[Completed] Heart In The Sky

Part 2

Tidak terasa jam begitu cepat berlalu, semua anak kelasku segera keluar setelah Bu Siti meninggalkan kelas kami. Aku melihat ke arah Rivaldo yang terlihat tergesa-gesa.

"Mau kemana?" tanyaku heran.

"Duh udah deh, lo gausah kepo. Mending lo cari temen yang mau temenan sama lo," jawabnya dengan langsung pergi meninggalkan aku yang masih berada di dalam kelas.

"Apa salahnya? Gue cuma mau bersikap ramah kok. Tapi kenapa mereka semua keliatan benci sama gue? Bahkan di sekolah ini, gue rasa gue gapunya siapa-siapa" gumamku.

Sekarang aku berjalan menuruni anak tangga dengan perlahan, ok kelas ku berada di lantai 3 dan untuk badan sebesar ini aku rasa itu membuat diriku susah untuk bernafas saat aku harus menaiki dan menuruni anak tangga untuk setiap hari.

"Brukkk"

"Sorry," ucapku saat seorang siswi menabrak pundakku dengan cukup kencang.

"Maaf ga senga--"

"loh Cal?" "Calerie?"

Sepertinya seorang siswi yang berada di hadapanku dengan tersenyum manis ini tengah mengenaliku, aku hanya terdiam memperhatikannya.

"Ini Utami, Cal," ucap Tami yang memegang kedua tanganku.

Aku mengulang perkataannya dengan mata yang melihat ke langit-langit sekolah, "Tami?"

"Iya Tami... atuh kita kan temen SMP, masa lo lupa sih," jawab Tami yang terlihat senang ketika mengetahuiku berada di sekolah ini.

"Sebentar... lo yang pernah bantuin gue waktu gue jatuh dari selokan deket sekolah SMP?" tanyaku memastikan.

Tami mengangguk dan tersenyum,

Utami Natasha, salah satu teman SMPku yang dulu pernah membantuku ketika kejadian kasus pembullyan saat aku masih duduk di kelas 9. Aku tidak menyangka, Utami begitu terlihat berbeda, kini ia memiliki wajah yang sangat cantik dengan tubuh yang putih. Bahkan aku saja semakin minder saat berada di hadapannya.

"Gue ke kantin dulu ya," Segera aku melepaskan genggaman tangan Utami dan dia membalasnya dengan senyuman.

Ketika aku berjalan menuju kantin, kulihat ada sebuah bola yang menggelinding mengenai kakiku.

"WOY GENDUT... TOLONG LEMPARIN KE SINI," teriak salah seorang siswa yang berada di lapangan.

Saat aku mengambil bola tersebut, kulihat Rivaldo tengah menungguku untuk melemparkan bola itu.

"BURUAN! JANGAN LEMOT!!! LEMPARIN SINI," teriaknya lagi.

Aku melemparkan bola tersebut dan setelah itu dia menendang bolanya ke teman yang berada di sebelah, "Oh pemain sepak bola," batinku.

Sekarang, aku duduk di sebuah kursi kosong setelah membawa pesanan makananku. Di hadapanku kini sudah ada 1 mangkok mie rebus, sepiring nasi goreng dan segelas jus jeruk. Aku melihat jam di tanganku menunjukkan pukul 9:15 pagi, Masih ada waktu untuk menikmati makanan ini dengan santai. Suasana kantin semakin ramai di tambah aku mendengar dari arah belakang, sekelompok siswi tengah berteriak histeris, "Kenapa sih?" tanyaku heran. Ku lihat kini Rivaldo beserta temannya baru memasuki kantin sekolahku. Dengan rambut yang dia sisir menggunakan jari tangannya membuat mereka semakin histeris, bahkan ada yang mencoba untuk mendekati Rivaldo tapi ia hanya membalas dengan senyuman yang manis. Kini, Rivaldo dan temannya yang aku tahu bernama Akbar itu tengah mencari bangku kantin yang kosong.

"Rivaldo duduk sama gue aja sini"

"Do... di sini aja"

"KAKA... DUDUK SAMA KITA KAK"

"Valdo... di sini aja atuh..."

"Tempat lo kosong kan?" tanya Rivaldo

"Gleekkk..." Aku menelan nasi goreng yang berada di mulutku ketika Rivaldo dan Akbar duduk di depanku.

Aku lihat badan mereka berdua penuh dengan keringat dan aku juga mendengar kekecewaan dari beberapa mulut siswi yang mencoba untuk satu meja dengan Rivaldo. Tapi kenapa cuma Rivaldo yang terus dikagumi?

Aku melihat Akbarpun cukup ganteng sama halnya dengan Rivaldo, badan yang tinggi, kulit yang putih, rambut hitam pekat. Yahh 11 12 lah sama Rivaldo. Setelah selesai makan, aku kembali berjalan menuju kelas. Aku melonggarkan ikat pinggang ku sedikit hanya untuk mendapatkan udara segar.