Chapter 26

1.9K 151 4
                                    


Enjoy this chapter!

Alrine POV

Aku menuruni tangga rumah dengan langkah gontai, jam menujukkan hampir jam 1 subuh. Sejak di penjara hingga sekarang aku sering terbangun sebelum waktunya dan setelahnya aku merasa susah tidur.

Merasa haus, aku memilih untuk mengambil air minum dan 'mencuri' isi kulkas milik Leo, haha.

"Ngapain lo?" Suara seseorang mengagetkanku, aku menoleh kebelakang mendapati Leo yang shirt-less, SHIRT-LESS!

Segera kututupi mataku dengan kedua tangan.

"LEO! PAKE BAJUNYA!" teriakku padanya.

Hening...

Aku mengintip sedikit, kulihat Leo sudah tidak ada ditempatnya berdiri tadi. Dimana dia? batinku.

Tiba-tina kurasakan hembusan nafas seseorang dibelakangku. Aku memberanikan diriku menoleh kebelakang.

Dug

Aku mengusap kepalaku yang terasa panas akibat terantuk sesuatu, itu Leo yang sudah memakai kausnya, siapa lagi yang laki-laku berbadan tembok seperti dia dirumah ini?

Aku mendongakkan kepalaku ke atas, dagu kokoh dengan bulu-bulu tipis milik Leo ku lihat pertama kali, dia terlihat dewasa dan tampan jika dilihat dari dekat walaupun dari jauh juga dia tetap tampan. Apa aku mulai menyukainya?

"Udah liatnya?" suara Leo menyadarkanku. Aku pun gelagapan sendiri, mundur beberapa langkan menjauhi dia.

"Eh uhm... lo ngapain malam-malam nggak pake baju?" tanyaku mengalihkan topik.

"Berenang," jawabnya sambil meraih cola didalam kulkas kemudian meminum cola itu. Mulutku menganga, Malam-malam berenang lalu minum cola dingin? Is he crazy?

Kuraba dahinya, barangkali anak ini butuh penanganan kesehatan.

Leo menepis tanganku, "Apaan sih!"

"Lo sakit?"

"Lo yang sakit jiwa! Gue nggak apa-apa." Aku tergelak kembali, kenapa gue yang dikatain sakit jiwa? pikirku

"Habisnya, lo mandi kolam malam-malam juga minum cola dingin, yang sakit lo bukan gue!" balasku berapi-api.

"Terserah gue, lo bukan siapa-siapa gue bisa larang-larang gue!" Leo meninggikan suaranya lebih ke arah bentakan. Aku memundurkan langkahku merasa sedikit takut akan suaranya.

Kulihat pantulan diriku dari matanya yang berair seperti habis menangis.

"Maaf..." ucapnya lirih lalu pergi meninggalkanku.

Bagaimana bisa laki-laki sedingin es itu menangis?

_÷_

Author POV

Lionel membuka pintu kamarnya kasar kemudian menutupnya kembali. Ia meraih sebuah bingkai berisikan dua laki-laki remaja yang saling merangkul dengan senyum yang merekah di wajah keduanya.

"Kak, gue nggak bisa jaga bidadari kita, dia butuh lo kak. Dia butuh lo yang pengertian bukan gue yang bahkan membentaknya tadi." Lionel menatap sendu bingkai foto tersebut.

Sejak kematian kakak kembarnya, Ardo dan mamanya. Lionel sering depresi, di tambah ketidakhadirnya sosok papa yang tidak bisa selalu bersamanya karena urusan pekerjaan. Lionel sendiri. Lionel melampiaskan frustasinya dengan berenang tengah malam dan cola dingin, ia tidak takut sakit. Dengan sakit, Lionel bisa bertemu Ardo dengan segera. Seandainya.

Alrine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang