#42. proses 100% (complete)

1.6K 75 7
                                    

#42. Sudah jelas jawabannya kan? Ketulusan.
______________________________________________________

"Kita putus."

Dua kata, satu arti. Sebuah kalimat yang dapat mengakhiri hubunganku dengan Rakka. Sebisa mungkin ku buat datar wajahku, tak ada senyum, apa lagi air mata.

Rakka membulatkan matanya, mulutnya jelas ingin berbicara tapi sepertinya ada sesuatu yang menghalanginya.

"Makasih Rak, atas waktu lo selama ini, tapi itu membuat gue makin sadar kalo gak ada tempat istimewa gue di hati lo."

Dia kembali diam membisu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun lagi, aku pun pergi melangkahkan kakiku meninggalkannya sekaligus meninggalkan kenanganku bersamanya.

Mataku sudah berkaca kaca, dan sebelum itu tumpah aku berusaha untuk berlari menuju toilet siswi. Kalo kalian tanya kenapa aku memilih kesana, jawabanku adalah "gak tau." Dan saat itu yang terlintas di kepalaku hanyalah tempat itu.

Saat aku sudah benar benar sampai di toilet atau lebih tepatnya bilik pojok di toilet. Benar saja, bendungan yang sudah ku bangun sejak pagi tadi pecah, membuat suara nyaring isakan tangis. aku bersyukur saat itu karena aku sendirian dan gak ada siapa siapa.

Dalam hitungan detik pikiranku benar benar kosong, hanya ada rasa nyeri, sakit dan sesuatu yang gak bisa terdifinisikan dengan kata kata di hati.

Segera kurogoh kantung rokku, mengambil ponselku yang berada di sana.

Dengan cepatku ketik keyboard yang terpampang di layar.

Rama : Ram, gue mau bolos sekarang.

Send.

Kembali ku masukan paksa ponselku ke dalam kantung rok. Lalu kepalaku kusandarkan ke kedua tangan, berharap hari ini dan semua kejadian yang telah berlalu cuma mimpi belaka, mimpi buruk yang begitu manis sekligus pahit.

Tring...

Rama : gue udah di luar gerbang, keluar aja.

Risa : satpamnya gimana?

Rama : udah keluar aja.

Risa : ok, gue otw.

Send.

Kumasukan lagi hpku kedalam kantung rok. Kubuka pelan pintu bilik kamar mandi, lalu segera menuju wastafel untuk segera membasuh wajahku yang kini sudah gak karuan.

Gila, jelek banget gue, tau gitu gue bawa masker deh.

*****

"Ram!" Panggilku saat kulihat dirinya tengah bersandar di motor miliknya sambil sibuk menatap layar hpnya.

Dia menoleh padaku, lalu tersenyum manis dimana aku yakin semua perempuan akan sangat menyukainya dan mungkin termasuk aku.

"Lo habis nangis?" Tanyanya saat aku tinggal beberapa langkah di hadapannya, dengan sigap kututup mataku dengan kedua tangan.

"Bawel lo, udah gih kita langsung jalan aja." Tanpa permisi langsung ku naiki jok belakang motornya.

Rama cuma mentapku tanpa berkata apa apa lagi, dan kuharap dia akan terus begitu sampai hari ini berakhir, dan kalo bisa sampai masalah ini benar benar berakhir, sampai ke hal terkecil sakali pun, karena aku sudah sangat lelah.

Jelas masih ingat perbincanganku dengan Om Putra seminggu yang lalu, pembicaraanku yang dapat mematangkan keputusanku tadi. Keputusan untuk mengakhiri hubunganku dengan Rakka.

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang