Part 48

125 19 0
                                    

"CALLLLL!!! DI MANA LO?"

Aku mendengar suara teriakan Arch dari dalam rumah, Sepertinya sapi yang satu ini telah terbangun dari tidurnya. Ku lihat kini Arch menghampiriku yang masih terdiam di depan pintu gerbang.

"Abis ngapain lo? Muka sampe pucet gitu."

"EH BUSET DAH... Double Date nih, Cal?"

"OH WAIT. INI YANG NAMANYA RIVALDO! Kok gue baru liat dari deket ya. Mau ngapain lo ke sini? Mau bikin hatinya Cal sakit lagi?"

"Apa ngeliatin begitu?! Lo fikir, sekarang gue masih takut sama bullyan lo?!"

"Loh Theo, kenapa ngga masuk? Ayo masuk ke dalem rumah."

"Mending pulang sono do! Cal kaga butuh cowo yang suka nyakitin hati dia. Pulang ngga lo! Kalo kaga, Gue lemparin Pot tanaman Mama Cal nih."

Aku masih terdiam saat Arch terus-terusan menyuruh Rivaldo untuk pergi. Semenjak aku meyakinkan dirinya untuk tidak pernah merasa takut jika dia tidak merasa bersalah dan bersikap berani pada orang yang menindasnya, kini Arch terlihat semakin percaya diri di tambah lebih memiliki sifat periang.

"Awas Cal!!..."

Arch mendorongku perlahan untuk menutup pintu gerbang rumahku karena Rivaldo masih tetap tidak mau pergi dari hadapanku, Arch dan juga Theo.

"BYE DAMN BOY!" ucapnya dari dalam rumahku.

Kamipun segera masuk ke dalam rumah dan ku lihat Theo langsung duduk di sofa berwarna biru dengan tangan yang terus memainkan Handphone miliknya.

"Gue mandi dulu," kataku yang langsung berjalan menuju kamar, Sementara ku lihat Arch tengah membuat segelas minuman untuk Theo.

Kenapa perasaanku jadi tidak enak begini? Seharusnya aku senang saat Rivaldo di usir oleh Arch. Ia bisa merasakan penderitaanku yang dulu, Ya walau hanya sedikit.

"Ah kalau terus-terusan begini caranya, Kapan gue bisa Move On?" ucapku sambil mengacak-acak rambut milikku sendiri diatas kasur.

"Oh jadi masih suka sama Rivaldo? Gue fikir lo bakal benci sama dia," saut Arch yang menyender pada pintu kamar.

"Ah? Entah lah Arch," jawabku yang kini bangkit untuk merapihkan tempat tidurku.

"Gue bukan mau ngejauhin lo sama dia... ya lo tau lah sifatnya Rivaldo dari SMA kayak gimana. Gue cuma ngga mau lo sakit hati lagi. Waktu gue denger cerita lo aja, gue kasian sama lo... Gimana kalo nanti lo 'deket' lagi sama Rivaldo, Duh ngga kebayang deh gue," ucap Arch yang menyeder pada punggung sofa kamarku.

Ini benar-benar membuat aku semakin bingung, aku harus stay or leave? . Aku belum pernah menjadi kekasih Rivaldo, Tapi kenapa aku terus-terusan merasakan sakit hati? dan itu berarti aku memilih stay. Kalau aku Leave, pasti aku akan mencari tahu tentang dia. Oh Tuhan, aku merasa fallin (Lagi) dengannya.

Aku mendengar ada tarikan nafas dari tubuh Arch, "Yah Cal... Sekarang mah cari yang pasti aja."

"Iya," jawabku singkat dan langsung berjalan menuju kamar mandi.

***

Aku terus terdiam di dalam mobil, mendengarkan suara dari mulut Arch yang terus berbicara tanpa henti di hampir sepanjang jalan dan aku rasa Theo juga sudah bosan mendengarnya. Akhirnya, kamipun tiba di depan gereja.

***

"Eh guys, gimana kalo kita ke Cafe Easton yang deket SMA gue?" usulku saat kami telah keluar dari lingkungan gereja.

[Completed] Heart In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang