Part 9

202 27 0
                                    

"Sekarang udah inget?" tanya Tami memastikan.

Aku menahan air mataku saat mengingat kejadian yang lalu, "Iya. Asli waktu itu gue jadi keinget Nathan, rasanya gue pengen banget meluk dia," ucapku.

"Dan sekarang pada kenyataannya, Rivaldo udah berubah. Dia ngga ngebully lo lagi," jawab Tami.

Aku mengangguk perlahan dan kulihat Tami mengeluarkan Handphonenya dari dalam tas berwarna merah. Aku melihat responnya tersenyum lebar sesaat melihat layar Handphone tersebut dan ku yakin dia tengah membaca sebuah pesan dari orang yang sedang dekat dengannya, "Gue ambil minum sama snack dulu ya," ucapku yang bangkit dari sofa.

Tami mengangguk dengan tangan yang terus mengetik. Aku melewati sebuah meja yang terletak di depan, samping pintu kamarku. Aku melihat sederet Foto terpampang di sana dan ada Foto selfieku bersama Nathan, sengaja aku letakkan di antara beberapa bingkai foto itu.

***

"Eh Cal... Ke sini dulu, foto sama air mancur," teriak Nathan saat mengajakku ke sebuah Taman.

Aku terus memakan coklat pemberian dia dan berjalan santai ke arahnya, kulihat air mancur berbentuk malaikat yang berwarna putih dengan warna emas pada sayapnya. Nathan yang kesal, kini menarik tanganku,"Say Cheese Cal...."

"Mana liat Fotonya?" "setdah gue ngapa kayak gajah gini? Gue kan belom siap Nat,Poto ulang Please..." rengekku.

Nathan tidak mengabulkan permintaanku tetapi ia malah mencubit pipiku, "Siapa suruh makan mulu," jawabnya dengan tangan kanan yang ia lingkarkan pada bahu kananku.

***

"Indah ya Nat... andai kita bisa ulang lagi, pasti gue bakal seneng banget..." batinku yang kini tersenyum kearah foto kami berdua saat berada bawah air mancur malaikat dengan mukaku yang terlihat seperti gajah.

Aku melangkahkan kakiku kembali menuju dapur untuk membuat 2 gelas minuman dan mengambil snack yang berada di dalam kulkas. Karena siang ini Mba Yanti pergi ke supermarket, jadi di rumah ini hanya ada aku. Mama terus sibuk bekerja di luar sementara papa dan kaka sudah berada di tempat yang berbeda. Ah sudah lah... kejadian itu sudah lama ketika aku masih duduk di SMP.

"Ciye senyum-senyum sendiri," ledekku sambil membawa sebuah nampan berisikan dua toples snack dan dua gelas minuman.

Aku melihat Tami langsung pindah ke sampingku dan merubah posisi duduknya saat aku mengambil sebuah remote TV.

"Liat ini... dia ngerespon gue banget. Gue seneng deh Cal," ucapnya dengan pipi yang memerah.

Aku melihat ke layar handphone milik Tami dan membaca sebuah pesan dari seorang laki-laki yang sampai saat ini aku belum mengetahui wajahnya, tapi Tami bilang kalau lelaki itu ada di satu sekolah yang sama dengan kami.

"Ya sama... gue juga :) Gimana kalo nanti pas acara pentas seni, lo harus foto sama gue. Berani ga?;p" hanya itu yang aku bisa baca dari pesan lelaki tersebut.

"Gue harus gimana Cal? Dia nantang gue buat foto sama dia nanti... Lo tau gue kan, orangnya pemalu," kata Tami.

"Aduh Tam, lo itu cantik, lo terima aja tantangannya. Nanti gue yang fotoin kalian berdua deh... Tapi acara pentas seni kapan?" tanyaku heran.

"Minggu depan, Hari Jumat. Masih ada sisa 7 hari lagi biar rasa deg degan gue ilang," jawabnya.

"Ah alay lo... udah suka lama masa masih deg degan aja," ledekku.

"Atuh Calerie... ini--"

"Ini apa?"

"Di luar dugaan gue."

"Jadi Fix nih, lo suka sama cowo itu?"

Tami mengangguk perlahan dengan tersipu malu. Aku menyenggol bahu kirinya dan seketika itu juga dia membalas senggolanku.

"Hidup terasa indah kalo orang yang kita suka bakal suka juga sama kita. Dan gue harap, dia pun punya perasaan yang sama kayak lo," ucapku yang menyender pada sebuah sofa sambil menatap ke arah jendela luar.

"Seperti layaknya dongeng Cinderella. kalau kita sabar menunggu, akan ada hal yang tidak terduga dan yang pasti bakal susah buat di lupakan" tambah Tami.

"Yup... benar," balasku.

[Completed] Heart In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang