#39. proses menuju...

1.6K 81 17
                                    


Sudah sekitar seminggu ke jadian di ruang kepsek berlalu, membuat sebuah perubahan kecil bagi Rakka dan mungkin untuk Risa juga.

Berangsur angsur Risa mulai terlihat lebih pendiam dari biasanya, bahkan pelit suara dan kata.

"Ris lo napa sih?" Tanya Rakka saat mereka lagi nongkrong di tempat favorit mereka sekarang, yakni di taman belakang sekolah dengan beralaskan karpet kecil yang di pinjamkan Bang Mamet.

"Gak papa kok," jawab Risa cuek.

"Kalo cewe ngomong 'gak papa' itu artinya lagi ada apa apa, jadi lo ada masalah?"

"Ish, berapa kali gue harus bilang, gue gak apa apa."

Rakka cuma diam, dan suasana kembali sunyi, hanya suara gemerisik dedauan dan hempasan angin.

Tanpa sadar dering bel berbunyi, membuat dua orang yang sedari tadi hanya tutup mulut tersadar akan lamunan mereka masing masing.

"Rak," ucap Risa saat mereka sampai di persimpangan koridor kelas.

"Ya?"

"Nanti pulang sekolah gue pulang sendiri lagi, jadi lo gak usah jemput gue kekelas."

"Ok," jawab Rakka agak sungkan tanpa bertanya lagi karena suasana yang sedari tadi tak mengenakan.

*****

Rakka cuma termenung tanpa memperhatikan penjelasan dari guru sama sekali, hanya ada tanda tanya tentang Risa di pikirannya. Dimulai dari sifat Risa, wajahnya, senyumnya, dan semuanya.

Ris lo kenapa sih?
Apa gue buat salah sama lo?
Apa...ada yang salah sama gue?
Akh... demi apa pun gue gak paham cewe. Rakka mengacak acak kacas rambutnya frustasi.

"Wei Rak lo napa sih?" Tanya salah seorang teman sebangku Rakka yang kalo gak salah namanya Alex. (Lah? Kok "kalo gak salah")

Rakka melirik Alex tak minta. "Mending lo perhatiin aja tuh pelajaran dari pada ujung ujungnya lo nyontek lagi sama gue."

"Wes, lagi PMS mas, galak amat," canda Alex sembali gaya gaya orang sakit hati akan kalimat Rakka tadi.

Rakka gak menggubris dan hanya kembali sibuk dengan duniannya sendiri.

*****

Risa POV.

"Baiklah anak anak sampai ketemu besok, dan jangan lupa kerjakan PR kalian," ucap Pak Andre sebelum benar benar pergi meninggalkan kelasnya.

Dengan perlahan, segera kurapiakan buku buku serta alat tulis yang bergeletakan di atas meja, sambil terus memikirkan kaliamat panjang Rakka yang sempat di ucapakan sebelum kami kembali kekelas masing masing.

"Ris, gue tau gue banyak salah sama lo, tapi setidaknya jangan buat gue tersiksa karena gue harus ngelakuin hal pertama yang gue benci, yaitu berlari dan jangan baut gue ngelakuin hal ke dua yang gue benci juga, yakni menunggu. Karena gue gak sekuat itu."

Lalu Rakka benar benar berlalu meninggalka ku.

Tak sadar aku sudah berdiri tapat di tempat janjiku  dengan nya. Beberapa kali kuperhatikan jam tangan kecil yang melingkar manis di pergelangan tanganku.

Ish, lama amat sih. Gumamku sebel, kalo kalian tau aku sudah menunggu hampir lima belas menit lebih, ditambah dengan terik matahari yang "wah" banget.

Sret...

Eh!? Sapa nih?

"Hayo tebak ini siapa?" Pinta seseorang yang suaranya di buat buat cempreng secempreng mungkin dan ke dua tangannya yang menutupi ke dua mataku.

Aku meraba sebentar tangan itu lalu tak perlu lama aku sudah tau siapa si empunya tangan.

Orang yang sempat membuatku mengaguminya dan pernah sempat memasuki hatiku.

Aku tersenyum tipis sebelum mengucapkan namanya dengan lantang. "Ramakan."

Si empunya tangan yang tak lain Rama hanya terkekeh kecil lalu melepaskan tangannya dari mataku.

Kubalikan tubuhku ke arahnya, lalu semanis mungkin tersenyum. "Lama banget tau gak."

"Hehehe, sorry sorry, tadi gue gak sengaja ketemu X jadi ya...lo tau kan."

Aku mengangguk sambil berdehem kecil. "I know. Btw yok jalan, biar cepet kelar ini masalah."

"Ok, gue ambil dulu motornya ya." Sebelum dia benar benar pergi aku cuma kembali tersenyum lalu berkata, "jangan lama loh."

"Iya," sahutnya lalu kembali pergi mengambil motor ninja merahnya yang sejak hampir seminggu lalu selalu ku naiki.

Sekitar beberapa detik, Rama akhirnya sampai dengan motor kebanggaannya yang dia bilang dia beli dengan uangnya sendiri, dan itu cukup membuatku terkejut.

"Gak lama kan?" Candanya sambil tersenyum jail kearahku.

"Mayan," jawabku setelah sudah benar benar duduk manis di belakangnya.

Rama tersenyum, lalu langsung menggas motornya keluar area sekolah menuju ke tempat yang memang menungguku sedari tadi.
.
.
.
.
.
TBC...

--------------------------------
-------------------------------------

Risa:

Parah gila author gak update seminggu yuc, dan parahnya sekarang malah ngumpet di bawah kasur karena takut di gebukin Masal. Jadi minggu ini gue yang bawa note penutup minggu ini.

Ehem...ehem...
Ok gue baca kertas yang sempet di berikan author php ini.

1. Author minta maaf karena gak update seminggu,
2. Maaf gara gara sering banget nge Php ini para readers,
3. Maaf part ini pendek bigitz,
4. Maaf part ini gajenya kelewatan,
5. Dan maaf karena author adalah salah seorang yang mager ngetik hampir setiap hari, disebabkan di sekolah udah banyak bangate yang mesti di catet.

Ok segitu doang note dari author nyaw kite hari ini. Dan sekali lagi maaf karena ke gajean hal ini.

See you next part^^

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang