Part 13

173 19 0
                                    

Senin Pagi

Entah kenapa hari ini aku bangun lebih awal, bahkan sebelum jam waker dan alarm handphoneku berbunyi, yup 4:40 wib. Aku membuka gorden kamarku beserta jendelanya, aku hirup dalam-dalam udara di pagi hari ini. Kulihat sebuah vas bunga kecil berisikan banyaknya tangkai mawar merah berada di atas meja belajarku, aku sengaja menaruhnya di dalam vas, supaya aku bisa terus tersenyum dan mengingat kejadian yang tidak pernah aku lupakan.

Mawar merah pemberian dari Rivaldo pada sabtu malam kemarin. Aku duduk di kursi belajar dengan kedua tangan yang menopang kepala dan mataku tertuju pada sebuah bingkai foto diriku dengan Nathan sambil sesekali mataku melirik ke arah isi dari vas bunga tersebut.

"Nathan... I'm so happy today, ya aku harap kamu juga bakal ngerasain hal yang sama kayak aku. Kamu pasti udah taukan, kalo ada laki-laki yang kasih aku kejutan kemarin, gimana menurutmu? Apa dia bisa jadi Pacarku? Apa dia bakal nerima aku sebagai orang yang berarti di hidupnya layaknya kamu. Tapi jangan khawatir Nathan, ngga ada seorangpun yang bisa gantiin kamu sebagai sahabat terbaikku. Aku janji itu. Anyway, aku mau siap-siap berangkat sekolah dulu. I love you, Nat."

Kini aku bersiap-siap untuk mandi dan berganti pakaian. "Selesai sudah" ucapku saat selesai mengikat tali sepatu. Aku berdiri pada sebuah cermin yang cukup besar berada di pojok kanan kamarku. Aku terus memutarinya, kulihat tubuhku yang semakin gemuk dengan sebuah ikat pinggang yang kini melingkar di tubuhku. Warna kulit yang semakin gelap menambah aku makin tidak percaya pada diriku sendiri.

Aku segera keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. Yup seperti biasanya, lagi-lagi hanya aku yang berada di ruang makan. Aku tahu pasti mama sudah berangkat kerja. Setelah selesai sarapan, aku meminta pak Jono untuk mengantarkanku hingga ke depan gerbang sekolah.

"Tin Tin......"

Aku mendengar suara klakson mobil ketika pak Anto hendak membuka gerbang rumahku, Aku terkejut karena Rivaldo berlari ke arahku sesaat aku ingin masuk ke dalam mobil, "Sorry telat... sama gue aja berangkat sekolahnya," ucap Rivaldo yang terlihat sedikit ngos-ngosan.

Aku ngga pernah menyuruhnya untuk menjemputku. Bahkan pada sabtu malam kemarin, kami hanya duduk memakan 2 piring spagetti dan mengobrol seperti biasa. Rivaldo menyuruh supir pribadiku untuk beristirahat dan kini dia mengajakku untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Brakk..."

Pintu mobil tertutup secara bersamaan dan kami berdua kini menuju sekolah, di dalam mobil aku hanya terdiam, begitu juga dengan Rivaldo. Kami berdua hanya mendengarkan lagu yang kebetulan sedang di putar pada radio di dalam mobilnya.

Setelah sampai di parkiran mobil sekolah, aku dan Rivaldo turun dari mobilnya. Segera kami langsung menuju kelas secara bersamaan. Ini aneh, kenapa pada saat di sekolah, aku melihat Rivaldo nampaknya biasa saja, bahkan kulihat dia bersikap kembali dingin. Apa ini cuma perasaanku?

Tidak lama berselang itu, Bu Siti masuk ke dalam kelas dengan kacamata yang berada di ujung hidungnya, "Siapa yang belum ngerjain PR?!" teriak Bu Siti dari kursi gurunya.

Deg..

PR?

PR apa?

Aku melihat LKS matematikaku kini masih dalam keadaan bersih dan ok, aku lupa mengerjakan tugas yang di berikan Bu Siti pada jumat kemarin. Jantungku berdetak kencang saat Bu Siti menyuruh siswa atau siswi untuk ke depan kelasnya.

Aku bangkit dari kursiku dan berjalan kearahnya, aku mendengar suara Amel yang berbisik pada Rivaldo, "udah jelek, item, gendut, idiot pula" aku hanya terdiam dan kini semua pasang mata teman sekelasku tertuju padaku.

"SIAPA LAGI YANG BELUM NGERJAIN?" tanyanya.

"Saya bu..."

***

"Gue fikir lo ga bakal di hukum Bu Siti," ucapku yang kini sudah berada di depan tiang bendera.

"Gue? Ngga di hukum? Mustahil... gue kan siswa langganan Bu Siti," jawabnya sambil menyeringai kecil.

"Langganan?"

Oh.. aku tau maksud dari ucapan Rivaldo, selain menjadi siswa yang di kagumi banyak siswi di sekolah ini, ternyata dengan sikapnya yang bandel itu bisa membuat Bu Siti keluar masuk rumah sakit. Bagaimana tidak, siswa bandel yang satu ini termasuk ke dalam katagori siswa yang tidak pernah terlewatkan untuk membuat ulah pada saat pelajaran Matematika berlangsung.

Hari ini, aku dan Rivaldo harus berdiri di pinggir lapangan dan menghadap ke arah tiang bendera hingga jam istirahat berbunyi. Aku merasakan matahari sepertinya telah menampakkan sinarnya semakin terang dan membuat aku semakin berkeringat. Aku melirik kearah Rivaldo, ku lihat Ia hanya terdiam dengan muka yang tanpa ekspresi. Aku memberanikan diri menyenggol lengan kanannya dan dia pun sedikit terkejut.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kok bengong?"

"Gue haus Cal."

Aku kembali terdiam dan kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 8:50 wib. 5 menit lagi aku akan bisa makan di kantin. Tuhan, kakiku sungguh pegal, bisakah kau mempercepat waktu untukku?

KRINGG... KRINGG... KRINGG...

Bell istirahat bergema dan kini Bu Siti baru saja keluar dari kelasku yang berada di lantai 3, sepertinya hukuman kami juga telah selesai. Aku melihat Rivaldo kini sudah bergabung dengan teman-temannya. Aku berjalan sendiri menuju kantin sekolah yang terbilang cukup luas.

Setelah aku membeli makanan kesukaanku, aku segera duduk pada sebuah kursi kantin sebelum dipenuhi dengan banyaknya siswa atau siswi yang masuk ke dalam kantin ini,

"Aaaaaa Kak Valdo"

"Do duduk sini dong..."

"Rivaldo... gue kangen"

"Eh do... gabung lah sama kita"

"Kak Valdo minta pin Bbmnya kek"

"Do... ID line lo apaan?"

"Rivaldo... kapan main ke rumah lagi?"

"Kenapa lo ninggalin gue?" tanya Rivaldo yang kini berada tepat di depanku saat aku memakan semangkok indomie rebus dan Ia duduk di depanku tanpa bertanya terlebih dahulu. Di tambah tangannya langsung merampas Mie rebus milikku.

"Aaa itu..."

"Udah, lo kan ada nasi goreng," jawabnya sambil mengunyah mie rebus yang berada di dalam mulutnya.

Aku menelan ludahku kembali dan terus menatap lelaki yang satu ini. 

"Kenapa sih? Ada yang aneh?" tanya Rivaldo heran.

Aku menggeleng, lalu mulai memakan nasi goreng yang aku pesan hingga habis. Setelah selesai makan, aku kembali menatap lelaki yang berada di depanku kembali.

"Jadi, kenapa tadi lo ninggalin gue gitu aja?" tanyanya dengan nada yang cukup tinggi.

"Ya gue fikir, lo bakal ke kantin sama mereka," jawabku.

"Ya ngga lah... abis ini ke kelas bareng. Lo jangan kabur duluan," pintanya.

Aku mengangguk dan setelah aku merasa bahwa Rivaldo sudah selesai dengan makanannya, kini kami berdua berjalan menuju kelas secara bersamaan.

[Completed] Heart In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang