Semalaman aku berbincang dengan Ares dan akhirnya diambilah keputusan untuk mengikat janji sekali lagi tanpa kontrak apapun
"Jadi besok kita ke Andlesia?" Ares mengelengkan kepalanya
"Tidak, kita akan ke Marvinia. Disana lebih aman dan tenang"
"Kamu ini suka sekali dengan bagian yang berseberangan yah?"
"Hah?"
"Iya maksud ku, dulu kamu membawa aku lari ke Andlesia yang letaknya mendekati ujung utara dunia dan sekarang kita akan menikah di ujung selatan dunia begitu?"
"Kamu gak suka?"
"Bukan gak suka sih, sebenernya..."
"Lalu?"
"Aku..." Ares mendekatiku dan mencium keningku
"Bilang saja aku janji gak akan marah atau yang sejenis itu"
"Aku bingung, Res..."
"Bingung kenapa?"
"Aneh aja gitu kamu kok bisa memilih tempat yang merupakan tempat favorit aku loh" Ares menatapku dengan senyum tipis menghiasi bibirnya
"Entahlah, kalo boleh jujur dulu waktu aku kecil ada seorang gadis yang mengatakan semua itu padaku, padahal kami baru bertemu lima menit saja itu pun hanya di arena bermain saja" rasa sakit mendera diriku ketika Ares menceritakan itu padaku. Bukan di hatiku tapi kepalaku
Aku mencoba tersenyum saat Ares masih melanjutkan sesi ceritanya. Aku berusaha mencerna apa yang diucapkan dan seketika itu kelebatan tentang festival sewaktu aku kecil berputar di kepalaku bagaikan sebuah video
"Akh..." Ringisku saat kepalaku benar-benar sakit
"Kamu kenapa?" Ares menangkap tubuhku sebelum aku merosot kebawah
Aku menatap mata Ares dan yang nampak di mataku adalah bocah kecil di dalam mimpiku dulu
"Dave d'Angelo? A boy with navy shirt and jeans?" Gumamku tak jelas yang anehnya justru membuat Ares terkejut bukan marah
"Dari mana kamu tau itu?" Ares menyelidik
"A-aku..." Belum juga sempat aku menjawab mataku sudah keburu tertutup dan pandanganku menjadi gelap
....
"Nghh..." Aku membuka mataku perlahan, rasa sakit di kepalaku masih terasa
Aku mendengar keributan di luar kamar ini. Aku jadi penasaran sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar. Aku membulatkan mataku saat aku melihat seluruh keluarga kami, Dimitry dan Malven, ada di bawah tangga dan sedang memaki Ares
"Ares?" Aku memanggilnya, seluruh orang disana terkejut. Kak Thomas datang ke arahku dan menuntunku turun
"Ini ada apa?" Tanyaku heran dan saat aku sampai di bawah aku langsung disambut oleh wajah lebam dan lecet Ares
Tanpa babibu aku langsung melepaskan tangan kak Thomas dan berlari ke tempat Ares "astaga Ares, ini kenapa bisa begini?" Aku menyentuh wajahnya dengan hati-hati
"Gak apa, sshh" Ares meringis saat aku tanpa sengaja menyentuh lukanya
"Apanya gak apa? Orang jelas-jelas wajahmu lecet dan biru disana-sini kayak gitu!" Marahku "Riska, tolong ambilin kotak obat" pintaku pada Riska yang langsung diiyakan olehnya
"Sini duduk" aku menarik lengan Ares untuk duduk di sofa
"Siapa yang perbolehkan dia duduk?!" Suara kak Hanz mengejutkan aku
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #1] We're Married aren't We?
Romans-Gue gak mau married orang karir udah lumayan belum lagi keluarga gue juga udah mapan. masa, gue harus married....- Kanaya Angela Malven -Nikah atau gak? Like hell i want to married... umur gue masih muda, cewek cuma masalah... nikah? ogah! - Xavier...