Normal POV
Setahun sudah berlalu dengan ketenangan di negara ini. Aku menjalani kehidupanku seperti biasa, tanpa beban meski ada kekosongan di sudut hati terkecilku. Kini aku sedang menunggu seorang sahabat, di depan toko buku
"Ela..." Ah itu dia datang
"Hey..." Aku menyapanya
"Maaf aku lama, kau tau kan toko selalu ramai" aku hanya menggeleng
"No problem Mark, ayo kita berangkat sebelum makan siang berakhir"
Aku berjalan bersisian dengan Mark. Mark adalah tetangga sebelah apartemenku, dia memiliki seorang putri kecil, hasil pernikahannya. Sayang, istrinya meninggal karna melahirkan anak itu. Biasanya Mark menitipkan putrinya yang baru setahun itu ke penitipan anak
Sepajang perjalanan menuju ke kedai makanan, Mark banyak bercerita tentang pekerjaan dan putrinya yang lucu itu. Mau tidak mau aku tersenyum dan sesekali tertawa mendengarnya
"Hm?" Aku menoleh kebelakangku, rasanya aku melihat Ares disana, tapi saat aku lihat dengan jelas dia tidak ada
"Ada apa?" Mark menatapku
"No, nothing" sebersit perasaan kecewa menghampiriku
Aku mengaharapkan dia datang dan menjemputku tapi mana mungkin dia datang. Dia sudah memiliki malaikat untuk menjaganya disana. Hanya akan menyakiti diri sendiri jika aku masih mengharapkan dia
....
Aku keluar dari kantorku dengan rasa lelah diseluruh tubuh. Sudah jam sembilan. Aku berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang mulai sepi. Semilir angin menyambutku, ingin membeli mobil tapi nyatanya aku tak bisa. Gaji di kantor ini tidaklah besar. Berjalan kaki selama satu jam menuju rumah menjadi keseharianku setiap harinya
"Hm?" Aku menautkan alisku bingung
Sebuah mobil hitam terparkir di depan apartemen. Saat aku berjalan keluarlah dua orang dengan balutan jas yang rapi dari mobil itu. Balto dan Allen...
"Nyonya..." "Lady..." Mereka memanggilku
Aku tak menjawab berusaha menulikan telingaku, aku melangkah melewati mereka sampai sebuah tangan kekar memegangku
"I miss you so much" ucapnya
"..." Aku diam tapi berusaha melepaskan tangan itu
"Why did you go?" Lirihnya
Aku berbalik dan mendapati wajah sedih orang yang aku rindukan sebenarnya
"We're already end Res so, let me go" aku menepis tangannya namun pegangannya semakin mengerat
"No, i wont let you go. Not after i know your reason"
"What?"
"Tell me why did you go?" Aku memutar bola mataku malas
"How if i ask you the same things?" Jawabku sarkastik
"Perusahaanku memanggil, mau tidak mau aku kesana. Anak perusahaanku di ujung kebangkrutan"
"How funny..." Aku menarik tanganku tapi tangan kekar Ares malah menarikku ke pelukannya
Seketika tubuhku membeku, wangi parfum Ares memasuki penciumanku bersamaan dengan bau wine dan bau rumah sakit. Wait, rumah sakit?
"I'm sorry, aku tau aku gak ada di samping kamu saat kamu butuhin aku. Aku juga minta maaf karna pergi tanpa memberitahu kamu. Hukuman yang kamu berikan padaku sudah sangat menyadarkan aku dari kebodohanku" Ares berucap di telingaku dengan begitu lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #1] We're Married aren't We?
Romance-Gue gak mau married orang karir udah lumayan belum lagi keluarga gue juga udah mapan. masa, gue harus married....- Kanaya Angela Malven -Nikah atau gak? Like hell i want to married... umur gue masih muda, cewek cuma masalah... nikah? ogah! - Xavier...