Chapter 36

6.4K 655 47
                                    

An: I need ur comment guys!

*******************************************

Sudah 3 bulan Prilly berada di Jakarta dan selama itu juga Prilly memulai kuliahnya tentunya di salah satu Universitas terbaik di Jakarta. Kemampuan otak Prilly mampu mengimbangi mata kuliah disini, mengingat sangat tidak mudah untuk berkuliah disini dikarenakan harus benar-benar memiliki nilai kepintaran yang cukup tinggi. Dan Prilly bersyukur karna ia mempunyai daya kepintaran yang cukup.

Selama 3 bulan itu juga, Prilly mulai bisa berbaur dengan teman barunya. Tidak sulit bagi Prilly mendapatkan teman baru mengingat dia adalah gadis yang begitu mudah bergaul dan ramah. Tak hanya menemukan teman baru, Prilly juga mendapatkan perhatian lebih dari beberapa pria maupun seniornya agar bisa mendekatinya. Prilly selalu mencoba menjauh dan memberinya pengertian bahwa ia sudah memiliki pacar, yaitu Ali.

Berbicara dengan Ali, sudah 2 minggu belakangan ini pria itu tidak menghubungi Prilly. Biasanya Ali selalu berkirim kabar dan bertelepon setiap menitnya, tapi akhir-akhir ini Ali tidak pernah menghubunginya lagi. Firasat negative mulai menggelayuti pikiran Prilly, buru-buru ia tepis karna Prilly percaya dengan Ali. Prilly selalu berfikir mungkin Ali sedang sibuk dengan kuliahnya.

Prilly mulai merapikan alat tulis kemudian memasukkan ke dalam tasnya. Buru-buru ia pulang sebelum hujan turun mengingat cuaca sangat mendung ditambah terpaan angin yang lumayan besar. Dengan langkah cepat, Prilly keluar dari gerbang kampus dan menyebrang jalan tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri.

CITTTTTTT!!!!!

Suara decitan mobil membuat Prilly menoleh dan memejamkan mata, Prilly sudah pasrah jika ia akan tertabrak ini memang salahnya karna ia tidak sempat menengok ke kanan dan ke kiri. Namun Prilly belum merasakan tubuhnya terpental dan jatuh, yang ia rasakan saat ini hanya dekapan hangat dan helaan nafas di pucuk kepalanya.

Prilly mulai membuka matanya melihat siapa yang sudah menolongnya dari kejadian yang hampir membuat dirinya kehilangan nyawa. Tubuh Prilly semakin tak berdaya melihat sosok di depannya ini, fikirannya bercabang mengingat sosok di depannya ini. Berkali-berkali Prilly memejamkan mata dan membukanya namun nihil, pandangannya tetap sama, Ali. Pria yang saat ia rindukan tengah ada di hadapannya.

"Kamu----"

"Sstt! Hati-hati kalau jalan, untung ada gue,"

"Gue? Maksud-----"

"Gue duluan ya, pacar gue udah nunggu! Jangan lupa hati-hati di jalan!"

Hati Prillh mencelos oleh ucapannya, Prilly terus menatap kepergian pria itu, pandangannya buram bersamaan air mata yang berlinang di kelopak matanya. Pria yang baru saja membuat hatinya senang langsung membuat hatinya hancur. Pria tadi, menghampiri seorang gadis dan mencium kening gadis itu sambil menggandengnya membawa gadis itu pergi entah kemana.

Jadi benar yang Prilly rasakan belakangan ini. Mengapa rasanya sesakit ini, baru saja ia mencintai sosok pria yang ia fikir akan mencintainya juga tapi ternyata tidak. Dada Prilly benar-benar merasa sesak bersamaan dengan hilangnya dua insan yang sempat bermesaraan di hadapannya tadi. Prilly belum percaya dengan apa yang ia lihat, buru-buru ia menghubungi seseorang.

Prilly menghembuskan nafasnya secara kasar. Mengapa selalu begini, handphonenya selalu tidak aktif. Prilly mencoba memejamkan mata mengingat kejadian barusan, Prilly mencoba mengingat kejadian tadi namun semakin ia mengingat semakin pula hatinya. Prilly menangis dalam diam sambil menatap gambar wallpaper di handphonye, foto dirinya dengan Ali.

"Kamu jahat!"

Tak ingin menangisi kejadian tadi, Prilly mulai melangkahkan kakinya ke rumah. Prilly harus mencoba ikhlas jika memang itu kenyataan yang akan ia dapat. Janji yang dulu sempat ia ucap bersama Ali hanya sebuah angin lalu, hanya lewat sesaat dan hilang entah kemana.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang