Chapter 22

8.2K 656 2
                                    

Prilly masih sibuk mengaduk-ngaduk vanilla late kesukaannya dengan tatapan kosong. Terkadang matanya juga mengeluarkan air mata dengan pelan namun mengalir deras. Fikirannya benar-benar kacau dan sedih. Harapannya bersatu dengan Ali sudah pupus. Cowok yang ia cintai telah pergi membawa luka yang Prilly buat sendiri.

Ochi hanya menopang dagu dengan kedua tangannya. Menunggu Prilly menceritakan semuanya. Sudah setengan jam, Prilly tetap diam dan tak mengeluarkan suara apapun. Ochi masih setia menunggu Prilly, menunggu semua cerita Prilly dan setia menunggu tentang keadaan Prilly saat ini.

"Prill," panggil Ochi lagi, ini adalah ketiga kalinya Ochi memanggil Prilly namun tak ada respon sedikitpun.

"Ayolah,Prill, jangan kayak gini," kata Ochi sambil menggenggam sebelah tangan Prilly yang berada di atas meja.

Prilly menoleh ke arah Ochi beriringan dengan air mata yang mengalir. Dihapusnya air mata itu dengan kasar. Membenarkan posisi duduknya menjadi tegak dan menatap Ochi.

"Ali pergi," ucap Prilly lirih.

Ochi mengerenyitkan dahinya bingung, tak mengerti maksud Prilly.

"Gue jahat sama Ali," kata Prilly lagi.

Ochi semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan Prilly.

"Ceritain semuanya dari awal, gue gak ngerti apa maksud lo," ujar Ochi sambil menyeruput cappucino-nya

"Ali udah pergi ninggalin gue, dan ini semua karna gue, gue jahat sama dia!" kata Prilly sendu. Tangannya mendadak dingin mengingat semua kejadian itu.

Ochi diam, menunggu kelanjutan cerita Prilly.

"Gue udah keterlaluan sama dia,Chi, gue jahat sama dia!" air mata Prilly mendadak keluar lagi. "Gue udah ngatain dia cowok brengsek, cowok bodoh, cowok gak punya sopan santun, gue udah nyakitin dia" lanjut Prilly terdengar sangat lirih.

"Cinta gue udah pergi, membawa luka yang gue buat sendiri," kata Prilly pelan namun masih bisa di dengar oleh Ochi.

"Lo? Lo cinta sama Ali,Prill?" tanya Ochi kaget.

Prilly mengangguk lemah.

"Ya ampun Prill, lo itu bodoh apa gimana sih? Ya jelas lah dia pergi ninggalin lo! Ucapan lo itu udah nyakitin hati dia," kata Ochi sedikit berteriak. Ochi kesal dengan Prilly yang tak bisa mengontrol emosinya. Prilly hanya diam menatap Ochi. Membiarkan Ochi berbicara.

"Dulu lo bilang sama gue, kalo lo gak bakal suka apalagi cinta sama Ali. Tapi apa? Sekarang lo cinta sama dia,kan?" tanya Ochi yang mendapat anggukan dari Prilly.

Ochi menghela nafasnya sejenak, "Dan karna lo juga, dia pergi ninggalin lo," ada jeda sejenak.  "Sekarang apa yang mau lo lakuin?" tanya Ochi yang mulai memelankan suaranya.

Prilly menggeleng, "Awalnya gue mau minta maaf sama dia, tapi waktu gue ke kelas dia, gue malah ngeliat dia dekat sama Sarah,"

"Dan lo langsung marah?" tanya Ochi cepat, dan Prilly mengangguk. "Bodoh! Lo bodoh,Prill, jangan ngambil kesimpulan sebelum lo tahu semuanya," kata Ochi lagi. Prilly diam.

"Gue harus apa,Chi?" tanya Prilly dengan mata yang terlihat sembab.

"Kejar dia, sekarang waktunya lo berjuang buat dapatin cinta Ali lagi. Cintai dia dengan tulus, tanpa paksaan atau imbalan apapun. Karna cinta yang tulus akan memudahkan semua masalah yang ada," ucap Ochi sambil tersenyum ke arah Prilly.

"Ali udah gak mau ketemu gue lagi, gimana bisa gue berjuang buat dapatin cinta Ali?" kata Prilly.

"Jangan nyerah sebelum mencoba, lo kan gak tahu kedepannya gimana," kata Ochi.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang