Prolog

42.6K 1.4K 40
                                    

Hari pernikahan itu harusnya hari yang bahagia? Hell... Big no! Buatku pernikahan ini adalah kesalahan terburuk yang pernah aku buat dan setujui

Namaku Kanaya Angela Malven, aku anak kedua sekaligus putri pertama di keluargaku. Ayahku memiliki hotel bintang lima di seperempat negeri ini. Aku sendiri juga memiliki usaha yang lumayan disini dan kalian tau apa yang membuatku berdiri dengan mengenakan baju pengantin hari ini?!

Semua bermula tiga bulan yang lalu, ketika aku untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun hidup di luar kota kembali ke kota tempatku dilahirkan. Alasan aku kembali adalah karna ibuku menginginkan aku pulang dan berbincang denganku

Kalian tau apa yang mereka bicarakan? Perjodohan... Aku dijodohkan dengan pemuda kaya anak relasi ayah. Jelas saja aku menolak, karna tersudut akhirnya aku bilang jika aku sudah memiliki calon untuk diriku sendiri

"Kalo lo mau bengong jangan disini" bisik calon suamiku penuh penekanan disetiap ucapannya

Aku hanya tersenyum di paksakan ketika kami akan berjalan menuju pelaminan tempat pendeta sudah menunggu kami

"Jadi apa kamu Xavierro Malvares D? Menerima Kanaya Angela Malven sebagai istrimu, dalam suka dan duka, sehat dan sakit sampai maut memisahkan?" Ucap sang pendeta

"Saya bersedia" calon suamiku menjawab dengan mantap

"Dan apakah kamu Kanaya Angela Malven Menerima Xavierro Malvares D sebagai suamimu, dalam suka dan duka, sehat dan sakit sampai maut memisahkan?" Pendeta bertanya padaku

"Saya bersedia..." Jawabku mantap semantap ayam goreng kfc yang hot banget rasanya

Agar acara cepat selesai maka aku menjawab pertanyaan pendeta dengan cepat dan mantap

"Silahkan pasangkan cincin pernikahan di jari manis pasangan kalian" suruh si pendeta

Aku dan calon suamiku buru-buru memasangkan cincin pernikahan kami. Dia memasangkan untukku begitu pula aku

Kalian mau tau bagaimana kami bertemu? Biarku ceritakan

Flashback

Aku sedang merutuki kebodohanku yang dengan entengnya mengatakan aku memiliki pasangan untuk diriku sendiri

"Huft..."aku menghela nafas "bego banget sih lo Kanaya... Kenapa coba lo bilang kalo lo udah punya pacar" makiku pada diri sendiri

Karna perasaan sedang buruk aku mulai menendangi batu kerikil yang ada di depan kakiku sepanjang aku berjalan

'Ctaakk'

"Aw..." Aku terkejut setelah mendengar seseorang meringis

Seorang pria sedang duduk termenung di pinggir danau menjadi korban dari batu yang ku tendang. Kulihat dia celingukkan dan mengarahkan pandangannya padaku

Pria itu berdiri dan menghampiriku dengan wajah tanpa ekspresi namun sorot matanya memperlihatkan dia sangat marah

"Lo!" Dia menunjukku "lo udah gila ya?! Lo pikir kepala gue gawang?!" Maki pria itu padaku

Aku speechless ketika dia memakiku emang aku yang salah sih... tapi, kok ngeliat orang ini aku malah jadi sebel ya? Gayanya senga banget

Baru aku mau bicara dia udah mengangkat telpon di saku jeansnya. Aku mencuri dengar sedikit yang dia katakan

"Hah? Dijodohin? Like hell i want! Jangan bercanda deh, lo bilang lah ke mereka gue gak mau! Hah?! Demi kelangsungan? Au ah... Terserah" dia menutup telponya dan memasukkan ponsel pintar itu kembali ke saku celananya

"Kawin kontrak sama gue mau gak?"

"Hah?! Apa lo bilang barusan?!" Perkataan pria itu membuat aku tersadar dengan apa yang ku lakukan

Aku segera membalik tubuhku membelakangi dia "bego...bego...bego... ngapain sih lo nawarin dia hal tolol macam itu?!" Marahku pada diri sendiri

"Hey! Kalo ngomong jangan setengah setengah! sini balik!" Titahnya padaku dan anehnya aku menurut dan membalikan badanku menghadapnya

"Hehehe..." Cengirku "sorry lupain aja yang tadi, gue cuma bercanda. Permisi" aku hendak meninggalkannya

"Jangan harap lo bisa lari setelah apa yang udah lo bilang ke gue" pria itu mencekal tanganku

Present time

Itulah awal pertemuan kami yang berakhir pada pernikahan ini. Acara pernikahan sendiri berpindah salah satu hotel ayah, dan aku masih harus memasang senyum manisku di depan semua tamu, begitu pula suamiku ini

Acara selesai kami pun pulang. Suamiku mengemudikan mobil sportnya memasuki daerah yang masih seperti hutan dan berhenti di sebuah rumah yang besarnya dua setengah kali luas stadion bola

"Ini rumah lo?" Tanyaku

"Menurut lo? Masih perlu ditanya?" Jawabnya ketus

"Ya siapa tau, ini rumah keluarga lo..." Aku dapat melihat rahang suamiku sedikit mengeras, sepertinya aku salah bicara

"Cepet masuk, atau gue tinggalin lo disini!" Perintahnya

Aku memasuki rumah itu, berjalan disampingnya dan kalian tau rumah yang besar ini hanya mempunyai sekitar 30-50 orang pelayan saja tapi itu belum termasuk tukang kebun dan lain-lain

Aku berjalan mengikuti dia ke lantai tiga, hell... Ini rumah cuma empat lantai tapi punya lift didalam. Kini aku berada di dalam lift bersama dengan suamiku atau yang aku panggil Ares

"Lo tau kan peraturannya?" Tanya Ares memecah keheningan di lift

"Tau kok, gak tidur sekamar, gak mencampuri urusan lo begitu juga sebaliknya, cukup bertingkah biasa, gak banyak tanya tentang masalah pribadi lo, terus-"

"Udah cukup, berarti lo masih inget" dia menyela ucapanku

"Em... Ares...pelayan disini dan juga yang lain yang ada dirumah ini gak bakal bocorin rahasia kita kan?" Tanyaku

"Gak bakal, lo tenang aja. You just need to pretend that you're my wife" dia berucap

"Cuma 14 minggu doang kan?" Tanyaku meyakinkan diri

"Iya cuma empat belas minggu setelahnya kita cerai dan bebas ngelakuin apapun" bersamaan dengan akhir jawabannya lift ini sampai di lantai tiga

"Itu kamar lo, ini kamar gue. Sebagian baju lo ada di kamar gue. Buat jaga-jaga kalo keluarga lo atau relasi bisnis gue dateng dan bermalam disini" aku mengangguk paham dan masuk ke dalam kamar yang di tunjuk olehnya

Aku mengunci pintu kamar dan membersihkan diri setelahnya aku membaringkan tubuh di ranjang queen size yang sudah memanggil untuk ditiduri...

"Cuma empat belas minggu, semangat Angel, lo pasti bisa. Demi kebebasan lo nanti..." Ya demi kebebasan dari keharusan menikah...

[KDS #1] We're Married aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang