#23. home(1)

2K 108 5
                                    


Risa menyeruput lemontea pesanannya di sebuah cafe dekat sekolah tempat dia biasa menjernihkan pikirannya.

Dia masih sangat ingat akan perdebatan Papa, Bunda dan Dadinya saat pagi tadi, dimana dia sangat jelas mendengar kalau papa dan bunda mengijinkannya ikut dengan dadinya.

Sungguh dia benar benar pusing akan semua kejadian aneh yang terjadi padanya, kejadian yang bahkan mirip mirip konflik di novel ataupun komik.

Seseorang berjalan ke arah meja Risa sambil membawa segelas minuman, lalu tanpa permisi langsung duduk di hadapan Risa yang saat itu sedang asik menatap trotoar jalan.

"Woi Ris lo kenapa sih, mukanya kusut bener?," tanya Zara sambil meyeruput mokacino pesanannya.

Setelah beberapa detik kemudian Risa baru menolah pada Zara yang setia menunggunya jawabannya. "Zar masa papa sama bunda ngijiin gue ikuy bokap kandung gue."

"Ya bagus lah, lo kan bisa deket sama bokap kandung lo lagi." Zara terlihat santai dengan kalimat Risa. Walau mereka teman dekat sebenarnya Zara gak banyak tahu tentang masa lalu Risa.

"Ish! Lo masa gak paham sih," ucap Risa gereget, " kemungkinan kan trauma gue bisa kambuh lagi."

"Oh trauma yang pernah lo ceritain itu."

"Kok cuma oh, lo gak mau kasih saran apa gitu?" Risa benar benar kesal dengan tanggapan sepele kawannya yang dari tadi sangat terlihat santai akan apa yang terjadi padanya.

"Bukannya itu bagus, secara lo bisa ngalahin trauma itu kalo lo mau ngelawan trauma itu lagi, bukannya menghindari" jelas Zara, " dan kalo lo tau gue itu dulunya phobia sama ikan gurame, tapi gara gara emak gue jejelin gue ikan itu secara terus menerus gue mulai gak takut lagi. Jadi lo paham kan maksut gue?"

Risa menundukan kepalanya dalam dalam, berfikir akan ucapan panjang Zara barusan.

"Ris gue tantang lo buat ngalahin trauma lo, dan kalo lo berhasil gue bakal ngabulin dua permintaan lo, gimana?" Tangan Zara terjulur di hadapan Risa, menandakan keseriusannya dalam tantangannya.

Risa cuma tersenyum tipis sambil menjabat erat tangan temannya. "Deal!" Ucapnya mantap, entah ada rasa apa saat ini tapi dia sangat bersyukur memiliki teman seperti Zara, seorang cewe jutek, sok pinter, cerewet sekaligus teman paling setia untuk seorang sahabat.

*****

Risa Pov.

Aku terus menatap jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tanganku.

Sudah sekitar lima belas menit lebih aku menunggu angkot sendirian di depan cafe tempat aku dan Zara barusan nongkrong.

Zara sudah pergu lima menit yang lalu untuk mengunjungi rumah neneknya hari ini.

Hwaaaa demi apa pun aku BOSAN...

Aku melentangkan tanganku lebar lebar dan tanpa sengaja menepuk seseorang yang berada di belakangku. Reflek aku langsung menghadap kearahnya sambil mengucapkan maaf. "Eh maaf."

Orang itu tersenyum lebar ke arahku. "Dengan nona Risa?" Tanyanya ramah dan seperti tak memperdulikan kejadian barusan.

"Em...iya, ada apa ya?" Aku memperhatikan orang itu dari atas sampe bawah. Tubuhnya tegap, idungnya mancung, kulitnya sawo matang dan terlihat seperti pria dua puluh tahun ke atas. Kalo boleh jujur dia itu termasum cowo kriteriakku sih, tapi sayangnya dia lebih tua dariku.

"Kalo begitu apakah anda bisa ikut denganku, ini perintah langsung dari tuan Rakka, tuan ingin bertemu anda di kediamannya," ucap orang itu.

Rakka? Orang ini kenal Rakka, memang sih hari ini Rakka gak masuk sekolah. Tapi emang apa hubungannya?

"Oh maaf pasti anda curiga akan saya," orang itu agak terlihat gelagapan, "nama saya Dimas Adinata, saya pengawal pribadi tuan Rakka."

What!?  Rakka punya pengawal sekece dia. Sejak kapan?

"Maaf tapi saya gak bisa ikut sembarang orang."

"Oh kalo hal itu anda gak usah khawatir karena anda kan berbicara langsung dengan tuan Rakka." Tiba tiba pria itu menyodorkan hp ke wajahku.

"Wei Ris," ucap seseorang dari sebrang sana yang tak lain adalah Rakka.

"Rakka? Ini Rakka?" Tanyaku menyakinkan.

"Iya ini gue, btw gue minta lo datang ke apartemen gue sekarang, nanti dimas bakal nganter lo kesini. Cepet!"

"Eh tunggu dulu tapi..." kalimatku terputus bersamaan dengan suara 'tut...tut' dari ponsel.

Dasar setan kulkas omes geblek, gue belom selesai ngomong udah main di putus aja.

"Sepertinya anda sudah bisa ikut saya, tuan Rakka tak suka akan keterlambatan." Pria tadi langsung membukakan pintu mobil hitam yang entah sejak kapan sudah berada di hadanku.

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk tanpa ada secuil pun kecurigaan. Mungkin karena sudah mendengar penjelasan Rakka yang entah bisa di bilang penjelasan atau malah perintah.

"Nona Risa bisa saya bertanya sesuatu?" Tanya Dimas yang saat itu sedang menyetir.

Aku yang duduk di belakang hanya bisa melihatnya dari spion tengah. Wajahnya terlihat sangat serius.

"Boleh,"  jawabku.

"Apa nona Risa benar benar menyukai tuan Rakka?"

Deg!

Aku cukup terkejut dengan pertanyaan Dimas yang memang selama ini belum jelas keterangannya dari hatiku. (Eaaa apaan dah).

"Em, itu..."

TBC...

-------------------
-----------------------

Hwaaaaaa aku benar benar minta maaf  :'(
atas keterlambatan update yang amat keterlaluan dan aku harap kalian masih membaca TFY.

Alesan yang pertama adalah karena tugas sekolah dan yang kedua atau yang paling parah adalah MENTOK.

Tapi saya harap saya gak ngegantungin kalian.

Untuk kedua kalinya saya sangat sangat minta maaf.

Dan tolong tetap dukung Time For You, ya ya ya.

See you next part^^

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang