#7. awal dengan Rama

2.3K 134 9
                                    


Rakka berdiri tepat disebelah batu nisan Rikka. Beberapa kali dimengelus nisan itu sambil menatapnya sendu.

"Hai Rik gue balik nih, gue juga bawa sesuatu buat lo". Rakka menaruh sebuket bunga lili putih yang memang rutin Rakka bawa setiap dia mengunjungi makan Rikka.

Dan tak lupa dimenunjukan sebuah kalung berliontinkan daun semanggi berwarna baby blue.

"Ini hadiah buat lo, bagus kan?" Tanyanya, dan tentu saja tak akan ada yang menjawab.

"Yang milihin hadiah ini orangnya mirip sama lo, bedanya dia lebih banyakk tingkah, cerewet, sama orangnya terlalu ceria "

"Setiap gue deket dia, gue serasa lo yang ada si samping gue"

"Mungkin karena dia mirip lo kali ya?"

Tiba-tiba jam tangannya berbunyi menunjukan waktunya dia untuk berangkat sekolah.

"Gue berangkat dulu ya, besok gue dateng lagi. Bye"

Lalu Rakka mulai meninggalkan pemakaman itu dengan mobil yang sering ia kendarai.

Meninggalkan Rikka yang akan selalu menunggunya disana.

*****

Dikediaman Arisa...

"Mba Dilla liat buku tulis fisika Risa gak?" Tanya Risa dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar mba Dilla.

"Dikamar bang Fadli kali?"jawab mba Dilla dari kamarnya.

Risa langsung berlari ke kamar bang Fadli.

"Bang liat buku tulis Fisika gue gak?" Tanya Risa saat sampai didepan pintu kamar bang Fadli.

"Ini buku lo ada di gue, kan kemaren lo minta gue ngerjain"

"oh iya"Risa tepok jidat mengingat hal itu. "Yaudah gue masuk ya bang"

"Yaudah"

Risa masuk kekamar bang Fadli, dan betapa syoknya Risa saat melihat kamar bang Fadli yang sebelas duabelas sama kandang kebo. "Bang kamar lo kan baru dirapiin kemaren lusa, kok bisa jadi kandang kebo gini sih?"

"Oh masa" jawabnya cuek bebek "Udah cepet ambil aja buku lo, ganggu gue belajar aja"

"Pantat lo belajar! Jelas jelas lo baca komik Naruto, mau belajar apa lo dikomik itu hah!?"

"Gue lagi mau belajar seribu bayangan biar gue bisa bolos sama gak perlu ketemu sama yang namanya PR"

"Serah lo bang". Risa lalu mengambil buku tulis fisikanya yang tergelatak di atas meja bang Fadli yang udah gak berbentuk lagi lalu meninggalkan bang Fadli yang sibuk lipet-lipet tangan ala Naruto.

Abang gue udah gila kayaknya, setres kali ya ngehadepin yang namanya kelas XII.

*****


"Bun Risa berangkat ya?" Pamit Risa didepan pintu rumah.

Bunda menghampiri Risa sambil membawakan sebuah kotak bekel bertuliskan 'Arisa'. "Gak bareng mba Dilla?".

"Gak bun, Risa hari ini ada piket jadi harus berangkant awal". Risa menerima kotak bekal yang disodorkan bunda lalu memasukannya kedalam tas.

"Yaudah bun, Risa pamit ya". Risa mencium tangan bunda lalu mulai pergi kesekolah melalu jalur yang sering ia lewati kalo jalan kaki.

Diperjalanan menuju sekolah banyak orang yang menyapanya, termasuk ibu-ibu tetangga yang lagi nunggu tukang sayur.

"Arisa!" Panggil seseorang. Suara cowo yang paling dia kagumi selama ini.

"Kak Rama"

"Berangkatnya pagi banget?". Rama menghampiri Risa dan berdiri tepat di sampingnya.

"Iya kak hari ini saya ada piket" jawab Risa penuh antusias. Pagi-pagi mata langsung seger. Mantap!

Rama cuma menatap aneh ke Risa.

"Ke...kenapa kak?" Risa kelihatan gelagapan oleh pandangan kak Rama. Apa bedak gue celemotan ya. Hwaaaa nanti dia ilfeel lagi.

"Kalo ngomong gak usah formal, gak papa kok". Kak Rama tersenyum lembut pada Risa.

Kak jangan kayak gitu deh. Nanti gue pingsan lo mau bawa gue pulang. Tapi gak papa anggep aja rezeki anak rajin.

"Em...ok" "kak, tipe cewe kakak gimana ya?". Risa menundukan kepalanya dalam dalam. Hwaaa gue nanya apa ini...

"Tipe cewe ya?". Kak Rama mengelus dagunya, terlihat sedang berfikir. "Yang ceria, optimis sama...."

"Sama?"

"Ya...kayak lo mungkin". Mata Rama melirik ke Risa.

Deg...

"Ap...apaan sih kak". Risa membuang wajahnya yang kini sudah semerah udang sambalado.

"Cie yang baper..." ledek Rama sambil menghadapkan wajahnya kewajah Risa.

Risa mempercepat langkahnya, menghindari kontak wajah dengan Rama. Gak kuat jantung ini kak.

"Woi Ris tunggu!" Rama mengejar Risa yang makin mempercepat langkahnya.

*****

Dan dimulailah kedekatan di antara mereka yang saling bersimpangan jalan.

Tapi siap sangka ada satu jalur lagi yang akan membingungkan Arisa.

TBC.........

----------------
--------------------

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang