"Gak bisa diundur, Prill?"
Prilly menoleh ke belakang dan tersenyum simpul, "Kamu udah nanya berapa kali sih, Li? Gak bisa lah, kalau makin diundur makin lama lulusnya,"
Ali melangkahkan kakinya menyamai posisi Prilly saat ini, "Itu berarti waktu kamu di Bandung sisa seminggu dong, aku gak mau pisah sama kamu lagi,"
Prilly menghela nafas sejenak kemudian ia mengambil sebelah kanan jari Ali dan menautkan jarinya, menggenggam erat pautan jari dirinya dengan Ali. Pandangannya masih terus memandang ke depan, ke arah matahari yang akan terbenam. Prilly sengaja membawa Ali ke atas gedung kosong di daerah Bandung untuk melihat senja, serta membicarakan tentang kepindahan Prilly ke Jakarta untuk kuliah.
"Aku ke Jakarta buat ngejar cita-cita aku, kalau kamu kayak gini itu berarti kamu gak dukung aku dong," kata Prilly tanpa menoleh ke arah Ali.
Ali menggeleng cepat, "Bukan gitu, Prill. aku akan dukung kamu selama itu positive, maksud aku itu gak gitu. Aku cuma gak mau aja pisah sama kamu lagi,"
Prilly membalikkan tubuhnya ke arah Ali, tangannya beralih memegang kedua bahu Ali. Pandangannya terkunci menatap ke dalam mata teduh Ali. Mata yang selalu membuat Prilly jatuh cinta. Mata yang selalu membuat hati Prilly tenang jika menatapnya. Dan mata yang akan selalu menjadi objek penglihatan kesukaan Prilly.
"Aku juga gak mau pisah sama kamu, tapi mau gimana lagi. Jarak antara Bandung - Jakarta gak jauh kok, cuma 2 jam perjalanan. Kita masih bisa ketemu setiap weekend, entah aku yang ke Bandung atau kamu yang ke Jakarta, jarak gak mungkin bisa bikin aku lupa sama kamu," jelas Prilly sangat lembut.
Ali terdiam, pandangannya ia alihkan ke arah lain. Ali menyayangkan keputusan Prilly saat ini, Ali juga sudah memberikan saran ke Prilly agar gadis itu menetap di Bandung dan berkuliah disini, namun Prilly menolak dengan alasan kalau dia sudah mendaftar di salah satu Universitas di Jakarta dan Prilly berhasil masuk ke Universitas itu.
"Li," panggil Prilly karna Ali tak menanggapi ucapannya.
"Aku janji bakal ngasih kabar ke kamu terus, aku janji bakal ke Bandung setiap hari Minggu buat nemuin kamu," lanjut Prilly.
Ali menggeleng dan menarik tangan Prilly yang ada di bahunya kemudian ia menggenggam tangan Prilly dengan sangat erat, "Aku gak mau kamu capek karna harus bolak-balik Jakarta - Bandung buat nemuin aku, mubazir juga uangnya mending kamu tabung,"
"Kalau itu emang keputusan kamu, aku bakal dukung kok. Aku gak mau jadi penghambat masa depan kamu, maaf ya kalau aku sempat egois. Kamu juga gak perlu ke Bandung setiap weekend, kalau ada waktu senggang biar aku yang ke Jakarta," lanjut Ali dengan nada lirih.
Mata Prilly berkaca-kaca mendengar ucapan Ali, betapa beruntungnya ia bisa memilili Ali. Laki-laki yang selalu menerima kekurangan Prilly dan laki-laki yang selalu mengerti keadaan Prilly.
"Makasih banyak ya, Li, aku sayang banget sama kamu!" kata Prilly langsung memeluk tubuh Ali dengan sangat erat. Prilly menempelkan kepalanya di dada bidang Ali dan memejamkan matanya, tak terasa buliran air matanya membasahi baju Ali.
"Aku jauh lebih sayang kamu, i'll miss you baby!" balas Ali sambil mengeratkan dekapannya dengan Prilly. Tangan Ali terulur untuk mengelus lembut rambut Prilly. Tanpa Prilly ketahui, di dalam hati Ali ia sangat tidak ingin mengijinkan Prilly ke Jakarta, namun Ali juga tidak mau membuat Prilly terbebani. Ali yakin, gadisnya itu akan bisa menjadi orang sukses dan akan kembali untuk menemui Ali. Ali percaya itu.
Prilly melepaskan dekapannya dengan Ali kemudian menghapus air matanya dengan kasar, "Aku gak suka sedih-sedihan kayak gini," katanya setengah terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has Changes
Fanfiction[ RE- PUBLISH ] Akibat sebuah taruhan semata, seorang Prilly Latuconsina selaku wakil ketua cherrleader harus bisa merubah sikap badboy dari seorang kapten basket bernama Aliando Syarief. Namun Prilly melupakan misi awalnya, ia telah jatuh cinta kep...