Chapter ini 40% ada Sierra-nya. cuma dikit sih seramnya (menurutku)
[Harshwords detected]
Happy Reading!
__÷__
"Mencariku?" suara dingin yang menusuk keluar dari mulut Alrine yang kini di kuasai Sierra.
Sierra mendongakkan kepalanya ke atas dan menatap datar Ferron. Ferron yang ditatap, bergidik ngeri. Aura dari Sierra sangatlah pekat.
Tiba-tiba pistol yang di todong oleh Ferron terlempar, dan Sierra langsung mencekik Ferron dengan rantai kecil diborgol di kedua tanganny, sangat cepat. Reza yang sedari tadi diam tak ingin ikut campur langsung keluar dari ruang introgasi dan memanggil bantuan dari anggota-anggota polisi.
"Kau menyiksanya! Kau akan merasakan lebih dari yang dia rasakan." ucap Sierra penuh penekanan, iris mata coklat milik Alrine berubah menjadi hitam pekat.
Wajah Ferron memerah, nafasnya tersenggal-senggal sambil mulutnya berusaha mencari nafas.
Pintu ruang introgasi terbuka keras, salah satu polisi menembakkan obat bius pada Sierra yang makin mengeratkan cekikannya. Cekikan dari Sierra pun melemah membuat Ferron oleng dan pingsan akibat kekurangan nafas. Sierra yang tak sadarkan diri, dibawa ke dalam selnya.
_÷_
"Kenapa kamu membunuh anakku, Arella?" tanya Ferron, matanya menatap tajam pada Sierra. Meski tanda rantai kecil di borgol masih berbekas, tak membuat dirinya gentar dengan Sierra.
Sierra mengetuk-ngetuk dahinya seperti sedang mengingat-ingat, "Oh ya! Si Tante Rempong itu ya," Ferron ingin menamparnya namun di tahan oleh Reza, "Dia ingin memotong rambut Rin, jadi ku potong saja hidupnya." ucap Sierra dengan santai.
"SIALAN!" Kali ini tangan besar Ferron tak dapat di tahan dan menyentuh keras rahang Sierra, sehingga ujung bibirnya berdarah.
"Like father like daughter, suka menyiksa orang," Sierra menjilat darah diujung bibirnya. "Manis, seperti darah anakmu, aku tak sabar merasakan darah yang mengalir deras langsung dari tubuhmu." Ujung bibirnya terangkat keatas membentuk seringaian.
"Ehm, sudah berapa orang yang menjadi korbanmu?" Reza yang diam mengamati akhirnya bersuara.
Sierra menoleh ke asal suara, "7, satu kakak kelas, lima preman, satunya lagi Arella."
"Lima preman?"
"Ya, preman-preman sialan, ingin membegal Rin dan Ren, akhirnya ku begal saja nyawanya." Sierra tertawa.
"Tunggu, mayat-mayat di lorong sempit dengan huruf 'S' diwajahnya dari goresan benda tumpul? Kau yang membunuh mereka?" Ferron bertanya.
Sierra menjentikkan jarinya, "Seratus untukmu, Pak Tua."
Reza berdehem, "Bisa kau bangunkan Alrine?"
"Jangan terburu-buru, aku saja belum merasakan 'kenang-kenangan'," Sierra menoleh dan menatap tajam Ferron, "Tunggu sampai aku membunuhmu, Pak Tua." Sierra menyeringai.
"Mungkin kau tidak punya waktu untuk membunuhku, karena kau akan sibuk dengan penderitaanmu disini."
"Benarkah? Kurasa kau akan mati duluan sebelum aku menderita, apa kau tidak dapat mencium bau tanah kuburan dari tubuhmu?" Telak. Ferron terdiam, perkataan Sierra cukup membuatnya gemetar. Ditambah aura-aura aneh di sekitar Sierra, membuatnya takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Misterio / Suspenso[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...