Chapter 14

7.1K 603 0
                                    

"Maaf ya lama, ada urusan dikit, yaudah yuk!" ajak Ali sambil menarik tangan Prilly.

Setelah pulang sekolah, Ali berniat mengajak Prilly ke sebuah rooftop yang pernah ia datangi bersama Prilly. Namun saat di parkiran, Ali bertemu dengan Resti. Resti menarik tangan Ali agar menjauh dari Prilly. Entah apa yang mereka bicarakan, Prilly sama sekali tidak mendengarnya. Yang mengganggu pikiran Prilly adalah, ia takut Resti membicarakan misinya dengan Prilly. Prilly takut.

Prilly hanya diam mengikuti langkah Ali. Sampai di motor pun, Prilly tidak memeluk pinggang Ali seperti biasa. Gadis itu hanya mencengkram erat pahanya sendiri.

"Pegangan, nanti jatuh," kata Ali sambil memakai helmnya

Prilly diam tak berkutik, tiba-tiba tangan Ali menarik tangan Prilly agar memeluk punggungnya. Prilly hanya diam, tak lama Prilly juga menyenderkan kepalanya di punggung Ali. Memejamkan matanya sejenak sambil mengusir rasa ketakutan yang sedang melandanya.

****

Ali memakirkan motornya di depan Cafe klasik yang sudah menjadi tempat favoritenya. Ali dan Prilly memasuki cafe tersebut sambil beriringan. Ali menyuruh Prilly ke atas rooftop terlebih dahulu, sedangkan ia memesankan menu yang akan ia makan bersama Prilly.

Sesampai diatas, pandangan Prilly memandang takjub pemandangan indah dari atas rooftop ini. Suasananya masih sama seperti pertama kali ia datang bersama Ali. Prilly melangkahkan kakinya menuju pinggiran rooftop sambil menatap lurus ke depan.

Prilly memejamkan matanya sejenak, tiba-tiba ia teringat----waktu yang punya tinggal 1 bulan lebih 3 minggu. Dan itu artinya, Prilly harus benar-benar merubah sifat Ali dan menikmati waktunya bersama Ali.

"Heh ngelamun aja, awas kesambet! Nih minum," kata Ali sambil memberikan segelas es cappucino kepada Prilly

"Makasih ya, maaf ngerepotin," ucap Prilly

"Santai aja,"

Hening. Mereka berdua sama-sama menatap lurus ke depan. Sesekali juga mereka menyeruput minuman di tangan mereka masing-masing.

"Li," panggil Prilly

"Hm,"

"Gue mau nanya," kata Prilly mulai serius, Prilly membalikkan badannya menghadap Ali.

"Apa?" tanya Ali sambil menaikkan alisnya

"Apa yang lo omongin sama Resti?" entah keberanian dari mana pertanyaan itu langsung keluar dari mulut Prilly

Ali diam selama 5 detik, matanya ia alihkan dari mata Prilly, "Biasa masalah sekolah" jawab Ali terlihat gugup

"Yakin?" tanya Prilly lagi, Ali hanya mengangguk

Prilly kembali mengalihkan pandangannya dari Ali. Prilly memegang gelasnya sangat erat. Prilly ingin sekali mengucapkan sesuatu, Prilly ingin mengakhiri semuanya.

"Li," panggil Prilly sedikit ragu

"Apa?"

"Setelah lulus nanti gue bakal pindah ke Jakarta," kata Prilly yang langsung menundukkan kepalanya

"Kenapa pindah? Apa lo gak betah di Bandung?" tanya Ali yang kini berhadapan dengan Prilly

Prilly menggeleng, "Terlalu banyak luka jika gue terus disini," katanya ambigu

"Maksudnya?"

Prilly menghela nafasnya dan beralih menatap Ali, "Gue pengen membuka lembaran baru di Jakarta,"

Ali semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan Prilly, "Coba jelasin ke gue apa tujuan lo pindah ke Jakarta? Apa lo mau ngejauhin gue?" tanya Ali sakarstik

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang