Author POV
Hari ini adalah hari terakhir para murid-murid Angkasa High School mengadakan perkemahan mereka, karena besok mereka harus kembali dan bersekolah seperti biasa. Banyak murid yang bersungut tidak ingin kembali, karena pemandangan alam yang di suguhkan.
Sementara yang lain sedang berkemas-kemas atau menyiapkan acara untuk sebentar malam, Kara yang berada di tubuh Alrine, bersama Alreni,Alrian,Sofie, dan Bryant sedang berkumpul di bawah pohon dekat danau. Setelah berjuang memaksa Kara agar berkumpul bersama mereka, akhirnya Kara mengiyakan.
"Jadi, dok, gimana cara buat kembaliin Alrine lagi? Udah beberapa hari Kara yang mendiami tubuhnya," Alreni bertanya kepada Bryant. Sedangkan yang di sebut; Kara. Hanya diam dengan wajah datarnya.
"Saya juga gak tau, soal ini hanya Alrine saja---" Perkataan Bryant terpotong karena melihat Kara tersenyum, ah bukan tersenyum, melainkan menyeringai kemudian berlari meninggalkan mereka.
"KARA!" panggil Alreni, lalu mereka pun berlari mengejar Kara meninggalkan Bryant yang terdiam bergulat dengan pikirannya.
Ponsel Bryant berdering tanda telepon masuk. Ia pun tersadar dan menggeser jarinya, menerima telepon masuk itu.
"Halo?"
"Kak, Resya kak, Resya pingsan!" ujar lawan bicaranya sambil menangis.
"Apa?! Kakak akan kesana segera, kamu jangan panik!" Bryant ikut panik mendengar ucapan lawan bicaranya.
Bryant menutup telepon, dan segera pergi ke mobilnya yang berada tak jauh dari tempatnya.
_÷_
"Kara kemana, sih?" tanya Alrian terengah-engah karena berlari.
"Iya, cepet amat larinya, padahal gue duluan yang ikutin," ujar Alreni terengah-engah juga.
"Eh omong-omong, dokter Bryant kok gak ikutin kita?" Alrian menengok ke arah belakang asal mereka berlari.
Alreni mengedikkan bahu, "Mungkim ada urusan, dokter Bryant kan gitu, suka ilang."
"Kita mencar aja biar cepet ketemunya, gue sama Ren ke sana," Sofie menunjuk arah hutan yang tidak terlalu dalam, "Ian, lo ke perkemahan aja, mungkin Kara ke situ."
"Yaudah deh, kalian hati-hati dikit lagi mau sore," kata Alrian kemudian beranjak pergi ke arah perkemahan.
Alreni dan Sofie berjalan masuk ke dalam hutan, mereka mencari dan terus memanggil-manggil nama Kara namun sang empunya nama tidak ada. Tersadar bahwa hari mulai larut, mereka memutuskan untuk kembali ke perkemahan. Berpikir bahwa Kara sudah berada di perkemahan karena malam akan tiba.
Saat Alreni akan masuk kedalam tendanya, seorang gadis yang seangkatan dengannya memanggil namanya. Dirinya pun menoleh ke belakang.
"Ren, di suruh sama Ben tuh, ambil perlengkapan buat acara malam ini di mobilnya." Gadis itu menyodorkan kunci mobil Benavo kepada Alreni.
Alreni menerima kunci tersebut, "kenapa gue?" tanyanya heran.
Gadis itu menggedikan bahunya acuh, "Gak tau, gue cuma di suruh aja sama dia, yaudah gue pergi dulu." pamit gadis itu lalu meninggalkan Alreni.
_÷_
Kara yang berlari tak sengaja menyenggol coklat panas dari Brie yang sedang berdiri sambil memainkan gadget-nya.
"Aduh! Panas!" pekik Brie mengipas-kipaskan tangannya yang terkena coklat panas.
"Kenapa, Brie?" tanya Arella dan Jessie yang datang saat mendengar pekikan Brie.
"Tangan gue kena coklat panas, gara-gara dia!" Brie menunjuk Kara.
Arella menengok mengikuti tunjukkan Brie, "Lo lagi, lo lagi! Mau balas dendam karena tempo hari? Sampe Leo lo ambil dari gue dan sekarang, lo sengaja tumpahin coklat panas ke Brie?!" ujar Arella berapi-api sambil mendorong Kara.
"Pertama, gue gak ambil Leo dari lo dan kedua, gue gak sengaja nabrak Brie, dia aja yang main hp di tempat orang jalan!" balas Kara sengit.
"Bohong lo! Sekarang lo ikut gue!" Arella menarik tangan Kara paksa di bantu oleh Jessie dan Brie yang mendorong Kara dari belakang.
"Lepas!" pinta Kara namun tak di gubris mereka bertiga.
Mereka membawa Kara ke tempat yang berada jauh dari perkemahan. Arella mendorong Kara, yang di dorong pun terjatuh membentur tanah rerumputan.
"Lo udah berani cari gara-gara sama kita, lo bakal dapet balasannya, Alrine!" ucap Arella sambil menyeringai.
Jessie memberikan sebuah gunting kepada Arella, Arella menerima gunting itu.
"Rambut lo bagus, gue pendekin mau gak? Atau botak aja gimana?" Arella memain-maikan gunting tersebut di depan Kara yang hanya diam tanpa ekspresi takut atau cemas.
"Kalian salah mencari lawan." ucapan itu keluar dari mulut Kara kemudian tertawa licik, aura-aura pekat mulai menguar dari tubuhnya.
Itu bukan Kara.
_÷_
Alreni telah selesai membawa perlengkapan acara untuk malam terakhir perkemahan mereka, ia sedang kebingungan mencari tempat sampah untuk membuang plastik-plastik sisa makanannya.
Saat ia sedang membuang sampah, ia mendengar suara seorang gadis yang sangat di kenalnya, membalas perkataan lawan bicaranya yang berapi-api.
"Kalau itu Kara, pasti dia gak mau ladenin, ah itu Rin!" batinnya lalu pergi ke arah suara.
Ia melihat Alrine sedang di seret oleh 3 gadis; Arella, Brie dan Jessie. Ia mengejar mereka dan mendapati Alrine tersungkur di tanah.
Ia pun keluar dari persembunyiannya namun terhenti karena ponselnya yang bergetar tanda telepon masuk.
"Halo, dok?" Alreni menerima telepon yang peneleponnya adalah Bryant.
"Halo, Ren! Yang tadi itu bukan Kara atau Alrine tapi--" Alreni menjatuhkan ponselnya saat mendengar ucapan di sertai tertawa licik yang berasal dari Alrine.
"Sierra..."
~●~
REVISED
-13 Juni 2017-

KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Mistério / Suspense[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...