Bulan sabit pucat menggantikan jingga senja di Pulau dewata. Malam ini, dia bercahaya malu-malu dibalik tirai awan tipis, memantul ragu di riak gelombang yang membelai teluk itu.
Dalam semesta seorang Bob, tidak ada yang lebih mendamaikan bumi selain selinting ganja dan segelas arak Bali. Juga ombak yang berdeburan diselingi irama reggae yang mengalun pelan dari speaker murahan di pojokan.
"When the night has come! And the land is dark! And the moon is the only light we'll see!" Bibir kurusnya komat-kamit, matanya mengawang melihat langit gelap dengan bulan sabit yang bersinar pucat.
Dalam semesta seorang Bob, hidup hanya berada pada satu titik: saat ini. Tak ada mimpi yang dicari, tak ada masa lalu yang membuntuti, yang ada hanyalah detik ini. Detik yang dianugerahkan Tuhan dengan cuma-cuma padanya -dan Bob tahu cara menikmati setiap detik dalam hidupnya.
"No, I won't be afraid! no, I won't be afraid! Just as long as you stand, stand by me.." Bob menenggak segelas arak di bar-nya yang sepi. Pahit arak segera dinetralisirnya dengan hisapan asap kanabis yang membuatnya terbang menuju nirwana.
Satu-satunya yang mengusik kedamaiannya malam itu hanyalah suara mobil VW safari yang berderu di tempat parkir "The Rastafarian Pilgrims." Bar reggae murahan yang terletak di pantai Kelan di pinggiran Jimbaran.
"Kampret, gue kira tamu!" kata Bob, saat melihat yang datang. Seorang wanita berambut pendek dengan celana skinny jeans dan tank top putih ketat, lengan kirinya dipenuhi tatoo, Sheena.
Sheena mengendus.
"Anjrit, lu nyimeng ya?"
Bob nyengir dan terkekeh, namun sedetik kemudian pandangannya sudah tersita oleh bidadari mungil yang mengintil di belakang Sheena.
"Eh, kenalin! Indira!" kata Sheena cepat.
Bob melongo seperti orang bego ketika bersalaman dengan Indira.
"B-bob."
"Ini Ava!"
Ava yang berjalan paling belakang menyodorkan tangan.
"Ava."
"B-bob." Bob bersalaman, mengucek-ngucek mata sejenak.
"Fuck, man... gue mabuk?" katanya sambil menenggak satu gelas arak langsung tandas.
"Sepi banget." Sheena duduk di barstool di samping Bob, melihat bar yang lengang.
"Bulan ini sudah terhitung Low season," Bob menyahut pendek.
Sheena menyalakan sebatang rokok. Membuka dompetnya, dan mengeluarkan 5 lembar uang 100 ribuan.
Bob menggeleng.
"C'mon. man! kan udah gue bilang nggak usah dibalikin."
Sheena menyumpalkan lembaran uang itu ke tangan Bob.
"Thanks, bro!"
"Apaan sih! No man, no!" Bob protes.
Sheena malah merebut cimeng Bob, menghisapnya sekali sebelum mengembalikannya.
"Kamu bener, Bob. Everything is gonna be alright..."
Kali Ini Sheena menyumpalkan uang itu di rambut gimbal Bob, membuat rastafarian itu hanya bisa terkekeh-kekeh. Dari hasil menjadi model telanjang di rumah Pak De (total 5 lukisan) dan menjadi asisten di galeri, pagi tadi Sheena menerima gaji pertamanya. Dan hal paling pertama yang dilakukannya adalah membayar hutangnya pada Bob.
"Na, mending buat lunasin hutang lu ke siapa itu?"
"Boss Jaya... " Sheena menelan ludah, teringat pada preman-preman penagih hutang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradiso
Fiksi PenggemarCarita ini bukan ane yang buat, ane hanya membantu shere cerita ini. Bagi yg berminat membaca cerita ini silahkan. Cerita ini, bercerita tentang 3 anak manusia memiliki masa lalu yang sama. Ava, Indira Sheena. Dari persilangan takdir ketiganya, munc...