"Perhatian!"
Suasana kelas 11-IPA 1 yang awalnya riuh menjadi hening dikarenakan suara bariton milik kepala sekolah yang tak lain adalah Arya Angkasa.
"Saya akan mengumumkan bahwa besok akan diadakan perkemahan,"
Murid-murid ada yang bersorak ada juga yang terlihat biasa saja.
"Tapi, pada akhir perkemahan setiap kelompok yang nantinya akan dibagi, harus mengumpulkan makalah penelitian di setiap mata pelajaran tertentu. Silahkan lihat selengkapnya di mading sekolah. Terima kasih." setelah mengumumkan tentang hal tadi sang kepala sekolah segera pergi ke kelas lain tanpa melihat respon murid-murid.
Para murid yang awalnya bersorak kini hanya bisa pasrah ada juga yang meng-gosip.
Mereka tak bisa membantah apalagi melawan apa yang dikatakan kepala sekolah tadi yang terkenal dengan ketegasannya dan sorot mata yang tajam membuat nyali orang yang ingin membantahnya menciut.
"Gimana mau have fun kalo mikirin makalah?" sungut Alreni yang sekarang sedang bersama Alrine dan Sofie.
Sejak kejadian ditoilet, Alrine dan Sofie mulai bersahabat, juga Alreni yang sifatnya ramah seperti Alrine membuat Sofie akrab dengan mereka berdua.
"Iya, padahal gue niatnya refreshing ngejauh dari pelajaran-pelajaran laknat, harus protes nih,"
"Terima lapang dada aja deh, pak Kepsek orangnya ga mau dibantah atau diprotes nanti lo yang merinding entar." ujar Sofie
"Se-serem apa emangnya pak kepsek?" Alreni penasaran.
"Nih ya, lo kenal Davis gak? Anak 11 IPS 1."
"Yang badboy itukan?" celetuk Alreni yang disambut anggukan dari Sofie.
"Dia pernah di skors 1 minggu karena nekat protes sama kepsek nilai ekonominya merah, padahal emang dia yang jarang buat pr sama ngumpulin tugas."
"Lah? di skors 1 minggu cuma karena protes nilai? Parah!" Sofie mengangguk setuju.
"Gitu-gitu dia om lu, Rin." Ren berbisik kepada Alrine.
"Oh iya hehehe maap." cengirnya.
"Kenapa pada bisik-bisikan?" Sofie bingung.
"Gak ada apa-apa kok,"
"Yaudah, hmm, gue penasaran deh katanya kalo sepasang anak kembar bisa telepati, karena ikatan batin mereka yang kuat. Emang bener ya?" tanya Sofie.
"Ga tau juga sih, kalo soal ikatan batin bener. misalnya kalo gue sakit, Ren dan kak Ian juga ikut sakit gitu juga sebaliknya,"
"Wah keren! Gue pengen deh punya sodara. Jadi anak tunggal itu gak menyenangkan, sendirian."ujar Sofie lesu.
"Ditambah lo itu jomblo!" Alrine segera berlari keluar kelas sambil tertawa meninggalkan Sofie yang geram dan Alreni yang tertawa juga.
"ALRINE! AWAS LU YA!!" teriak Sofie geram.
"Selow mbak, palingan juga entar dia balik," Alreni yang masih tertawa mengeluarkan dompet berwarna hitam bercorak putih. "Nih,"
Sofie menyeringai.
"Kita hitung,"
"Satu,"
"Dua,"
"Tig-"
"Ren, liat dompet gue gak?" Alrine tiba-tiba datang dengan keringat yang mengucur didahinya.
"Hai, Rin." Sofie tersenyum. Tidak! Tersenyum jahat.
"Eh Sofie jones, Hai juga."jawabnya polos.
"Apa-apa? Sofie apa?" Sofie melembut.
"Sofie jones," Alrine yang menyadari kata-katanya langsung menyumpal mulutnya dengan tangannya. "Hehe, keceplosan, Sof. Peace."cengirnya dengan jari berbentuk V.
Sofie menjitak Alrine.
"Aduh, pala mulus gue." Alrine mendengus.
"Rasain! Makanya mulut itu disaring dulu."
"Kan faktanya emang jones." gerutunya pelan namun bisa terdengar ke telinga Sofie.
"Apa lo bilang?!"
"Ah ga ada kok." cengir Alrine lagi.
Sofie pun beranjak pergi keluar kelas.
"Dasar jones, hobinya lari dari kenyataan." bisiknya ke Alreni.
"Lo juga jomblo kali, Rin"
"Oh iya, tapi setidaknya gue gak ngenes," Alrine membela dirinya.
"Serah lo deh, gue ke kantin dulu"
"Eh dompet gue lo liat gak?"
"Nih," Alreni menyodorkan dompet tersebut. "Lain kali, kalo barang penting itu dibawa jangan dianggurin."
"Iyaa, Bawel."
_÷_
REVISED
-11 Juni 2017-
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Mystery / Thriller[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...