Lionel POV
"Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang diketahui..." Penjelasan pak Dzaki terdengar seperti dongeng tidur di telingaku, guru kimia dengan penjelasan tempo yang lambat cukup berhasil membuat hampir seluruh murid dikelas mengantuk hingga ada yang tertidur. Hanya Trio Jenius; diantaranya Esti si cupu, Stella si tukang caper, dan Tirta si poni panjang.
"Sudah mengerti semua?" tanya pak Dzaki.
Nah, kalimat ini yang membuat murid bimbang, jika dijawab 'iya' beliau akan segera memberikan kuis dengan soal berjumlah 5 nomor, jangan bilang aku lebay, yang kumaksud adalah 5 nomor dengan a-b-c-d. Jumlahkan saja sendiri berapa jumlah soal yang harus kami kerjakan.
Jika kami menjawab 'belum' seperti ini,
"Belum ngerti, Pak," jawab Fanny si caper.
"Baiklah, jika belum ngerti, kalian baca bab 3 yang baru bapak terangkan, setelah itu kalian rangkum, besok pagi sebelum apel kalian harus kumpul, akan diambil nilai kehadiran untuk hari ini."
Mulailah terdengar banyak gerutuan dari para murid.
"Sampai disini pelajaran kita, sampai bertemu besok pagi." Pak Dzaki membetulkan kacamatanya kemudian keluar membawa buku sejarahnya.
"Pak Dzaki kalau ngasih tugas, suka gak pake hati," gerutu Revan dibelakangku.
"Kejam." timpal Kevin yang sebangku dengan Revan.
"Kerja tugas bareng yuk," usul Fendy di sampingku, yeah dia pindah disampingku karena Alrine si gadis aneh itu beberapa hari ini tidak masuk. Terakhir kali aku melihatnya; Alrine, waktu di acara penutupan perkemahan, dia sedang bertelepon di belakang panggung, esoknya saat pembongkaran tenda, aku sudah tak melihatnya. Dan kemarin kudengar dari Revan kalau Alrine ditangkap polisi.
"Bilang aja kalo lo mau nyalin punya gue," ucapku.
"Tau aja, boleh ya boleh? Nanti gue bantuin lo nyari cewek aneh lo itu," celetuk Revan. Dasar mulut ember!
"Revan, bosen hidup?" tanyaku sarkastik.
Ia menyengir sambil menaikkan dua jarinya yang berbentuk V, "peace, bro."
"Cewek aneh?" Fendy mengernyit.
"Anak baru, penghuni asli bangku yang lo dudukin," Ingatkan aku untuk menampar hidung peseknya nanti.
"Lo suka sama Alrine?" tanya Kevin.
Aku mendengus lalu menatap tajam Revan kemudian pergi keluar kelas. Setelah ini kelas lowong, jadi aku memutuskan pergi ke kantin. Sambil berjalan di koridor sekolah, aku melihat mading, disitu tertulis 'Rest in Peace, Arella Ryan.' Dengan foto Arella di atasnya, aku termenung, baru tempo hari ia mengamit lenganku -walau aku tak menghiraukannya-, dan sekarang, dia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku masih penasaran kenapa dia meninggal, padahal dia terlihat biasa-biasa saja, tak menunjukkan dia sakit.
Ku lanjutkan langkah kakiku kembali menuju kantin. Saat sedang menuju kantin aku berpapasan dengan om Arya, yang sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. Aku tetap berjalan karena perutku sudah kelaparan.
"Ada apa dengan Alrine?" pertanyaan om Arya dengan seseorang ditelpon membuatku terhenti.
Tunggu dulu, Alrine? Ada hubungan apa om Arya dengan Alrine?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Misterio / Suspenso[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...