Setelah mengunjungi kak Marlyn dan mengobati luka Ares, kami terbang dengan jet pribadi ke Marvinia. Ares sudah memilih sebuah gereja yang sepi pengunjung dan membayar kepada pengurus gereja untuk biaya pernikahan dan penutup mulut. Ares bahkan berjanji untuk membantu pembangunan gereja serta akan mendanai gereja setiap bulannya
Ares dan aku kembali membeli pakaian pengantin yang baru untuk kami. Kini Ares menuntunku berjalan menuju ke depan altar
"Let's we begin this wedding" sang pastur membuka kitabnya
"Apakah anda Xavierro Malvares Dimitry, bersedia menerima Kanaya Angela Malven sebagai istri anda dalam keadaan susah senang, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tanpa melihat materi dan wanita lain seumur hidupmu sampai maut memisahkan kalian?"
"Ya, saya bersedia menerima Kanaya Angela Malven sebagai istri saya dalam keadaan susah dan senang, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tanpa melihat materi dan wanita lain, saya akan menemani, melindungi, menjaga serta merawatnya sampai maut memisahkan" Ares berucap dengan lantang dan penuh keyakinan namun tatapan dan raut wajahnya terlihat lembut padaku
"Dan apakah anda Kanaya Angela Malven, bersedia menerima Xavierro Malvares Dimitry sebagai suami anda dalam keadaan susah senang, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tanpa melihat materi dan pria lain seumur hidupmu sampai maut memisahkan kalian?"
" saya bersedia menerima Xavierro Malvares Dimitry sebagai suami saya dalam keadaan susah dan senang, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tanpa melihat materi dan pria lain, saya akan menjalan tugas saya sebagai istri dan membantu suami saya jika dibutuhkan. Saya akan setia disampingnya, serta mendukung keputusannya, sampai maut memisahkan" aku menatapnya dengan senyuman dan mengucapkan sumpah itu dengan lantang
"Dengan wewenang yang diberikan oleh Sang Kuasa, aku tetapkan kalian sebagai suami dan istri. Jalankan tugas kalian sebaik-baiknya sampai maut memisahkan kalian. You may kiss your bride"
Tanpa ragu Ares menciumku, bukan ciuman pura-pura, bukan juga ciuman paksaan tapi, ciuman lembut dan penuh kasih sayang
"Thanks, udah hadir dalam hidup aku Res" ucapku saat Ares menyudahi acara cium mencium
"Thanks sudah bersedia kembali padaku" ucap Ares sambil memelukku "aku gak akan pernah melepaskan kamu lagi" bisiknya di telingaku
"Aku juga gak rela buat pergi dari kamu Res. Gak setelah kamu sudah begitu baik padaku" Ares tersenyum puas
Ares menggenggam tanganku dan kami bersama-sama melangkah keluar dari gereja itu. Jika dulu kami keluar dari gereja dengan penuh rasa terpaksa, maka kini kami keluar dari gereja ini dengan hati yang sangat senang...
"Semoga setiap hari yang akan kita lalui akan selalu sebahagia ini..." Gumamku disambut anggukan setuju Ares
.....
Para pelayan menyambut kepulangan kami dengan gembira, mereka bahkan memasak berbagai hidangan mewah. Hari ini keluarga Dimitry dan Malven berkumpul jadi satu di mansion kami
"Keluarga Malven kembali berkurang satu orang lagi..." Ucap bunda
"Nggak kok bun, gak berkurang" ucapku memeluk bunda dari belakang
Seluruh anggota keluarga menatap kami heran
"Kalian gak nikah kontrak lagi kan?" Tanya ma penasaran
"Mmm...." Ares tidak menjawab malah menampakkan wajah berpikir
"Tentu aja nggak ma, aku dan Ana bener-bener nikah kali ini hanya saja nama Ana tidak berubah tapi bertambah, itu kesepakatan kami"
"Bertambah?"
"Iya" Ares menghampiriku dan merangkulku "namanya, Kanaya Angela Malven Dimitry" Ares mengecup keningku sekilas "jadi, keluarga Malven jumlahnya tetap dan keluarga Dimitry bertambah satu orang. Adil kan?" Lanjut Ares
Seluruh keluar tersenyum senang, mungkin mereka tidak menyangka kami akan memutuskan hal ini. Gak ada salahnya juga kok, sekali-sekali memiliki nama yang panjang
"Tapi tetep kamu akan di panggil nyonya Dimitry, sesuai dengan namaku iya kan?" Aku mengangguk
Makan malam yang hangat dengan kebersamaan keluarga, menjadi makan malam yang paling indah seumur
Hidupku........
"Ngapain kamu kesana?" Ares menarik tanganku lembut saat aku tidak masuk ke kamarnya
"A-aku... Itu..." Ares tersenyum
"Kamar kamu sekarang disini, bareng sama aku..." Ares menarikku pelan namun berhasil membuat aku jatuh ke pelukannya
"Ares... Nanti ada yang liat" bisiku
"Biar aja, toh kita kan sudah sah" ucapnya dengan tanpa dosa
.....
Sinar mentari pagi masuk melalui celah kecil gorden kamar ini. Aku membalikkan tubuhku untuk menghindari silaunya sinar matahari
"Ngh..." Aku terheran-heran ketika merasakan bantalku berubah jadi agak keras, bahkan berdetak...
'Wait... Berdetak? Sejak kapan bantal bisa berdetak?' Aku membuka mataku perlahan dan mendapati dada bidang Ares dengan kulit putih pucatnya
-blush- pipiku langsung memanas
Benar juga semalam Ares menggendongku macam karung beras dan memaksaku untuk tidur di kasur ini. Tapi, seingatku kemarin Ares keluar dan entah kapan ia kembali. Biarlah, yang penting berada dalam pelukannya terasa sangat nyaman dan menyenangkan, cukup hangat untuk musim dingin...
Aku memutuskan untuk bangun dan segera bersiap. Kupindahkan lengan Ares perlahan dari atas perutku dan perlahan turun dari kasur. Seusai bersiap aku turun kebawah dan menyiapkan sarapan bersama dengan para pelayan
"Mornin' honey" wangi khas Ares memasuki penciumanku diikuti dengan kedua lengannya yang melingkar manis di pinggangku
"Pagi..." Sapaku singkat sembari menyusun piring ditanganku
"Siapa yang masak? Kamu?"
"Iya, dibantu yang la-" aku terperangah melihat tinggi badan Ares yang lumayan "-in..." Lanjutku
"Kenapa kaget begitu?" Ares dengan jahil menanyaiku
"Ng-nggak kok, gak ada apa-apa..." Aku menutupi kegugupanku
"Liar" ucapnya
"Ish... Kamu ini..." Ares tersenyum tipis, seperti hanya aku saja yang boleh melihat senyum itu
Sekitar pukul satu siang, pihak butik menelpon dan meminta kami ke butik untuk melihat baju yang kami pesan. Kami berangkat dan alangkah terkejutnya kami ketika kami melihat segerombol wartawan memenuhi jalanan butik
"Tuan Xavier apakah benar anda melakukan pernikahan kontrak dengan Kanaya? Tolong dijawab" salah seorang wartawan menanyai Ares
Ares menarikku lebih dekat dengannya, memegang erat bahuku dan berjalan menerobos barisan wartawan
"Sorry, kita lagi buru-buru" jawab Ares sedatar mungkin
Kami melakukan fitting baju dan menanyakan kapan baju itu bisa diantar. Sekitar satu jam kami disana dan akhirnya kami bergegas pulang. Well, barisan wartawan masih setia berada disana
"Tuan Xav boleh dijawab pertanyaannya?" Wartawan mendesak Ares
"Atau nona Kanaya boleh kami tanya alasan anda menikah kontrak dengan tuan Xavier?" Seorang wartawan menanyaiku
Aku hanya diam saja, Ares tak menjawab satupun pertanyaan mereka begitu pula aku akhirnya kami kembali kerumah dengan tubuh selelah berlari marathon
"Wartawan itu hebat ya..." Gumamku tanpa sadar
"Hm?"
"Entah dari mana mereka tau berita itu sampai mereka mengejar kita kayak tadi..." Ares terkekeh saja mendengar ucapanku
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #1] We're Married aren't We?
Romantizm-Gue gak mau married orang karir udah lumayan belum lagi keluarga gue juga udah mapan. masa, gue harus married....- Kanaya Angela Malven -Nikah atau gak? Like hell i want to married... umur gue masih muda, cewek cuma masalah... nikah? ogah! - Xavier...