Part 37

124 18 0
                                    

Saat tadi Nae hampir saja akan mencium bibirku, Aku di tolong oleh seorang laki-laki yang mengaku dirinya sebagai 'pacar' ku dan apa kalian tau siapa laki-laki itu? Dia adalah Rivaldo. Dan sekarang aku melihat dirinya tengah berdiri di depan kelasku. Yang membuat aku semakin terkejut adalah saat dia mengucapkan kalimat, "Gue pindah dari Fakultas Kedokteran ke Fakultas Ekonomi sekarang"

Aku sudah satu tempat kampus dengannya dan sekarang, Ia sudah resmi menjadi bagian dari Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Ini sebuah kebetulan atau memang kesialan?

"Kelas Fakultas Ekonomi kan banyak! Kenapa Tuhan nyatuin gue sama si setan ini lagi?" gumamku kesal.

Aku terkejut saat mendengar Pak Tomi menyuruhku untuk masuk ke dalam kelas dan pelajaran Ekonomi-pun di mulai.

***

"Lo kenal sama Mahasiswa yang baru tadi? gue peratiin di kelas, mata lu suka ngelirik ke dia," tanya Arch yang berada di depanku.

"UG.. UHUK... UHUK... UHUK..." aku sampai terbatuk saat tengah memakan semangkuk mie rebus di kantin yang sangat ramai.

"Astaga, Sorry Cal!" ucapnya panik sambil mengambil sebotol air mineral yang di atas meja dan memberikannya untukku.

Glek....

...Glek

Glek...

"Gimana?" tanya Arch dengan wajah cemasnya.

"Baikkan..." jawabku sambil memegang tenggorokkan ini menggunakan tangan kiri walaupun Aku masih merasakan sedikit perih akibat mie rebus yang terasa cukup pedas.

"Well... Dia mantan gebetan gue," kataku.

Arch terdiam dan menatap mataku,

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Serius mantan gebetan lo? Lah kok kalian ga jadian? Orang ganteng gitu kenapa lo--"

"Sia-siain" ucapku yang memotong pembicaraan Arch.

Arch mengangguk perlahan dengan posisi yang masih sama. Yaitu tetap menatap kedua bola mataku. Aku menarik nafas dan kembali membuangnya, sebenarnya aku tidak ingin menceritakan kejadianku yang lalu pada perempuan ini. Tapi, Aku juga tidak mau kalau dia beranggapan jika Aku benar-benar menyia-nyiakan seorang laki-laki seperti Rivaldo.

Mata Arch terbelalak saat mendengar ceritaku dan sesekali mulutnya mengucapkan kata,"Astaga" "Parah" "Gila" "Terus-terus?"

"Yaudah, jadi begitu ceritanya... lo masih bagus tubuh gemuk tapi kulit putih, ngga terlalu ada yang pedulin sama penampilan lo. Ya kecuali buat mereka, orang-orang yang sirik sama lo, pasti mereka selalu ngusilin lo. Lah gue? Udah Gendut, Item, terus suka di bully dari kelas--"

"Udah Cal, jangan di ceritaiin lagi. Sedih gue, dengernya," ucap Arch yang memotong pembicaraanku.

"Wajar kalo sekarang, lo benci banget sama Rivaldo dan komplotannya itu" tambahnya.

"Ya begitulah," jawabku yang kini tengah memakan sebuah donat coklat untuk mengurangi rasa pedas di lidah.

***

"Gue bingung sama kampus kita," ucapku yang kini berjalan menuju kelas bersama Arch.

"Bingung kenapa?" tanyanya.

"Iya, Akhir-akhir ini dosen jarang ada yang masuk... Mereka lagi demo ya?" tanyaku.

"Ah... Soal Demo! Lo ngga buka surat dari si Theodore kan?"

"Gue udah buka."

"WHAT?!"

"Dan isinya ngga sama kayak apa yang lo pernah pikirin tentang Theo..."

"DIA NGGA NGAPA-NGAPAIN LO KAN? LO MASIH VIRGIN KAN CAL?"

Aku membungkam mulut Arch sesaat Ia berkata seperti itu dengan bersuara lantang, Aku takut kalau ada orang yang mendengarnya, nanti malah terjadi kesalahpahaman, "Arch! Gausah kenceng-kenceng. Jangan buat gosip yang ngga-ngga. Gue sama Theo cuma ketemuan di Taman,sSetelah itu ya ngobrol biasa."

Ku lihat Arch menghela nafas dengan tangan yang mengelus dadanya, "Syukurlah"

"Hey..."

Aku mendengar seseorang berlari dari arah belakang dan menghampiri kami berdua.

"Theo? Kenapa?" tanyaku heran.

Theo tersenyum manis kearahku sambil sesekali menarik nafasnya. Mulutku mendekat kearah telinga Arch untuk segera meminta maaf, karena telah menuduh Theo tanpa bukti.

"Um.... Theo" sapa Arch dengan menunduk dan menyatukan kedua tangannya ke depan.

"Ya?"

"Gue... gue minta maaf karena udah nuduh lo... Thanks God karna sekarang lo udah berubah," jelas Arch dengan menyodorkan tangan kanannya kearah Theo.

"Hah??" Aku sempat bingung mendengarkan kalimat terakhir yang keluar dari mulut Arch.

Aku melirik ke arah keduanya, dan ku lihat Theo menggeleng perlahan dan tersenyum kearahku. Ah iya, Aku baru ingat kalau Theo pernah bilang, 'Jangan pernah dengerin apa kata orang tentang gue. Kalo lo merasa ragu sama gue, lo bisa nanya langsung ke gue'.

Aku ragu saat membaca kalimat dari surat itu. Aku bahkan tidak tahu harus percaya dengan Arch atau Theo. Kulihat keduanya kini tengah berjabat tangan, tanda Arch telah mengakui "Kesalahan"nya dan Theo telah memaafkan "Kesalahan" tersebut.

"Well... Nanti mau tungguin gue sebentar ngga? Gue ada kelas tambahan," tanya Theo padaku.

Aku mengerutkan dahi tanda tidak mengerti apa maksudnya,

"Theo ngajak pulang bareng Cal. Dih lemot lu kayak abang-abang tukang minuman di kantin," Senggol Arch.

"Ga bisa! Kerena 1, gue bawa mobil. 2, gue jagain Rachel sama Bella. 3, Malamnya gue ada acara. Dan gue ngga mungkin, ninggalin mobil gue di sini terus naik mobil lo. Next time aja ya!" awabku sambil menarik tangan Arch dan berjalan menjauhi Theo yang terdiam.

***

"Kenapa lo tolak?" tanya Arch saat kita menaiki anak tangga.

Aku mengangkat kedua bahuku naik dan turun,

Bug...

"Ugh..." Aku bertubrukan dengan lelaki jangkung sampai kepalaku terbentur ke dada bidangnya.

"Astaga Cal maaf..." ucap Rivaldo yang reflek menggerakkan tangan kanannya melingkar dan menahan punggungku yang membuat aku hampir saja terjatuh.

Ku tatap kedua bola matanya dan Ia membalas tatapan di kedua bola mataku.

Deg...

Ku rasakan jantungku berdetak kencang saat menatapnya. Sekitar 5 detik aku menatapnya, kini aku langsung mengalihkan pandanganku dan menjauhkan tangannya dari tubuhku

"Ngga papa..." jawabku yang segera berjalan menjauh dan lagi-lagi Arch berjalan lebih dulu ke kelas. Bahkan sekarang Aku tidak melihat orang itu.

"Cepet banget sih..." gumamku dengan mempercepat langkah kakiku.

Aku menoleh ke belakang. ku lihat di sana, Rivaldo masih berdiri tepat dimana Aku menatapnya. Aku kembali menoleh ke depan dan segera berlari menuju kelas.

"Perasaan seperti apa lagi ini?" batinku.

[Completed] Heart In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang