Author POV
"Kira-kira siapa yang meneror kamu, Rin? Adakah yang kamu curigai?" Mereka ; Alrine, Alrian, dan Reza, sedang berkumpul dalam suatu Kafe di dekat rumah sakit. Sementara yang lain sedang mempersiapkan hal-hal untuk pergi ke villa keluarga Janvers pada besok lusa. Usai mendapat surat berisi teror, Alrine memutuskan masalah ini hanya Alrian -karena Alrian yang bersamanya tadi- dan Reza -karena ia bekerja di kepolisian- yang mengetahui. Ia tidak mau menambah pikiran keluarganya.
"Aku nggak tahu, om. Yang pasti dia mengetahui tentang Sierra dan pasti dendam pada Sierra."
"Apa jangan-jangan ibunya Arella?" celetuk Alrian.
Alrine dengan spontan menggeleng, "Nggak mungkin, gue yakin ibu tadi bersungguh-sungguh memaafkan Sierra."
"Siapa aja yang tahu keberadaan Sierra selain orang-orang dekatmu?"
Alrine berpikir sebentar, "Om Reza, Dokter Bryant, dan..." Mata Alrine terbuka lebar, "Astaga! Brie dan Jessie!"
Alrian ikut melotot, "Yah! Mereka juga yang melaporkan kalau Rin di rumah sakit papa ke polisi waktu itu, karena gue sempat melihat Brie di parkiran rumah sakit!"
"Baiklah, kita akan menyelidiki mereka berdua," putus Reza dengan ujung bibirnya yang terangkat, "tetapi kali ini biarkan mereka yang bekerja, Rin."
_÷_
Alrine berjalan keluar dari toilet wanita didalam kafe itu, sementara ia berjalan, seorang gadis yang sedang terburu-buru tak sengaja menyenggolnya sehingga kopi yang dibawa gadis itu mengotori kaus putihnya.
"Maafkan saya, saya buru-buru." ucap gadis itu pada Alrine kemudian langsung pergi.
"Tanggung jawab dulu kek, emang kata 'maaf' doang, bisa bersihin baju gue?" gerutu Alrine lalu melanjutkan jalannya sambil membersihkan noda hitam di bajunya. Saking sibuknya ia menabrak seseorang. Double shit! gerutunya lagi. Sepertinya ini hari sialnya. Ditabrak dan menabrak orang.
Laki-laki itu berbalik kebelakang melihat siapa yang menabraknya. Alrine terkejut melihat laki-laki itu.
"Leo?" panggilnya, senyuman lebar terbit diwajah yang tadi penuh kesal. Alrine begitu merindukan laki-laki es didepannya. Sedangkan yang dipanggil hanya menatapnya dingin namun tidak seperti biasanya. Sorotan tajam oleh mata Lionel dirasakannya. Ia bingung dengan Lionel.
"Jauh-jauh dari gue, pembunuh!" Lionel mendorong Alrine, untung saja kafe itu sepi hingga tidak ada pelanggan yang terganggu. Alrine yang mendengar perkataan Lionel yang begitu menusuk dan perlakuan laki-laki yang ia cintai padanya, merasakan perih di dada kanannya.
"Apa maksud lo?" tanya Alrine suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.
"Ternyata benar lo pembunuh Arella, lo munafik, Rin, lo munafik!" Lionel terus memaki Alrine, gadis itu pun hanya bisa menunduk sambil menangis diam. Hal itu membuat seorang pelayan wanita yang melihat pertengkaran mereka berdua melapor pada Alrian dan Reza.
Alrian yang mendengar hal itu langsung geram dan berjalan cepat menuju Lionel dan Alrine.
Sesampainya, Alrian menonjok Lionel keras, Alrine pun terkejut laki-laki didepannya tersungkur di lantai marmer kafe itu.
"BERANINYA LO KASAR SAMA ADIK GUE?!" Alrian ingin menendang perut Lionel namun di cegah Alrine.
"Udah, kak! Rin yang salah!" Alrine menenangkan amarah kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Mystery / Thriller[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...