#24. home (2)

1.9K 103 0
                                    

"Em, itu..."

Dimas masih menunggu jawaban Risa dengan setia. Beberapa kali melirik Risa lewat spion tengah dan kembali lagi fokus ke jalanan.

Akhirnya Risa menjawab dengan muka mesem mesem. "Gak tau, tapi kayaknya iya deh." Tanpa sadar wajah Risa bersemu merah muda.

Dimas cuma terkekeh kecil lalu kembali terlihat serius. "Tapi gimana perasaan nona kalau di permainkan?" Tanya Dimas lagi.

Risa mengkerutkan dahinya. "Maksutnya?"

"Enggak, saya cuma bertanya saja."

"Oh, pasti saya sangat marah padanya dan mungkin akan saya hajar dia dulu, baru digantung di pohon jambu depan rumah saya."

Dimas tertawa renyah, sejenak dia berfikir. Berarti tuan Rakka harus hati hati.

Perjalanan menuju kediaman Rakka cukup menyenangkan untuk Risa. Apa lagi sifat lucu Dimas yang berbeda jauh dengan bayangannya tentang bodyguard yang sering dia tonton di film action. Sungguh dia berbeda jauh, kecuali ucapannya yang masih terdengar baku.

"Oh iya pak, kenapa Rakka hari ini gak masuk sekolah?" Tanya Risa.

"Tuan Rakka lagi kurang sehat hari ini, dan kata dokter dia harus istirahat beberapa hari."

Risa cuma beroh panjang. Kenapa gak kasih tau gue kalo dia sakit.

*****

Dimas membuka pintu apartemen Rakka dengan kunci cadangan yang dibawanya, lalu mempersilakan Risa untuk duduk di sofa putih di ruang tamu lalu Dimas kembali pergi karena ada tugas lain.

Tembok ruang tamunya berdominansi dengan warna putih dan abu-abu, sangat pas untuk kepribadian Rakka.

Tak lama muncul sosok Rakka yang masih mengenakan piyama, dan wajahnya memang terlihat agak pucat dan sayu.

"Sorry nyuruh lo dateng kesini." Rakka duduk di sofa depan Risa.

"Gak papa kok, btw lo kenapa gak kasih gue kabar kalo lo sakit?"

"Ngapain kasih kabar kalo endingnya lo bakal tau."

Risa cuma diam. Canggung rasanya saat dia berada di sebuah apartemen seorang cowo yang bernotabene pacarnya.

"Oh iya, lo manggil gue kesini buat apa?" Tanya Risa cepat.

"Kangen aja." Jawab Rakka santai sesantai di pantai.

Sedangkan jantung Risa yang ngadain konser besar besaran secara tiba tiba.

"Em... lo udah makan belom?" Risa mengganti topik pembicaraan.

"Belom."

"Kok belom sih, udah tau sakit kan harusnya rajin makan."

"Kan gue nungguin lo."

Jantung Risa kembali mengadakan konser JKT48. Lama lama kena stroke dah gue.

"Yaudah lo mau makan apa?". Risa berjalan ke arah dapur yang memang tak jauh dari ruang tamu.

Secara sengaja Risa menggeledah dapur Rakka tanpa ampun, tapi yang dia temukan cuma nasi putih, dan beberapa buah telur ayam.

"Dapur lo isinya ini doang?"

"Iya, gue biasanya makan di luar."

Risa ber-ish kesal. "Yaudah lo mau makan apa, nanti gue beliin diluar."

"Gak, gue maunya masakan lo."

"Hah?"
Ok gue menyimpulkan kalo Rakka lagi sakit itu manjanya kelewatan. Batin Risa.

Risa menghela nafas pasrah. "Yaudah, tapi telor ceplok aja."

Rakka cuma menggangguk.

Dan dimulailah sesi memasak ala Risa yang sebenarnya gak bisa masak. Ditambah lagi dia gak bisa bedaain garam dan gula.

Ini garem apa gula ya? Udahlah masa bodo dia juga yang makan. Batin Risa sambil memasukan gula/garam satu sendok teh ke telur yang belum di kocok.

Sepuluh menit berlalu hanya untuk menunggu sepiring telur ceplok yang agak gosong dan dengan bangganya Risa langsung menyajikannya.

"Nih makan, gue buatnya pake tenaga dalem."

Rakka terlihat khawatir akan hasil karya Risa yang mungkin dapat membunuhnya nanti. "Ini telor?" Rakka menunjuk sepirirng telur ceplok itu.

"Ya jelas lah ini telor, gak mau? Yaudah sinih gue buang aja." Risa langsung menjulurkan tangannya hendak mengambil telur itu, tapi langsung di jegat Rakka.

"Siapa bilang gak mau, sini gue makan." Tanpa Ragu Rakka langsung memasukan sepotong telur itu kemulutnya. Dari pada mati kelaperan.

"Gimana enak gak?" Tanya Risa dengan mata yang berbinar binar.

"E-enak kok." Tapi ini manis banget.

"Wah serius, padahal tadi gue takut salah masukin garem sama gula," ucpa Risa, "oh iya Rak, menurut lo enakan tinggal sama ortu kandung apa ortu angkat?"

"Menurut lo?" Rakka tanya balik.

"Menurut gue?"

"Iya menurut lo, kan lo yang ngerasain." Jawab Rakka yang sepertinya tahu akan masalah Risa.

"Gue gak tau." Risa menundukan kepalanya, bimbang.

"Keputusan lo akan berdampak pada masa depan lo nanti, jadi kalo bisa lo berfikir baik baik."

Risa masih menundukan kepalanya sambil berusaha mengingat akan masa kecilnya bersama Dadinya.

.
.
.

"Dadi mau kemana? Kok bawa banyak koper?" Tanya seorang gadis kecil polos sambil membawa sebuah boneka beruang warna putih.

Sang ayah menoleh padanya, menjajarkan tingginya dengan si gadis kecil. "Dadi mau pergi dulu, gak jauh kok masih di bumi."

"Berapa lama?"

"Gak tau," jawab Sang ayah, "tapi Ari janji ya bakal selalu jagain mami selama dadi pergi."

Si Gadis kecil tersenyum manis sambil jarinya membentuk huruf V. "Iya janji, Ari bakal jagain mami."

Sang ayah mengelus lembut pipi si Gadis kecil, lalu berdiri dan mulai melangkah pergi meninggalkan si Gadis kecil sendirian di teras rumah.
.
.
.

TBC.....

Tinggalkan jejak ^_^

Time For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang