Fragmen 15

1.5K 11 0
                                    

                        Berhenti Berharap



“Gila kamu, Indira!” protes Ava begitu Pak De tak terlihat lagi.

Indira hanya menunduk dengan wajah merah padam, menahan malu dan jengah yang menerpa begitu birahinya mereda. Ava sadar, dirinyapun ikut bersalah dalam hal ini, terbawa suasana hingga terlarut dalam persetubuhan yang beresiko itu, tapi tetap saja...

“Kalau ketahuan Pak De gimana?! kalau kamu hamil?”

“Aku suruh pacarku tanggung jawab,” sahut Indira, lalu memalingkan muka.

Angin berhembus masuk ke dalam studio, menghembuskan suatu perasaan yang aneh di dada Ava. Seharusnya ia merasa lega, namun perkataan Indira yang terakhir itu seperti seserpih perih yang menari pelan di permukaan hatinya.

“Ava, maaf... nggak seharusnya aku ngelakuin ini sama kamu... dan... umm...” Indira terdiam, seperti hendak tak jadi melanjutkan kata-katanya.

“Terus apa?”

“Yang tadi jangan kamu masukin ke hati, ya…” kata Indira sambil memainkan ujung rambutnya.

“Maksudmu?”

“Maksudku, yang tadi gak kamu ‘masukin ke hati’ kan?” sambil duduk di samping Ava, menyandarkan kepalanya di pundak pemuda itu. “Well…” Indira memegang wajah Ava, membelai brewoknya. “Kamu... cukup menarik, kok.... dalam arti tertentu..”

Sungguh, hati Ava seperti diombang-ambingkan oleh perasaan yang tidak menentu.

“Tapi... duuh, gimana ya? Aku jadi nggak enak sama kamu…” kata Indira sambil memainkan ujung rambutnya yang bergelombang. “Tolong dibedain yah, Va... masalah nafsu dan.… uuuuuum… cinta?” Indira menggigit bibir bawahnya.

Ava tahu, seharusnya ia tidak membawa-bawa perasaan dalam hal ini. Segala yang terjadi barusan, ataupun minggu lalu di air terjun hanyalah suatu gejolak hewani yang siapapun tidak bisa menahannya.

“Kamu tahu kan… kita… beda?” kata Indira lagi.

“Tahu… dari awal aku tahu, kok.”

Ava juga tahu, tidak mungkin ia mencintai Indira, tidak dengan segala perbedaan yang ada. Sementara perih semakin dekat, semakit pekat memenuhi dada Ava.

“Hehe.. bagus deh. Aku takut kamu... berharap terlalu banyak…”

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada



ParadisoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang