"Ana!" Ares menarik tangan Kanaya dengan cepat. Tubuh Kanaya kini jatuh dipelukannya, beruntung Ares menarik tangan itu dengan cepat jika tidak, dapat dipastikan Kanaya akan mencium lantai dengan mulus
"Ana... Ana..." Ares menepuk pipi Kanaya pelan, merasa Kanaya tak kunjung bangun Ares menggendong istrinya keluar dan menuju ke rumah sakit
"Kak Sherly..." Ares memanggil kakak iparnya begitu ia sampai di rumah sakit
"Astaga Angel..." Sherly langsung mengajak beberapoa perawat dan mengambil ranjang pasien untuk adik iparnya "Cepat bawa dia ke ruang VIP"suruh
Tak lama sejak Kanaya di masukan ke ruang VVIP, gadis itu tersadar
"Kak..." panggilnya lemah
"Angel, kamu bikin kakak khawatir aja..." Ucap Sherly sambil mengecup dahi Kanaya
"Kak, aku kenapa?"
"Selamat ya Angel. Semoga dia sehat disini" Sherly mengusap perut rata Kanaya membuat gadis itu terlonjak
"Ini... Aku..." Sherly mengangguk mantap
"Udah dua minggu. Biar aku beri tahu suamimu dulu" Sherly membalikkan tubuhnya dan seketika itu juga Kanaya menarik tangan kakak iparnya
"Kak, jangan beritahu Ares dulu" pinta Kanaya
"Kenapa?"
"Aku takut Ares belum siap. Dia pernah bilang dia gak bisa mengatasi anak kecil. Waktu si kembar dititip juga dia gak terlalu senang kak...." Jelas Kanaya
"Jadi, kamu mau sembunyikan dulu tentang anak ini?"
"Iya kak, setidaknya sampai aku tahu dia siap. Kalau tidak..."
"Kalau tidak?"
"Akan aku gugurkan saja kak. Meski aku juga gak rela"
"Kamu gila?" Kanaya hanya menggeleng
"Aku cuma gak mau bayi ini nantinya gak dapat kasih sayang dari ayahnya sendiri. Udah itu aja, makanya biar aku lihat dulu apa Ares siap atau tidak"
Setelah berhasil meyakinkan kakak iparnya, Kanaya mengizinkan kakak iparnya keluar dari kamar rawatnya untuk menemui Ares
"Angel udah sadar tuh Xav, kamu mending temani dia" ucap Sherly sesaat setelah ia keluar dari kamar Angel dan melihat Ares duduk termenung
"Oh, iya" Ares mengangguk "dia kenapa kak?"
"Kelelahan aja. Stress juga sih, tapi udah gak apa kok" ucap Sherly
Ares kembali mengangguk dan hendak masuk jika saja panggilan Sherly tidak terdengar olehnya
"Kenapa kak?"
"Kamu..." Sherly menimbang sebentar "gak, gak jadi. Udah temani istrimu sana" Sherly berbalik
"Honey?" Panggil Ares saat melihat istrinya menatap ke arah jendela
"Hm?" Jawab Kanaya pelan "Ares..." Rengek Kanaya pada Ares
"Ada apa hm?" Ares memeluk pelan istrinya
"Aku pikir kamu gak akan dateng tadi" ucap Kanaya sangat pelan
"Aku gak akan pernah biarin kamu sendiri. Maaf, karna aku sudah membuat membuat kamu stress dan bahkan sampai diculik oleh mereka" Kanaya menggelengkan kepalanya
"Aku bersyukur kamu datang" Ares mengelus rambut Kanaya dengan lembut dan sesekali mencium puncak kepala Kanaya
"Tidurlah, aku temani disini" ucap Ares sambil melepaskan pelukannya
Bukannya tidur Kanaya malah menggeser tubuhnya. Membuat Ares menaikkan sebelah alisnya karna bingung. Ares baru mengerti maksud dari Kanaya setelah istrinya itu menepuk-nepuk sisi kosong dari ranjang pasien itu
Ares terkekeh. Ia melepas sepatunya dan naik ke atas ranjang pasien itu lalu membaringkan dirinya disana. Dengan senang hati Kanaya ikut berbaring disebelah Ares dan langsung memeluk tubuh kekar sang suami
"Now you have to sleep" perintah Ares secara halus
"Good night, hubby" ucap Kanaya
"Good night honey" Ares mengecup kening Kanaya "have a nice dream"
Suara detak jantung dan tarikan nafas Ares menjadi lagu pengantar tidur bagi Kanaya. Kanaya memejamkan matanya pelan dan menikmati belaian sang suami di rambutnya hingga ia terlelap di alam mimpi.
.......
Sebulan kemudian Kanaya kembali ke tempat kakak iparnya. Hal yang tentu saja membuat sang kakak ipar terkejut setengah mati
"Dia belum siap kak. Seperti yang aku bilang dulu, aku akan menggugurkan dia saja kak" ucap Kanaya lesu
"Kamu yakin? Coba kamu tanya dulu padanya, siapa tau dia akan sangat senang dengan kabar ini"
Kanaya menggeleng "aku yakin dia akan bilang jangan tapi, itu bukan karna sayang melainkan hanya untuk menyenangkan aku saja"
Sherly menghela nafas, ia tahu betul tabiat adik iparnya ini. Sherly memejamkan matanya dan mengangguk
"Oke, besok pagi kamu kesini. Biar nanti kakak minta bantuan teman kakak yang memang sudah ahli dibidangnya"
"Terimakasih kak..." Sherly mengangguk dan Kanaya segera keluar dari ruangan kakak iparnya itu
Kanaya mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor yang sudah dia hafal bahakan dimasukan ke panggilan cepat nomor 1 di ponselnya. Ares, sang suami
"Halo, aku ganggu gak?"
"Nggak, ada apa?"
"Makan siang bareng mau? Aku bosen lunch sendirian" pinta Kanaya manja
"Mmm, okey. Kita lunch dimana?"
"Restoran deket kantor kamu aja. Biar aku kesana nanti"
"Okey, sampe ketemu nanti siang. Jangan nakal ya..."
"Iya. See you" Kanaya memasukkan ponselnya dan memasuki mobil pribadinya
......
Kanaya memasuki gedung perusahaan suaminya sekitar pukul setengah sebelas. Ia langsung menaiki lift menuju ke ruangan sang suami. Sesekali Kanaya mengusap perut ratanya dengan perasaan sayang
"I want to meet mr. Dimitry please" ucap Kanaya dengan sopan kepada seorang gadis di depan ruangan Ares
"Sorry but, mr. Dimitry is busy now. You can come back later" Kanaya memutar bola matanya malas
'Sibuk apaan orang tadi dia baru telpon kok' batin Kanaya
Kanaya langsung menerobos masuk ke dalam ruangan sang suami
"Hei, i was waiting for you, honey" Ares memeluk sang istri begitu Kanaya memasuki ruangan itu
Sang sekretaris hanya diam sambil menatap Kanaya, lalu menutup pintu ruangan kerja Ares
"Ayo kita berangkat" ajak Kanaya pada suaminya
Ares hanya tersenyum melihat tingkah sang istri. Sedang Kanaya sibuk berusaha menahan airmatanya agar tidak keluar. Dalam hati Kanaya mengumamkan maaf pada calon anaknya
'Maafkan ibu nak. Ibu tidak tau harus berkata apalagi padamu. Setidaknya hari ini kamu bisa bersama dengan ayahmu. Maaf...'
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #1] We're Married aren't We?
Romance-Gue gak mau married orang karir udah lumayan belum lagi keluarga gue juga udah mapan. masa, gue harus married....- Kanaya Angela Malven -Nikah atau gak? Like hell i want to married... umur gue masih muda, cewek cuma masalah... nikah? ogah! - Xavier...