahnya selalu memancarkan senyum kepada semua teman-temannya. Rona bahagia selalu terpancar dari wajah Prilly

Makin lama langkah kaki Prilly mendekati Ali, sampai posisi mereka sudah berhadapan. Ali terus memandangi wajah Prilly. Sedangkan Prilly mengerenyitkan keningnya bingung

"Lo ngapain di depan kelas gue?" tanya Prilly penasaran

"Itu..apa sih..hm iseng aja lewat" jawab Ali sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

Prilly mengangkat bahunya acuh dan mengalihkan pandangannya ke arah lain

"Gue masuk dulu ya, udah mau bel. Bye!" kata Prilly yang langsung masuk ke dalam kelas tanpa meminta persetujuan Ali

Ali hanya mengangguk menatap kepergian gadis itu, dirasanya cukup untuk melihat senyum Prilly pagi ini sudah memberikan kesan indah tersendiri bagi Ali. Ali sudah mengakui jika perasaan Ali ke Prilly adalah perasaan cinta. Namun Ali tidak ingin mengungkapkannya sekarang, biar cinta mereka tumbuh dan semakin besar hingga waktu mempersatukan mereka

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Para siswa berlarian memasuki kelasnya masing-masing, termasuk Ali.
To

****

Maaf baru update.see you❤

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang