Chapter 40

12.6K 801 112
                                    

A/n: Bisa kali buat vote dan comment khusus di chapter ini wkwk karna ada kejutan di chapter ini:p Jangan jadi siders yha!

*****************

Prilly merutuki dirinya sendiri. Keegoisan membuat dirinya harus berpisah dengan Ali. Prilly menyesali sifat keras kepala dan kekanak-kanakannya. Betapa bodohnya ia ketika mulutnya mengeluarkan kalimat yang menyakiti hati Ali.

Prilly masih disini, di terminal bus. Gadis itu belum beranjak pergi dari sana. Ia masih menunduk dan menatap layar ponselnya, berkali-kali ia menelepon Ali namun handphone Ali tidak aktif. Prilly kembali menatap tiket karcis yang ada di genggamannya, jika Ali sudah berangkat ke Bandung itu berati Prilly juga harus menyusul Ali ke Bandung.

"Aku masih disini, Li," ucapnya parau.

*****

Sebuah langkah kaki keluar dari lorong kedatangan. Cowok itu membenarkan tas yang ada di bahunya sejenak sambil melangkahkan kaki menuju tempat tunggu kedatangan bus. Langkahnya semakin melambat ketika ia melihat seorang gadis sedang menunduk dan menangis. Tubuhnya bergetar dan tangannya menutupi separuh wajahnya.

"Aku masih disini, Li,"

Suara itu berhasil membuat tubuh cowok itu kaku. Tangannya terulur untuk menyentuh bahu gadis tersebut. Tak ada pergerakan dari gadis itu. Ia masih saja menunduk, mungkin ia tidak merasakan kehadiran seseorang.

"Prilly,"

Merasa namanya dipanggil, gadis yang tadi menunduk langsung mengangkat kepalanya. Menggerakkan kepalanya sedikit menyerong ke kiri bermaksud ingin melihat seseorang yang memanggil namanya.

Mata gadis yang bernama Prilly itu membulat bersamaan dengan tangan yang menutup mulutnya. Sedangkan cowok di hadapannya saat ini hanya menatapnya datar tanpa ada senyuman sama sekali.

"A---li" ucap Prilly terbata-bata.

Ya! Cowok di hadapannya saat ini adalah Ali, Ali sudah memikirkan rencananya matang-matang. Dan keputusannya adalah kembali ke terminal dan menemui Prilly. Ali tidak akan tega mendengar suara tangis Prily, ditambah lagi Ali tahu kalau Prilly menunggunya di terminal.

"Ada apa, Prill, kenapa kamu nangis?"

Prilly menggeleng kemudian langsung terduduk lemas di kaki Ali, Prilly menunduk dan memeluk kaki Ali dengan air mata yang terus mengalir.

"Aku mau minta maaf, demi apapun aku tahu aku salah. Aku minta maaf, Li," pintanya sungguh-sungguh.

Ali langsung mengangkat tubuh Prilly agar gadis itu berdiri namun Prilly tetap diam di tempatnya, Ali mengedarkan pandangannya ketika semua orang menatap dirinya dan Prilly.

"Prill, gak gini. Ayo berdiri!"

"Nggak! Aku mau minta maaf sama kamu, aku udah sering banget nyakitin hati kamu. Dari awal kita ketemu aku selalu bikin hati kamu sakit, aku tahu kalau kata maaf gak bakal bisa nyembuhin hati kamu. Tapi aku mohon sama kamu, maafin aku, Li"

Ali menunduk sedikit dan memegang kedua bahu Prilly agar berdiri, Prilly hanya menunduk dan menangis. Ali yang tak tega pun langsung memeluk tubuh Prilly dan mengelus rambut Prilly dengan sangat lembut.

"Maaf udah nyakitin hati kamu lagi dan lagi, aku tahu kalau aku jahat. Kamu berhak marahin aku atau ngebentak aku, aku terima," kata Prilly sambil melepaskan dekapannya.

"Aku nggak marah sama kamu, kamu berhak bahagia. Mungkin kehadiran aku emang gak bisa buat kamu bahagia,"

Prilly menggeleng dan menatap mata Ali, "Kamu jangan ngomong gitu, aku bahagia sama kamu. Justru akulah yang selalu bikin kamu sedih, aku gak pernah bisa menghargai perasaan kamu. Aku yang selalu nyakitin perasaan kamu, aku minta maaf," lagi-lagi Prilly menangis.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang