Aku bangun saat merasakan sinar matahari pagi menerobos masuk dan menyinari kelopak mataku yang masih tertutup. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan mendapati telapak tangan kiriku serta dahiku sudah diperban, sedang pipiku yang bengkak sudah ditempeli oleh cool patch
"Kamu udah bangun? Ini sarapan kamu, aku ke kantor dulu" Ares mengantarkan makanan ke kamarku, dan mengecup sekilas pucak kepalaku sementara aku menghindar
"Jangan sentuh!" Aku menjauh darinya
Ares hanya mengangkat kedua bahunya dan berbalik keluar dari kamar. Saat itu juga aku menyadari Ares mengunci pintu kamar ini. Aku berlari dan menggedor pintu putih di depanku
"Ares! Buka pintunya! Ares! Kamu gak bisa ngurung aku disini Ares!!!" Teriakku dan tidak dihiraukan olehnya
"Ares, please... jangan lakukan ini sama aku, please..." Lirihku dan membiarkan tubuhku merosot ke lantai dingin
Aku membiarkan ruangan ini tetap dingin tanpa menyalakan penghangat ruangan. Bagiku tak ada bedanya ruangan ini dengan hatiku yang sudah terlanjur dingin dan membeku karna Ares
"Aku cape Res hiks... hiks... melepaskan kamu sulit tapi lebih sulit untuk tinggal di hadapan dan hati kamu... hiks..." Aku kembali menangis
Seharian itu aku hanya menangis dan menangis entah sampai kapan air mataku akan berhenti. Pandanganku tertuju pada beranda dan tiba-tiba sebuah lampu LED menyala di otakku
Aku berlari menuju beranda dan ternyata beranda itu dikunci mati oleh Ares. Harapan terakhirku musnah, aku mundur beberapa langkah dari depan pintu beranda. Menjatuhkan diriku di samping kasur dan menumpukan kepalaku di kasur itu
"Ya Tuhan, hukum aku dengan hukuman apapun, tapi jangan lakukan hal ini padaku..." Lagi air mataku mengalir
Aku terlalu lelah dan akhirnya aku terlelap dengan kepalaku masih bertumpu di kasur. Sebuah sentuhan lembut tangan kekar mendarat di pipiku. Sentuhan yang jujur saja tak ingin aku dapatkan
"Jangan sentuh aku Res, please..." Ucapku dengan mata tertutup
"Makan dulu, udah malam. Kamar ini dingin banget nyalain penghangat ruangannya, nanti kamu sakit lagi" ucapnya dan dia menyalakan penghangat ruangannya
"..." Aku hanya diam di tempatku tanpa melakukan apapun
"Kenapa sarapannya gak dimakan? Kamu gak suka?" Tanyanya
"..." Aku hanya terdiam, tak mau menjawab dan melihat wajahnya
"Jawab aku! Jangan diam aja kayak patung!" Ares menarik wajahku menghadap ke wajahnya
"Bukan urusanmu! jangan peduli sama aku!" Aku menghempaskan tangannya
Aku tahu dia marah, tapi dia tidak membentakku. Dia hanya meninggalkan aku di kamar ini. Dia mengunci kamar ini lagi
"Sebenarnya kamu anggap aku apa Res? Mainan? Hewan peliharaanmu?" Aku kembali menangis
Aku melemparkan semua botol parfum di kamarku dan salah satunya mengenai penghangat ruangan. Mungkin penghangat ruangan itu rusak sekarang. Biarlah, aku tak peduli. Lebih baik mati kedinginan disini
Keesokan harinya Ares kembali membawa sarapan untukku dan tak mengatakan apapun dia hanya mengantar makanan dan mengambil makan malam kemarin yang belum aku sentuh, lalu keluar dari kamar ini dan mengunci pintunya dan begitu seterusnya
Seminggu sudah berlalu, Ares mengganti penghangat ruangan di kamar ini dengan yang baru. Dan malam ini wanita itu datang. Aku bisa mendengar suaranya dari kamar ini, aku mendengar semua yang mereka lakukan...
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #1] We're Married aren't We?
Romansa-Gue gak mau married orang karir udah lumayan belum lagi keluarga gue juga udah mapan. masa, gue harus married....- Kanaya Angela Malven -Nikah atau gak? Like hell i want to married... umur gue masih muda, cewek cuma masalah... nikah? ogah! - Xavier...