Part 8

185 24 0
                                    

Flashback

"Cal mau ke mana?" tanya Tami yang melihatku pergi melewati koridor sekolah dengan langkah kaki yang cepat, "Cal tungguin!!! Hey!" tambahnya.

Aku terus berjalan hingga sampai ke sebuah toilet wanita.

"Lo kenapa?" tanya Tami cemas saat melihatku menangis terisak-isak.

Aku memeluk Tami dengan erat sesaat aku mengingat kejadian di dalam kelas. Aku sudah di permalukan habis-habisan saat bersiap-siap untuk pulang sekolah.

Aku mendengar Rivaldo menyuruhku untuk menghapus tulisan yang berada di papan tulis saat pelajaran kimia selesai dan guru yang mengajarnya juga telah keluar kelas. Ketika aku hendak menghapusnya, semua teman sekelasku tertawa dengan keras.

"Apa yang lucu?" batinku yang tidak berani menoleh kearah mereka.

Aku mendengar Akbar berbicara dengan suara lantang, "PARAH DO PARAH..." dan di susul suara tertawanya.

Begitu aku menoleh ke arah mereka,

"Byurrr!!!!"

Rivaldo menyiramku dengan sebotol air mineral yang kini membasahi wajah serta seragamku. Aku berusaha untuk tidak menangis dan sekarang aku merasakan ada seseorang yang menempelkan sesuatu pada punggungku. Begitu aku menoleh, kulihat Amel berdiri dengan tersenyum. Aku mengambil sesuatu yang menempel di punggungku, ada secarik kertas yang bertuliskan Gue badak item, gendut, buluk. Siapa yang mau jadi pacar gue?

Aku kembali melihat kearah Rivaldo, ia tengah memegang sebuah pilox dan aku melihat kearah Amel yang kini telah membawa sebuah kaca yang tidak cukup besar, kulihat di belakang seragamku bertuliskan, "BODOH" dan ku yakin pasti itu perbuatan Rivaldo. Aku cukup sabar berada di dalam kelas yang kebanyakan manusianya tidak mempunyai perasaan.

"HEH! DENGER YA!!! KAYAKNYA LO SALAH MASUK KELAS... LO LIAT DI SINI ANAKNYA CANTIK-CANTIK, GANTENG-GANTENG. COBA LIAT DIRI LO" ucap Amel yang menarik bajuku.

"Mel, santai mel santai..." saut Rivaldo dengan sebuah senyuman licik, "Sini Cal..." tambahnya.

Aku berjalan kearah Rivaldo dengan air mata yang terus membasahi pipiku berwarna coklat ini.

"Cewe kayak dia, ga pantes kita bully," ucap Rivaldo sambil tangan kanannya menghapus air mataku.

"Ayo minta maaf sama Calerie," perintah Rivaldo kepada Amel.

Aku melihat kearah Amel, raut wajahnya berubah menjadi kesal dengan kedua tangan yang ia lipat ke depan.

"Cewe kayak dia pantesnya kita......"

Aku merasakan air yang menetes dari atas kepalaku, kulihat raut wajah Rivaldo yang terlihat sangat senang dengan tatapan mata yang begitu tajam.

"Siram" tambahnya.

Aku melihat kearah Amel kembali, kini wajahnya nampak senang dan teman kelasku memasang wajah yang sama dengan kedua bajingan ini.

"WOY CAL! AMBIL NIH TAS LO YANG BULUK," teriak Akbar sambil melemparkan tasku ke lantai dengan kencang.

Ketika aku mau mengambil tas milikku, kakiku di injak oleh Amel. Aku menahan rasa sakitku, tidak lama kemudian Amel menyingkirkan kakinya kembali dari atas tanganku, aku bangkit dan berjalan kearah Rivaldo dengan penuh kedendaman di dalam hati, "Pantulan sinar matahari yang mengenai sebuah cermin, akan kembali ke asalnya" bisikku ke telinga Rivaldo dan setelah itu aku berlari keluar kelas.

"Udah Cal jangan nangis... gue rasain apa yang lo rasain. Semua bakal ada balesannya nanti, lo yang sabar Cal," ucap Tami yang terlihat iba sambil mengelus kepalaku.

Aku tidak bisa berbicara banyak, aku terus menangis di pelukkan Tami, "I wish Nathan were here" batinku.

[Completed] Heart In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang