#34. tak semuanya berjalan mulus

1.7K 96 5
                                    

"Ris, kamu udah bangunkan?" Tanya seseorang dari balik pintu yang tak lain adalah Daddy.

"Udah kok Dad," jawab Risa yang masih menyisir rambutnya. Entah keajaiban apa yang datang pagi itu sampe sampe seorang Risa dapat bangun lebih awal di akhir pekan tanpa di bangunkan orang lain.

"Oh, yaudah Daddy tunggu di bawah ya." Lalu Daddy beranjak pergi dari depan pintu kamar Risa tanpa mengucapkan apa apa lagi.

Sudah lebih dari sebulan kejadian demi kejadian berlalu, membuat sebuah perubahan kecil bagi Risa. Gak jelas perubahan apa yang terjadi padanya, tapi yang pasti dia sendiri pun merasakan perubahan itu.

Dengan cekatan Risa menguncir rambutnya dengan gaya twintail. Mungkin sudah cukup lama Risa tak menguncir rambutnya bergaya seperti itu, dan tanpa sadar sebercak ingatan datang menghampirinya .
.
.
.

"Mommy, mommy, lihat deh rambut Risa. Lucukan?" Tanya seorang gadis sambil menunjukan rambutnya yang terkuncir twintail dengan pita merah polkadot.

Sang ibu cuma menatapnya kecut lalu kembali sibuk dengan televisinya yang memang sedang menyiarkan sebuah acara berita harian.

"Mom, liat dong rambut Risa!" Sang gadis kecil merajuk, lalu menggoyang goyangkan kaki ibunya.

Dengan kasar sang ibu mendorong gadis itu dan langsung membuatnya tersungkur ke bawah.

"Emang siapa yang peduli dengan rambutmu, kamu kira dengan menguncir rambut seperti itu bisa membuat keadaan lebih baik, enggak kan?"

Deg!?
.
.
.

"Sial," umpat Risa sambil meremas sebuah plastik transparan yang entah sudah kapan berada di tangannya.

Tanpa sadar Risa melepas kasar ikatan rambutnya cepat, dan hanya menyisakan rambutnya yang terurai berantakan.

Kenapa ingatan itu kembali lagi!?

Ya, sebuah ingatan masa lalu yang hampir membuatnya gila. Sebuah ingatan pahit yang beberapa akhir ini sering kembali teringat tanpa di inginkan.

Tak lama Risa segera merapikan rambutnya, membiarkan rambutnya terurai rapi, lalu beranjak pergi dari kamar dengan perasaan yang masih tak karuan hanya karena masa lalu.

*****

Di kediaman Putra...

"Ram, makannya jangan dimainin gitu," tegur wanita paruh baya yang usianya mungkin sudah menginjak kepala empat.

Rama tak mengatakan apa apa dan langsung menaruh sendok makannanya di samping piring, mengisyaratkan kalau dia telah selesai makan.

"Em...yah, menurut ayah anaknya Om Adam gimana?" Tanya Rama ragu, ini kedua kalinya dia membicarakan Risa di hadapan kedua orang tuanya.

Putra menatap Rama, sembari mencari jawaban akan pertanyaan putranya ini. "Menurut ayah, dia wanita yang baik."

Sudut bibir Rama terangkat kecil. "Jadi apa ayah setu..."

Kalimat Rama terpotong dikarenakan suara langkah seseorang masuk, mendekati mereka yang saat itu sedang sarapan.

"Apa kabar tuan besar Putra?" Suara orang itu di buat buat seceria mungkin dengan kedua tangannya yang di masukan kedalam kantung celana.

Rakka!? Desis Rama dalam hati, dia cukup terkejut dengan kedatangan Rakka yang pasti dapat mengacaukan acara sarapan hari ini, bahkan mungkin lebih dari mengacaukan.

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang