"Kepribadiannya yang lain? Apa yang kau bicarakan?!" gertak Ferron, Ayah Arella. Kini mereka berada di ruang introgasi, mereka; Ferron, Alrine, Alrian, Alreni, juga Arya selaku kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah.
Baru saja Alrian akan menjelaskan, salah satu polisi membawa sebuah map dan memberikan kepada Ferron.
Ferron membuka map tersebut lalu membacanya tangannya meremas map itu, "Lihat?! Dia pernah membunuh seorang gadis di sekolahnya pada umurnya yang ke tiga belas tahun, sudah jelas dia yang membunuh anakku!" bentak Ferron marah sambil menunjuk Alrine yang mulai terisak.
"Memang menurut data itu Alrine yang membunuh gadis itu dan juga anak anda, tapi sudah kubilang itu bukan Alrine!" balas Alrian berapi-api.
"Rian, biar om yang bicara," ucap Arya sambil menenangkan Alrian. "Pak Ferron, saya tahu anda sangat terpukul dengan kehilangan anak anda, Arella. Tapi tolong, dengarkan penjelasan dari kami."
"Jelaskan sekarang!"
Arya menghela nafasnya, "Seperti yang di katakan Rian tadi, yang membunuh Arella bukanlah Alrine, tetapi alter ego atau kepribadian ganda dari Alrine yaitu, Sierra."
"Kepribadian ganda? Yang benar saja," Ferron tertawa, "data ini telah menjelaskan kalau dia membunuh korbannya, tanpa adanya riwayat penyakit bahwa dia memiliki kepribadian ganda." ucap Ferron sambil melempar map itu di meja. "Walaupun di tubuh jenazah anak saya tidak ada sidik jarinya, namun dengan data-data ini akan memberatkan hukuman pidananya!"
Arya, Alrian, dan Alreni menatap tajam Ferron. Polisi licik batin mereka dalam hati.
"Sebaiknya kalian mencari bukti yang kuat untuk membebaskannya, karena saya tidak akan biarkan, orang yang membunuh anak saya dapat hidup tenang, ingat itu!"
Setelah berbicara, Ferron menyeret Alrine dari kursinya dengan kasar, alhasil Alrine meringis karena pergelangan tangannya tergores borgol. "Pak! Bisa lembut gak sama perempuan?!" bentak Alrian tidak terima. Ferron tak menjawab dan langsung keluar tapi sebelumnya berbisik sesuatu pada anggota polisi didepan pintu ruangan introgasi.
Alrian menggenggam pergelangan tangan Alrine yang lebam dengan lembut, kemudian mengelap air mata di wajah Alrine.
"Lo pasti bakal bebas! Kita semua janji bakal bikin lo keluar dari sini.""Gue janji, lo akan bebas, stay strong, twin." Alreni memeluk Alrine.
"Om bakal berusaha buat kamu keluar dari sini." Arya menepuk-nepuk pundak Alrine.
"Tahanan harus di bawa ke dalam sel." ucap anggota polisi, kemudian Alrine pun di tuntun ke dalam selnya.
Sel Alrine berukuran sempit, dan hanya sendiri, sedangkan sel lain berukuran luas dan di penuhi orang-orang berjumlah 3 sampai 6 orang.
Ia meringkuk menenggelamkan kepalanya di dalam lipatan tangangnya dan mencoba untuk tidur.
_÷_
Alrine POV
Disinilah aku, di atas lantai dingin di samping besi sel yang dingin juga. Entah ini sudah jam berapa, sore atau malam, aku tidak tahu. Letak sel ku tanpa adanya ventilasi udara. Hanya AC saja yang menjadi udara buatan.
Baju seragam yang masih ku pakai, tidak bisa membuat suhu tubuhku hangat.
Dingin sekali.
Aku menggosok-gosokkan telapak tanganku lalu memeluk tubuhku, mencoba mencari kehangatan.
"Ini makananmu dan pakaian tahanan untukmu." ucap sipir penjara sambil menyodorkan makanan dan pakaian itu dari sela-sela bawah penjara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Mystery / Thriller[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...