Sepulangnya Lionel dari sekolahnya, ia langsung membuka pintu rumahnya. Ia berjalan menuju dapur karena merasakan haus di tenggorokannya, di lihatnya punggung seorang gadis tengah 'mengobrak-abrik' kulkas besarnya.
"Ngapain lo?" suaranya menginterupsi, sang gadis -yang adalah Alrine- pun tergelak kaget hingga kepalanya terantuk pintu kulkas.
Sambil mengusap kepalanya yang terasa nyeri Alrine membalikkan tubuhnya menghadap Lionel, "gue laper. Pembantu lo tadi telepon katanya nggak bisa dateng, anaknya sakit."
Lionel hanya mengangguk sebagai balasan. Ia meraih gelas kaca di meja dekatnya kemudian mengisinya dengan air lalu diteguknya hingga tandas.
Alrine menengok jam di pergelangan tangan kirinya, "tumben jam segini udah pulang?"
Baru saja Lionel menjawab, matanya tertuju pada jam tangan yang dipakai Alrine, jam digital berwarna hitam dengan garis putih horizontal.
"Lo ketemu jam itu dimana?" tanya Lionel dengan tatapan intimidasinya.
Alrine mengernyit kemudian menengok kembali jam di pergelangan tangannya, "ini? Gue ketemu di lemari kamar yang semalam. Tergeletak gitu aja, padahal bagus. Jadi gue pake." jelasnya.
"Lepas!" suruh Lionel.
Alrine mendengus kesal, kemudian memberikan jam tersebut kepada Lionel. Tentunya dengan ketidakrelaannya. Setelah memberikan jam itu, Alrine pergi menuju tangga untuk ke lantai dua.
"Hey!" panggil Lionel padanya yang akan menanjakkan kaki di ubin tangga.
Alrine menoleh ke arah sang pemanggil, "apalagi?! Mau ambil baju yang gue pake juga?!" jawabnya ketus.
Lionel tertawa dalam hati mendengar nada ketus Alrine. "Lo mau makan apa?"
Raut wajah kesal Alrine berubah menjadi heran, serius dia nanya gue mau makan apa? batinnya bertanya-tanya.
"Emang lo bisa masak?"
"Males, gue mau pesen online,"
Jawaban Lionel membuat ukiran senyum lebar di wajah Alrine matanya berbinar seolah-olah mendapat berlian berlapis emas murni, "PIZZA! Gue pesen pizza!" serunya.
Lionel memutar bola matanya. Kemudian beralih ke benda pipih di genggamannya.
_÷_
"LEO!! MATIIN TVNYA!" Jeritan keras dari Alrine memenuhi seluruh sudut rumah karena ketakutannya melihat adegan seram dari film horror yang di tonton oleh Lionel. Tak sadar ia memeluk lengan dan bersembunyi di belakang pundak laki-laki itu.
Lionel berdehem menyadari lengannya di peluk, ia merasa ada gelenyar aneh ditubuhnya.
Alrine yang baru sadar bahwa ia memeluk lengan Lionel langsung melepaskan lipatan tangannya.
"Sorry, soalnya gue kalau takut film horror selalu meluk kak Ian. Jadi refleknya ke elo tadi." jelas Alrine malu.
Lionel tidak menghiraukan penjelasan Alrine, ia memfokuskan dirinya untuk menonton film. Alrine merasa kesal karena dihiraukan memilih untuk pergi kamar. Saat dia beranjak tiba-tiba muncul kembali adegan seram yang membuatnya terkejut dan menjerit takut.
"Berisik!" gertak Lionel."Lagian lo muter film horror! Udah malem juga," omel Alrine.
"Terserah gue, kan lo yang tiba-tiba datang ganggu gue."
Mereka sedang berada di ruang santai di rumah Lionel. Setelah menghabiskan makanan yang dipesan tadi, Lionel memilih untuk movie marathon karena besok sekolahnya diliburkan karena acara penamatan kakak-kakak kelasnya. Dirinya yang lebih memilih untuk memeluk bantal gulingnya seharian di ranjang ketimbang menghadiri acara yang erat dengan keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrine (End)
Misteri / Thriller[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit mental DID (Dissociative Identity Disorder) atau gangguan kepribadian, ia hanya ingin menjalani kehidupan...