Fajar telah datang menjemput sang matahari untuk terbit. Burung-burung pun mulai berterbangan mencari makanan. Hawa sejuk pun menambah suasana kota puncak saat ini. Kabut yang masih menggulung pemandangan juga masih terlihat. Hamparan sawah dan sungai terlihat sangat indah di bawah sana
Disinilah Prilly berada, di ujung jurang yang tak jauh dari tempat campingnya. Prilly yang sudah bangun sedari tadi nampak menikmati teh yang baru saja ia buat, Prilly menghirup aroma teh tersebut sambil memejamkan matanya
"Katanya mau liat sunrise kenapa kesiangan?"
Pertanyaan itu berhasil membuat Prilly membuka matanya, dan mengalihkan pandangannya kepada sesorang
Tak ada sahutan atau jawaban dari Prilly, gadis itu justru menghiraukan pertanyaan dari seseorang dan memilih duduk di tepi jurang sambil memeluk lututnya
"Kok gue dicuekin sih,Prill?"
Tak ada sahutan lagi, seseorang itu pun duduk di samping Prilly dan menatap wajah dari samping yang terlihat sangat cantik karna mendapat pantulan sinar matahari yang sudah terbit
Bukannya menjawab, Prilly justru memejamkan matanya. Seseorang yang berada di samping Prilly pun hanya diam, karna bingung dengan sikap Prilly
Hening! Untuk beberapa saat terjadi keheningan tak ada ledekan, omongan, atau pun candaan. Hanya terdengar suara burung yang berkicau dan juga suara hembusan angin yang menerpa
"Keinginan gue simple dan gak muluk-muluk, kenapa gak bisa di turutin sih?"
Akhirnya Prilly mulai bersuara, tetapi ucapan Prilly seperti orang yang sudah dikecewakan
"Susah banget ya,Li, buat nepatin janji?" lanjutnya
Ya, seseorang yang datang menghampiri Prilly dan duduk di sampingnya adalah Ali
"Kayaknya membuat moment indah sama lo susah ya, bukan susah sih. Tapi sangat amat susah" lanjut Prilly lagi
"Maksudnya apa sih,Prill?" tanya Ali yang sudah tak mengerti kemana arah pembicaraan Ali
"Nepatin janji lebih sulit dibandingkan membuat janji" ucap Prilly ambigu
"Bukan maksud gue ngingkarin janji,Prill. Tapi..."
"Gue gak butuh penjelasan lo, udah dari subuh gue disini cuma buat nunggu lo nemenin gue ngeliat sunrise tapi harapan gue sia-sia" ucap Prilly yang sudah merubah posisi menjadi menatap Ali
"Apa gue salah, kalo gue mau ngabisin moment SMA sama lo? Mengabadikan setiap moment yang kita buat?" lanjutnya
"Prill, maksud gue gak gitu tadi itu..."
"Sekarang mataharinya udah terbit, udah gak ada sunrise. Gue mau balik ke tenda" ucap Prilly sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Ali yang masih diam mematung
*****
Tanpa sepengetahuan Prilly, Ali mengikuti kemana arah gadis itu pergi. Prilly melangkahkan kakinya menyusuri perkebunan teh yang sangat hijau dan lebat, Ali melihat jelas wajah kecewa Prilly, Ali menyadari kesalahannya. Namun disisi lain, ini bukan pure kesalahan Ali. Ali hanya lupa jika ia memiliki janji dengan Prilly
Langkah Ali berhenti ketika tak melihat Prilly di depannya, Ali mencari keberadaan Prilly sambil berlari dan memanggil namanya. Sebuah suara membuat Ali menoleh ke sekitar pohon yang cukup besar
"Awss"
"Tolonggggg"
Yap! Ali mengenali suara itu, suara Prilly. Dengan langkah seribu, Ali menghampiri asal suara itu. Disana terlihat Prilly sedang duduk di atas tanah yang becek dan kotor, lutunya terlihat mengeluarkan darah dan sedikit memar
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has Changes
Fanfiction[ RE- PUBLISH ] Akibat sebuah taruhan semata, seorang Prilly Latuconsina selaku wakil ketua cherrleader harus bisa merubah sikap badboy dari seorang kapten basket bernama Aliando Syarief. Namun Prilly melupakan misi awalnya, ia telah jatuh cinta kep...