#26. seandainya...

1.9K 102 1
                                    

Fadli terus mengetuk ngetuk pintu kamar Risa yang tertutup rapat. Beberapa kali itu juga Fadli memanggil nama Risa dan membujuknya untuk segera keluar dari kamarnya.

"Dek, keluar dong, nanti abang kasih apa aja deh."

Tak ada jawaban, hanya ada samar samar suara isakan di dalam.

"Dek, kamu belum makan dari kemaren nanti kamu sakit."

Tetap tak ada jawaban.

Fadli menghela nafas panjang. "Ris, gue memang gak paham apa yang lo rasain saat ini, tapi gue sebagai kakak lo gak bisa ngeliat lo gini terus. Terserah lo mau ngapain tapi percaya, gue selalu ada buat lo." Fadli pergi dan tak lagi ingin menggangu adiknya.

Sudah sekitar seharian lebih Risa mendekam dikamarnya. Dia masih terlalu sakit dan takut untuk keluar lagi.

Setiap detik kejadian yang dilihatnya kemarin masih sangat jelas dirasakannya, belum lagi saat dia harus mendengar pengakuan Rakka tentang dirinya yang menjadi sasaran balas dendamnya.

Seburuk itukah gue, selemah itukan gue sampe sampe dipermainkan gini Batin Risa.

Entah sudah berapa liter air mata yang dikeluarkannya hanya untuk seorang cowo brengsek.

Rasa marah, sedih, kecewa, benci semua jadi satu. Tapi hanya ada satu yang paling membekas yakni sakit hati.

Suara dering ponsel membuat Risa tersadar. Diambilnya ponsel itu dari balik bantal lalu lihatnya layar ponsel lekat lekat.

Rama!

Risa hanya diam, masih terlalu menyakitkan berbicara padanya.

Tak lama suara dering itu berhenti dan terlihat jelas duapuluh lebih panggilan dari Rama sekaligus tigapuluh dua panggilan dari Rakka.

Mau apa cowo ini nelfon gue sebanyak ini?

Ponsenya dilempar asal diatas kasur. Kenapa cobaan datengnya harus sebanyak ini, belum lagi masalah tentang orang tua. Hah,  sebenernya apa rencana tuhan buat gue sih.

Ponselnya kembali berdering, tapi kali ini bukan dari Rakka atau pun Rama, melainkan dari Dadi.

"Hallo Dad," ucap Risa dengan suara serak khas orang habis nangis.

"Hai Ris," semenjak perdebatan dadi dengan papa bunda, dadi terlihat lebih perhatiian dengan Risa beberapa hari ini dan selalu pertanyaan ini yang pertama ditanyaakan Dadi ,"Gimana udah nentuin mau sama siapa, Dadi sih nerima nerima aja semua keputusan Risa."

Risa terlihat tak minat dengan pertanyaan Dadi. "Em... Risa belom tau pasti mau ikut siapa."

"Oh, yaudah kalo ada apa apa langsung kabarin Dadi aja ya!"

""Iya Dad."

"Yaudah Dadi mau lanjut kerja dulu. Bye." Lalu panggilan diputuskan Dadi.

Risa masih terdiam sambil memegangi ponselnya. Kalo diingat ingat dia belum sekali pun berfoto dengan Rakka, dan yang diberikan Rakka pun hanya sebuah kalung, itu pun sebelum mereka pacaran.

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang