Chapter 38

7.2K 642 79
                                    

An: Sengaja ngasih chapter yg baper dan menguras emosi, biar banyak yang komen wkwkw I need ur comment guys!


*************************


"Jadi gitu ceritanya, aku juga heran kenapa bisa begini. Itu kamu bukan sih? Terus bunga yang kemarin di kirim ke rumah aku, dari kamu bukan?"

Prilly mendongakkan kepalanya meskipun ia sedang berada di dekapan Ali. Tadi Ali menyuruh Prilly bercerita tentang apa yang Prilly fikirkan. Ali mengetahui ada sesuatu yang Prilly sembunyikan, pandangan matanya selalu kosong bahkan sering melamun.

Ali mengangkat bahunya tidak tahu, tangannya masih aktif mengelus pucuk kepala Prilly dengan lembut. Terkadang Ali terkekeh mendengar cerita dari Prilly, gadis itu begitu lucu disaat bibir tipisnya bercerita.

Prilly mencibirkan bibirnya kesal, "Kamu punya kembaran, ya?"

Ali diam sejenak, "Nggak, udah yuk berangkat!" ajak Ali lalu berdiri dan nenyalurkan tangannya untuk digenggam oleh Prilly. Prilly memandangi Ali punuh selidik

"Gak ada yang aku sembunyiin, sayang" kata Ali seolah membaca isi pikiran kepala Prilly.

Prilly berdecak, "Yaudah yuk!" balas Prilly membalas genggaman tangan Ali dan bergegas berangkat ke kelasnya.

*****

"Ali!"

Ali dan Prilly menoleh, keduanya sudah sampai di halaman parkir kampus Prilly. Namun langkahnya diurungkan ketika sesorang memanggilnya dari jauh.

Mata Prilly membulat sempurna ketika melihat orang yang tadi memanggil Ali. Prilly sedikit bergeser ketika tubuhnya sedikit terdorong oleh orang di hadapannya ini. Tanpa komando, orang di hadapannya ini langsung memeluk lengan Ali dengan sangat posesif.

Prilly ingat, dia adalah perempuan yang beberapa hari lalu ia lihat. Lebih tepatnya saat Prilly hampir tertabrak dan ada seorang cowok yang menolongnya setelah itu cowok itu menghampiri perempuan ini. Tunggu, itu berarti cowok yang menolongnya dengan wajah yang sangat mirip dengan 'Ali' memang Ali.

Air mata Prilly sudah mengepul di kelopak matanya. Semua kejadian itu benar adanya, bukan mimpi. Yang menolongnya waktu itu adalah Ali dan perempuan yang sedang bersama Ali itu memang pacarnya, ralat pacar keduanya karna Prilly masih berstatus pacarnya. Dada Prilly sesak melihat pemandangan di depannya ini. Tidak ada penolakkan sedikitpun dari Ali ketika perempuan itu bergelayut manja di tangannya. Prilly membenarkan prasangka buruknya, Ali memang sudah menduakan Prilly dan Ali tega mengkhianati cinta dan hatinya. Prilly tidak kuat lagi melihat ini semua, hatinya sudah hancur berkeping-keping. Cinta suci yang sedari dulu ia pegang telah dikhiantai dan dinodai. Dengan segenap luka yang menusuk di hatinya, Prilly melenggang pergi meninggalkan Ali dan perempuan itu---entah siapa namanya Prilly tidak peduli.

"Prill," panggil Ali ketika Prilly akan melangkahkan kakinya.

Prilly berhenti meskipun tubuhnya membelakangi Ali. Air matanya terus mengalir meskipun sudah ia tahan. Bibirnya sedikit ia gigit agar suara tangisnya tidak keluar. Prilly tidak ingin terlihat lemah di depan Ali.

Seakan mendapat kesempatan, Ali langsung maju selangkah ingin mendekati Prilly. Namun sebelah tangan Prilly melambai ke atas seolah mengatakan 'jangan mendekat' Ali terpaksa mengurungkan niatnya. Hatinya mencelos ketika ia melihat air mata keluar dari mata indah Prilly. Ingin rasanya memeluk tubuh mungil itu dan mengelus pucuk kepalanya agar gadis itu berhenti menangis, namun Ali tak bisa melakukan apa-apa. Prilly sedang salah paham dan Ali akan mencari waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.

"Oke kalau kamu gak ngebolehin aku kesana, aku cuma mau ngomong kalau kamu salah paham. Ini gak seperti yang ka----"

"Gue udah gak peduli sama lo, jangan temui gue lagi." ucap Prilly sengaja memotong ucapan Ali. Entahlah ucapannya harus benar atau tidak, hati Prilly sudah hancur. Ia tidak bisa berfikir ke depannya seperti apa.

Deg!

Ali diam mematung mendengar ucapan Prilly. Gadis itu merubah panggilan menjadi 'gue elo' dan menyuruh Ali untuk menjauhinya? Bagaimana bisa.

Ali tidak peduli dengan ucapan Prilly, cowok itu langsung mendekat ke arah Prilly dan memeluk tubuh mungil itu dari belakang. Ali membenamkan kepalanya di bahu Prilly. Tangan Ali melingkar indah di perut Prilly. Tak ada penolakkan sedikitpun dari Prilly. Gadis itu hanya diam mematung bersamaan dengan air mata yang terus mengalir.

"Gue kan udah bilang, jangan deketin gue la----"

Ali semakin mengeratkan tangannya di perut Prilly dan itu berhasil membuat mulut Prilly berhenti. Ali tak ingin mendengar kata apapun dari mulut Prilly. Ali terlalu takut jika Prilly mengucapkan kata yang berakibat fatal untuk hubungannya.

"Li, gue bilang lepas!"

Ali menggeleng. Tangannya masih menempel di perut Prilly. Tak mempedulikan ucapan Prilly, Ali tidak ingin kalau kesalahpahaman ini berlanjut hingga lama. Bahkan, Ali tidak mempedulikan gadis di belakangnya. Fikirannya hanya tertuju dengan Prilly.

"Li gue----"

"Aku!" ucap Ali menginstruksikan Prilly untuk menggunakan kata 'aku kamu'

Prilly menipis kasar tangan Ali yang berada di perutnya. Dan Prilly berhasil keluar dari dekapan Ali yang semakin membuat dadanya sesak.

Prilly mundur beberapa langkah menjauhi Ali, matanya masih saja mengeluarkan air mata. "Gue udah capek kayak gini terus, gue gak bisa begini terus" kata Prilly lirih.

Prilly mendongakkan kepalanya menatap mata Ali, "Gue mau mengakhiri semuanya!" ucapnya terdengar seperti bisikan.

Tubuh Ali kaku seketika. Ucapan yang sangat tidak ingin ia dengar sudah keluar dari mulut Prilly. Ali menggeleng cepat, ia tidak bisa menerima keputusan sepihak seperti ini.

"Kamu gak bisa ngakhirin ini semua, aku bisa jelasin kalau ini salah paham. Ini gak seperti yang kamu fikirkan, sayang. Please kasih aku kesempatan buat ngejelasin ini semua" ucap Ali sambil menarik tangan Prilly agar mendekat ke arahnya.

Prilly berdecak dan menepis kasar tangan Ali, "Jangan pernah panggil gue sayang karna itu terdengar sangat menyakitkan, gue gak mau dengar penjelasan apapun dari mulut lo! Sekarang lo pergi dan bawa perempuan ini, gue gak mau liat lo berdua!" kata Prilly sambil mengalihkan pandangannya. Prilly masih berusaha menahan air matanya agar tidak menetes, ia tidak ingin terlihat sedih di mata Ali dan perempuan itu.

"Prill, ak---"

"Stop! Gue gak sudi nama gue dipanggil sama orang kayak lo. Demi apapun, gue benci sama lo,Li, BENCI!!" ucap Prilly sambil menekan kata di bagian akhir. Gadis itu langsung berlari masuk ke dalam kampus dengan air mata yang mengalir dan hati yang hancur. Ia tidak peduli menjadi sorotan semua orang, siapa yang peduli dengan perasaannya saat ini.

Ali menatap nanar punggung gadisnya itu, sungguh ini semua tidak ada di bayangannya. Kejadian ini tidak seperti yang Prilly fikirkan. Ali tidak mungkin mengkhianati cinta dan hati Prilly, Ali begitu mencintai Prilly. Tak ada sedikitpun niat di hatinya untuk menyakiti Prilly, sumpah. Dan Ali sunggu menyesal karna mulutnya tak bisa bicara dan menjelaskan semuanya.

"Li," panggil seorang perempuan yang sedari tadi di belakangnya dan menyaksikan semua pembicaraan antara Ali dan Prilly.

"Li, gue gak mak---"

"Udah lah, ayo kita pergi! Biar gue yang jelasin semuanya, dia hanya butuh waktu." ajak Ali menggenggam perempuan itu dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

Perempuan itu mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil Ali. Keheningan menyelimuti keduanya ketika mobil Ali sudah melaju dan meninggalkan halaman kampus Prilly.

"Bahkan dia gak berusaha ngejar gue, dan dengan gampangnya dia pergi bareng perempuan tadi. Demi apapun, gue benci sama lo,Li!" batin Prilly sambil mengepalkan tangannya. Gadis itu sengaja mengumpat di dinding sekolah, bermaksud ingin melihat respon apa yang Ali lakukan saat dirinya berlari. Namun, ia justru melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya.

************************

Hello guys! HAHAHA maaf atas ketidak jelasan cerita ini, i don't know why bisa begini alurnya wkwk. Aku aja bingung kenapa bisa lebay dan dramatisir banget begini, huft. But, it's ok! Nikmati dan ikutin aja kali yha;)

Jangan lupa vote dan comment! Bye.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang