Chapter 14 - Flashback

2.4K 185 2
                                    

Flashback, 7 years ago.

Hari ini Alrine dan keluarganya akan pergi ke villa peninggalan opanya untuk menghabiskan liburan sekolah.

Ia membantu Alrian dan Richard; papanya, mengangkat koper berisi pakaian, barang, dan sebagainya untuk keperluan di villa nanti, kemudian masuk ke dalam mobil. Andina; mamanya, dan Alreni sedang berada disupermarket depan perumahan, entah apa yang mereka beli sehingga hampir satu jam mereka disana.

Tak sabar menunggu, Richard mulai menjalankan mobil setelah mengunci dan mengecek seluruh rumah.

Tepat saat mereka keluar komplek perumahan, Andina dan Alreni baru saja keluar dari supermarket membawa kantong-kantong kresek.

Setelah memasukkan barang-barang belanjaan ke dalam mobil, mereka melanjutkan perjalanan.

_÷_

Setelah beberapa jam sampailah mereka di villa, Alrine pun keluar dari mobil dan mengambil barang-barang di dalam mobil kemudian langsung mengekori Richard masuk ke dalam villa.

Villa yang bergaya vintage tahun 90-an, terlihat misterius dari luar namun terlihat megah jika sudah didalam rumah. Terlihat hamparan rerumputan hijau di sekitar villa menambah kesan sejuk dan asri.

"Rin, kamu Rian sama Ren di kamar yang itu," Richard menunjukkan kamar berpintu kayu, "kalo papa sama mama diseberang itu." Richard kembali menunjukkan kamar yang diseberang kamar itu.

"Iya, pah. Aku masuk dulu ya." pamit Alrine yang dibalas anggukkan papanya.

Setelah merapikan barang-barangnya, Alrine menghempaskan tubuhnya di ranjang king size melepas pegal akibat perjalanan tadi. Merasa bosan hanya berguling-guling, dia memutuskan untuk berkeliling villa sendirian karena Alrian sedang bersama Richard memperbaiki mobil yang tadinya sempat bermasalah, sedangkan Alreni bersama mama yang memasak untuk makan malam nanti.

Ia berjalan ke arah kolam renang di belakang villa, sementara berjalan, matanya tak sengaja melihat kamar tamu yang letak kamar itu berada dekat kolam renang.

Karena penasaran, tangan mungilnya membuka knop pintu kamar berwarna coklat tua itu. 'Wah!' Satu kata yang menggambarkan ekspresinya. Kamar ini memiliki ranjang yang ditutupi kain putih, dan cermin yang sangat besar. Dia mendekatkan tubuhnya ke cermin itu.

Alrine melihat bayanganya di cermin itu, bajunya yang berwarna putih dan jeans hitamnya tampak jelas di cermin itu.

Namun Ada yang aneh, saat dirinya tersenyum, bayangannya hanya diam sambil menatapnya dengan datar tanpa ekspresi.

"Kenapa aku dan bayanganku di cermin, berbeda?" batinnya.

"Karena aku bukan kamu, walaupun kita sama." ucap bayangannya di cermin, sontak Alrine terjengkang ke belakang. Suara dingin begitu mengintimidasinya juga kejadian yang tak masuk akal yaitu, bayangan yang berbicara.

"A-apa? Bayangan di cermin ini berbicara? Aku pasti berhalusinasi." batinnya lagi.

"Kau tidak berhalusinasi, aku adalah kamu, namun kita berbeda." ucap bayangannya lagi dengan nada yang sama.

Alrine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang