Part 40

135 19 0
                                    

Aku mendengar suara burung berkicau dan sebuah cahaya matahari pagi terpantul dari jendela yang kini cahayanya mengenai mataku,

Silau.

Aku segera merubah posisi dudukku dengan keadaan mata masih terpejam. Tapi tunggu! Sepertinya aku tidak sedang duduk. Aku segera membuka mata perlahan dan kulihat diriku sudah berada di dalam kamar.

"WHAT?" aku tertegun sejenak, "siapa yang mindahin gue?" tanyaku panik.

Aku segera turun dari ranjang dan berlari keluar kamar. Ku lihat Mba Yanti tengah membereskan barang-barang yang berada di ruang tamu.

"Tunggu Tunggu... Mama mana mba???" tanyaku yang terlihat celingukan.

"Ka.. kalian udah ngubur Mama? Tanpa sepengetahuan Aku? Terus sekarang malah masang apa ini???" Aku segera berjalan ke depan pintu masuk rumahku, Aku melihat ada sebuah tulisan yang menggelantung tepat di bawah pintu masuk itu.

"H...A...P...P...Y-B..I...R...T...H...D...A...Y-C...A...L...E...R...I...E-L-V"

"MBA YANTI!" Aku membentak Mba Yanti setelah aku membaca tulisan tersebut.

"Permintaan Ibu Non..." jawabnya.

Yang benar saja! Baru semalam kita berkabung karena meninggalnya Mama, dan sekarang? Rumah ini akan mengadakan pesta ulang tahunku? Pasti ini kelakuan Papa tiriku. Aku tidak mau mengadakan pesta ulang tahun meskipun permintaan Mamaku!

"Mba, Aku ngga mau seneng-seneng karna baru semalam kita berduka... Apa Mba Yanti ngga merasa kehilangan Mama?" tanyaku yang mendekat kearahnya.

"Calerie..."

Aku terdiam di depan Mba Yanti sesaat mendengar suara Mama, Aku menoleh ke belakang dan melihat di bawah pintu depan rumahku sudah ada Mama, Papa Tiriku, Rachel dan juga Bella. Lututku lemas saat melihat Mama tersenyum kearahku. Jangan bilang ini cuma Halusinasi,

Mama mendekat kearahku dan memeluk dengan erat,"Surprise" bisiknya perlahan.

Mataku membelalak dan melepaskan pelukkan Mama. Ku tatap kedua bola matanya itu dan ku lihat mama tersenyum lebar,

"Ma... ja... jadi semuanya itu?--"

"Rekayasa"

Oh God! Aku tak tahu harus berkata apa dengan Mamaku ini. Ia sudah berhasil membuat Aku mati sesaat, ketika melihat wajah pucatnya semalam.

"Kamu panik ya?" ledek Mamaku.

Astaga Tuhan, tentu saja Aku panik melihatnya. Aku heran dengan Mamaku yang ini, Dia selalu saja membuat aku kesal dengan bercandaannya sewaktu aku tengah berbicara serius. Tapi biar bagaimanapun, dia tetap menjadi Mamaku satu-satunya.

Aku segera meminta maaf atas perlakuanku semalam dengan Papa tiriku yang sudah ku tuduh membunuh Mama. Aku merasakan pelukkan Papa tiriku dan dia mengelus rambutku dengan perlahan,

"Kamu pasti mikir ini Mama?"

Aku menoleh ke belakang, Kulihat Mama tengah membawa sebuah boneka berbentuk hampir 100% menyerupai Mama. Mulai dari Tingginya, Warna Kulitnya dan Rambutnya. Ya benar, berarti semalam Aku menangis di depan sebuah boneka?

"MAHHHH....." teriakku dengan memelas.

Mama, Papa tiriku dan kedua adik tiriku ini tertawa melihat tingkahku yang seperti Anak Kecil. Aku bersyukur kepada Tuhan karena Ia tidak benar mengambil nyawa Mamaku, satu-satunya orang yang sangat Aku sayangi. Aku melirik dengan tatapan sinis kearah Rachel dan anak itu tersenyum menyeringai karena dia telah berhasil memainkan dramanya semalam.

[Completed] Heart In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang