Chapter 11

7.8K 648 5
                                    

Bel pulang berbunyi, menandakan 8 jam pelajaran berakhir, akhirnya mereka sudah diperbolehkan pulang. Murid-murid sudah mulai keluar dari kelasnya dan pergi menuju rumah

Prilly dan Ochi berjalan beriringan di koridor sekolah yang sudah hampir sepi. Keduanya sudah terlihat lelah karena pelajaran terakhir tadi, harus bertemu guru matematika yang sangat membuat keduanya mengantuk

Sesampai di gerbang sekolah, Prilly menghentikan langkahnya. Sedangkan Ochi mengerenyitkan dahinya melihat Prilly. Prilly teringat sesuatu

"Kenapa,Prill?" tanya Ochi yang melihat wajah kebingungan Prily

Prilly melirik Ochi sejenak, "Gue ada janji sama Ali"

Ochi terkekeh, "Ya datengin lah, kenapa bingung gitu?" tanyanya lagi

"Gue belom siap ketemu sama dia lagi" ucap Prilly sambil menatap kedua sepatunya yang sudah terlihat kotor

Ochi menepuk pundak Prilly pelan, Prilly menegok ke arah Ochi yang memberikan senyum kepada Prilly

"Hadapin kalo emang lo ngerasa salah, jangan takut mengakui kesalahan. Wanita hebat bukan wanita yang membuat masalah, tetapi wanita yang mau mengakui kesalahannya" kata Ochi yang berhasil membuat Prilly mengangguk dan tersenyum

"Makasih ya selalu jadi sahabat terbaik gue" ucap Prilly langsung berhambur ke pelukan Ochi

"Sama-sama, temuin gih keburu sore! Gue balik duluan ya,Prill, lo hati-hati"

Prilly mengangguk, setelah melihat Ochi pergi dan sudah memasuki angkot, Prilly langsung berlari menuju parkiran yang berada di belakang sekolah. Menemui Ali

*

Ali sudah menunggu Prilly sekitar 15 menit lamanya, Ali merasa bosan! Mungkin itu yang dirasakan Prilly, menunggu itu memang menyakitkan dan membosankan. Ali semakin merasa bersalah dengan Prilly. Gadis yang sudah berhasil membuat pribadinya kembali seperti dulu, walaupun belum sepenuhnya

Tak lama kemudian, gadis yang ia tunggu datang juga. Prilly mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal akibat berlari. Raut wajah kelelahan terpancar jelas di muka Prilly

Prilly menatap Ali yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, "Maaf,Li, gue telat. Tadi abis--" kata Prilly

"Gapapa, yuk naik!" ucap Ali

Prilly diam mematung, Prilly langsung menaiki motor Ali dan memegang erat bahu Ali agar tidak jatuh

"Pegangan nanti jatuh" ucap Ali sembari mengambil tangan Prilly dan melingkarkannya di pinggang Ali

Prilly menurut saja, kepalanya ia sandarkan di punggung Ali. Menghirup aroma tubuh yang selalu membuatnya nyaman. Tak lama setelah itu, motor Ali berjalan mulus meninggalkan sekolah

*

Prilly turun dari motor Ali ketika sudah berada di sebuah danau yang cukup terkenal di Bandung. Pepohonan yang cukup rindang dan juga lebat memang sangat sejuk di tempat ini. Meskipun siang sedang panasnya, danau ini akan memberikan suasana yang tetap sejuk dan nyaman bagi para pengunjung

Prilly menghampiri sebuah kursi yang berada di bawah pohon yang cukup besar dan menghadap danau secara langsung. Prilly menatap danau itu dengan tatapan kosong. Fikirannya sibuk memikirkan semua hal tentang Ali. Prilly berusaha mengontrol emosinya yang ingin ia ungkapkan semuanya dengan Ali. Keputusan ini harus ia fikirkan baik-baik

Ali mengikuti Prilly, ia duduk di samping Prilly dan juga menatap danau dengan tatapan kosong. Fikirannya juga sibuk memikirkan Prilly. Memikirkan apa yang akan Prilly katakan padanya

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang