We're Married, Aren't We?

27.8K 898 12
                                    

Ares mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia membatalkan rapat dengan klien dan pemegang saham. Meninggalkan kantornya seperti orang kesetanan demi satu orang- ah tidak bukan satu orang tapi dua orang. Istrinya dan calon anak mereka

"Pak maaf, anda tidak bisa parkir disini" tegur satpam padanya dan dengan segera ia melemparkan kunci mobilnya pada si satpam

"Tolong bapak parkirkan" titahnya pada satpam itu

Ares berlari menyusuri koridor dan membuka sebuah pintu putih besar di depannya

"Ana!" Bentaknya pada sang istri

Kanaya membulatkan matanya sempurna, sedangkan dokter di ruangan itu terkejut minta ampun begitu melihat wajah Ares yang sudah seperti malaikat pencabut nyawa

"Boleh tinggalkan kami?" Tanya Ares dan sang dokter langsung pergi dari ruangan itu dan menutup pintu ruangan itu rapat-rapat

Ares berjalan menghampiri tempat istrinya. Ranjang pasien. Kanaya meneguk ludahnya. Perasaan ngeri menghampirinya, wajah dan aura di sekitar Ares tidaklah bersahabat

"Apa kau sudah melakukannya?" Pertanyaan Ares mengandung nada yang berbanding terbalik dengan wajah dan aura yang tadi dikeluarkannya

"Apa kau sudah... sudah.." Sulit rasanya bagi Ares menyebutkan kata-katanya

-Tes-

Pupil mata Kanaya melebar, setetes air mata lolos dari mata sang suami disusul tetesan-tetesan lainnya. Sorot mata dan wajah Ares begitu terluka

"Ares..." Panggil Kanaya dan Ares hanya diam

"Kenapa?" Tanya Ares dengan lirih

"Harusnya kamu beri tau aku. Kenapa kamu mengambil keputusan itu sendiri?" Kanaya tak bisa menjawab pertanyaan suaminya, ia bahkan tak menyangka jika suaminya akan sesedih ini

"A-aku..."

"Kenapa harus kak Sherly yang memberitau aku? Kenapa kamu minta dia berbohong? You didn't trust me, did you? If you didn't trust me why you married with me? Why? Isn't that yours to?"

Kanaya merasa hatinya teriris oleh pisau tak kasat mata. Keputusan bodohnya menyakiti orang yang amat dicintainya dan dia tidak menyangka hal itu

Kanaya turun dari ranjang pasien dan menghampiri suaminya. Dia menghapus tiap  tetes air mata sang suami degan ibu jarinya

"Maaf... Maaf..." Hanya itu yang dapat di ucapkan oleh Kanaya

Kanaya mengambil tangan Ares dan membawa tangan itu ke perutnya yang masih rata

"Baby, this is your daddy. He's love you so much. I'm sorry baby, please forgive your mom okey?" Bisik Kanaya

Ares mengangkat wajahnya "so, you.." Kanaya menangguk

"Kamu datang disaat yang tepat. And please forgive my stupidness" ucap Kanaya

Ares langsung memeluk istrinya dengan sangat erat namun lembut. Berterimakasih pada Tuhan karna memberinya kesempatan menjadi seorang Ayah

"Maaf, aku benar-benar bodoh. Kak Sherly sudah menyuruhku memberitaumu tapi, aku malah menolak"

"Jika kau membuang dia, aku akan mengutuk diriku sendiri. Aku benar-benar suami yang buruk bukan?" Lirih Ares

Kanaya menggeleng dalam pelukan suaminya

"No, you're best of the best husband in this world and i'm sure that you'll be best of the best father in this world" ucap Kanaya tulus

Ares menuntun Kanaya keluar dari rumah sakit itu. Tentu saja mereka meminta maaf kepada kakak ipar yang mereka susahkan

Ares membawa istrinya pulang ke rumah mereka dan langsung menggendong sang istri ke kamar mereka. Ares menyuruh semua pelayan dan pengawalnya untuk menjaga sang istri dengan lebih teliti lagi. Prioritas nomor satu adalah sang istri dan calon anak mereka

......

"Hubby..." Rengek Kanaya manja pada suaminya "bangun dong... kamu kan janji mau temani aku ke taman..." Kanaya terus merengek namun Ares tak kunjung membuka matanya

Dengan kesal Kanaya duduk bersedekap di atas kasurnya, memajukan bibirnya dan menggembungkan pipinya. Sebenarnya Ares sudah setengah tersadar, hanya saja matanya masih terasa berat menempel, tidak mau terbuka. Kanaya terus menggoyangkan lengan sang suami tanpa bosan sambil terus merengek

"Hubby... Bangun dong..."

"Hubby... Ish... Rese banget sih kamu"

"Ares... Bangun... Ar-hmmm" Kanaya berlari ke kamar mandi dan memulai acara muntah di pagi hari

Ares tentu saja langsung melompat turun dari kasur dan menyusul sang istri. Perlahan Ares menepuk punggung sang istri sambil memijat leher istrinya dengan lembut

"Ini udah sebulan loh, kamu masih mual dan muntah begini. Beneran gak apa nih? Kita ke dokter aja yuk" Ajak Ares khawatir dengan istrinya yang semakin kurus karna jarang makan

Kanaya menggeleng. Setelah ia mengeluarkan isi perutnya yang bahkan masih kosong, Kanaya membasuh wajah dan mulutnya.

"Aku gak minta ke dokter, tapi aku au ke taman. Kamu udah janji mau temani aku kan?" Ucap Kanaya pada suaminya

"Iya, aku temani. Aku mandi dulu, kamu tunggu di kasur dulu, okey?"

"Gendong..." Pinta Kanaya manja

Ares terkekeh dengan tingkah manja sang istri. Ares menggendong Kanaya dengan bridal style dan membawa sang istri ke kasur mereka

"Tunggu disini ya honey, baby. Daddy mandi dulu. Baby jangan nakal yah, kasian mommy kalo baby nakal" Ares mengelus perut rata Kanaya

Kanaya hanya tersenyum melihat tingkah suaminya. Setelah puas mengelus perut Kanaya, Ares mengecup dahi sang istri dan segera melesat ke kamar mandi

.....

"Hubby, kamu mau baby perempuan atau laki-laki?" Tanya Kanaya, kini mereka tengah duduk di atas rumput dai taman rumah mereka

"Terserah yang diberikan oleh Tuhan saja. Yang penting dia sehat" ucap Ares sambil memainkan helaian rambut sang istri

"You know what? I think we'll become the happiest family in this world" ucap Kanaya

"Of course we will. Because we always together untill forever besides, we're married, aren't we? and we'll have a baby"

FIN

[KDS #1] We're Married aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang