Chapter 33

8.9K 747 24
                                    

"Lo mau ajak gue kemana sih,Li?" tanya Prilly saat Ali sudah menyalakan mesin motornya.

Ali terkekeh, sudah berulang kali gadis itu bertanya namun tak ada hentinya untuk diam. Ali sudah menjawab jika mereka akan ke suatu tempat, tapi Prilly harus tahu kemana tempat tujuannya. Ali hanya tersenyum mendengar celotehan Prilly.

"Ayo naik keburu macet," kata Ali sambil memakaikan helm untuk Prilly.

Prilly mendengus dan menatap sekilas ke arah Ali sebelum dia menaiki motor milik Ali, Prilly kesal lagi-lagi pertanyaannya tak di gubris oleh Ali.

"Pegangan nanti jatuh," ucap Ali setengah berteriak karna mereka sudah menggunakan helm otomatis suara yang ditimbulkan sedikit pelan.

Prilly menggeleng, "Sebelum lo kasih tau, gue gak mau pegangan!" kata Prilly melirik Ali dari kaca spion.

Ali menoleh ke belakang dan mendapati wajah Prilly yang mengalihkan pandangannya dari Ali, "Pilih pegangan atau gue cium kayak wak-------"

Prilly langsung menoleh dan mencubit perut Ali pelan, dengan cekatan tangannya sudah melingkar di perut Ali. Kepala Prilly sudah ia sandarkan di bahu kanan Ali, pipi Prilly benar-benar sudah merona mengingat kejadian waktu itu ketika dia dan Ali ber------hentikan.

Sudah hampir 30menit Ali masih sibuk membawa motornya membelah jalan raya, Prilly semakin heran kemana Ali akan membawanya pergi. Pasalnya, jalan ini adalah jalan yang tidak pernah dilewati Prilly. Jalanan disini sangat sepi dan begitu banyak pepohonan di pinggir jalan, kendaraan yang berlalu lalang pun bisa dihitung dengan jari karna jalanan ini memang sangat sepi.

Tangan Prilly semakin melingkar erat di perut Ali, udara dingin di daerah ini sudah memaksa masuk ke tubuh Prilly. Ia lupa membawa jaketnya walaupun Prilly sudah memakai baju berlengan panjang, gadis itu akan tetap kedinginan jika tidak menggunakan jaket atau selimut tebal.

"Kenapa?" tanya Ali saat merasakan tubuh Prilly yang mulai gelisah.

"Apa?" tanya Prilly balik, gadis itu tidak mendengar ucapan Ali.

"Lo kenapa? Pegal ya atau kedinginan?" teriak Ali yang kini mulai terdengar oleh Prilly.

Kepala Prilly semakin disenderkan ke bahu kanan Ali, "Gue kedinginan, ini dimana sih?"

Ali hanya diam tidak menjawab pertanyaan Prilly, tak lama setelah itu Ali mulai menghentikan motonya di sebuah warung kopi pinggir jalan. Ali membuka helmnya dan membuka helm yang Prilly juga. Dengan telaten, Ali menggandeng tangan Prilly memasuki warung kopi itu.

"Bu, pesan teh hangatnya 2 ya, kasih jahe sedikit aja," pinta Ali kepada penjual warung kopi itu.

Ali beralih menatap Prilly yang sibuk menggosok-gosok kedua tangannya lalu ia tempelkan di sekitar leher miliknya. Ali tahu bahwa gadis itu sedang kedinginan.

"Duduk dulu sini, gue udah pesenin teh hangat pakai jahe biar badan lo gak kedinginan lagi" ucap Ali lembut sambil mempersilahkan Prilly duduk.

Prilly mengangguk dan menggeser duduknya sedikit agar Ali bisa duduk di sampingnya, "Ini daerah mana sih,Li, kita udah jalan lama tapi gak nyampe-nyampe," tanya Prilly yang masih sibuk memeluk tubuhnya sendiri.

Ali menghela nafasnya sejenak kemudian membuka jaketnya agar bisa dipakai oleh Prilly, "Udah jangan banyak tanya, nanti juga tahu" jawab Ali sambil mengeratkan jaketnya di bahu Prilly.

"Masih kedinginan gak?" tanya Ali panik.

Prilly mengangguk pelan, "Masih sih sebenarnya tapi mau dipakain apa lagi? Yaudah lah ini aja gapapa kok," balas Prilly sambil memegang jaket Ali.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang