Chapter 23

8.4K 633 16
                                    

Prilly melepas genggaman tangan Ali secara perlahan, mengalihkan pandangannya dari mata elang Ali yang selalu membuat dirinya jatuh cinta. Memejamkan matanya untuk menenangkan perasaannya yang mendadak tak karuan.

Terdengar helaan nafas dari Ali. Prilly tetap tak mau membuka matanya. Hingga sebuah tangan mengelus pipi chubbynya dengan sangat lembut. Menghapus air mata Prilly yang tiba-tiba mengalir.

"Jangan nangis, gue gak suka liat lo nangis," kata Ali sambil mengelus pucuk kepala Prilly dan menarik tubuh Prilly ke dalam kedekapannya. Prilly hanya diam dipeluk oleh Ali, tak ada niatan sedikitpun untuk Prilly membalas pelukan Ali. Gadis itu hanya memejamkan matanya dan terisak.

Prilly membuka matanya dan melepaskan tubuhnya dari dekapan Ali. Menghapus air matanya dengan kasar dan menghela nafasnya sedikit.

"Kenapa lo masih cinta sama gue? Gue cuma cewek jahat yang selalu nyakitin hati lo, dan selalu bikin diri lo..." ucapan Prilly terhenti karna jari telunjuk Ali mendarat tepat di bibirnya.

"Lo gak jahat, gue yang jahat. Gue mohon sama lo, jangan membuat gue sulit untuk menggapai hati lo," ucap Ali terdengar lirih.

"Tolong kasih kesempatan buat gue masuk ke hati lo, mengisi sedikit ruang yang kosong di hati lo, dan jadikan gue orang yang selalu menjadi tempat sandaran lo ketika lo sedih, tolong buat gue..." belum selesai Ali berbicara, Prilly terus menggeleng mendengar semua keinginan Ali. Mata gadis itu memerintahkan Ali untuk berhenti berbicara.

"Semuanya udah beda,Li, lo udah bertemu dengan Sarah. Nikmati kebahagiaan lo yang baru, jangan ganggu gue lagi," kata Prilly mulai berangsur dari bangku taman.

"Dan gue akan mencoba terbiasa tanpa lo," lanjutnya lagi. Prilly langsung berjalan meninggalkan Ali di taman. Sesak di dadanya tidak bisa dibohongi ketika Prilly mengucapkan itu. Bagaimana bisa gadis itu tanpa ada Ali di sampingnya? Mustahil memang, tapi Prilly harus melakukan itu.

"Lo lupa? Lo udah janji mau membuat moment indah sama gue, kenapa lo ingkarin?" suara berat Ali berhasil membuat langkah kaki Prilly berhenti. Gadis itu belum membalikkan tubuhnya menghadap Ali, ia hanya diam di tempat dan menundukkan kepalanya.

Ali benar, Prilly memang sudah berjanji dengan Ali untuk membuat moment indah bersama sebelum Prilly pergi ke Jakarta. Namun apakah janji itu masih berlaku? Prilly tidak tahu. Hati Prilly mendadak bergemuruh ketika suara langkah kaki semakin mendekat ke arahnya. Tubuh Prilly terasa kaku ketika tangan Ali memegang bahu Prilly dan membalikkannya menghadap Ali. Mau tak mau Prilly harus menatap mata Ali.

"Lo lupa?" tanya Ali memecahkan lamunan Prilly.

Prilly diam.

"Gue bukan cowok yang suka ingkar janji, jadi lo harus bikin moment sama gue! Gak ada penolakan," kata Ali tegas menatap ke dalam mata hazel Prilly.

Prilly menduduk, "Gimana dengan pacar lo," Prilly menghela nafasnya sejenak, "Sarah, hm gimana kalo Sarah marah? Batalin aja janjinya," ucap Prilly setengah bergumam.

Ali terkekeh pelan dan mengangkat kepala Prilly agar menatapnya, "Gampang, bisa diatur" kata Ali sesantai mungkin.

Prilly memicingkan matanya, tak mengerti maksud Ali. Perkataan Ali barusan, seperti seorang cowok playboy yang menyusun jadwal jalan bersama kedua pacarnya. Prilly menggeleng tak setuju.

"Kenapa?" tanya Ali penasaran.

"Lo gak boleh gitu sama pacar lo, lo gak berhak membagi waktunya sama cewek kayak gue. Prioritaskan Sarah! Gak usah fikirin gue," jawab Prilly kemudian berlalu dari Ali. Lengan Prilly buru-buru di tahan oleh Ali, Ali tak mengizinkan gadis itu pergi dari hadapannya.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang