Fragmen 18

1.2K 15 0
                                    

                     Night in White Satin

Gemuruh ombak Samudera Hindia menghantam tebing kapur yang menjulang. Suaranya menggema ke udara malam yang semakin larut. Awan tipis datang, seperti ranah tabir yang menutup indah ribuan bintang.

Villa itu berdiri angkuh di gigir tebing karang, seakan menantang gerak Sang Baruna yang menggelegak di bawahnya. Cahaya temaram memendar dari dalam bangunan bergaya Avant Garde itu, memantul di kolam renang yang mengelilinginya.

Ada sebuah kamar tidur yang menghadap laut, dengan kolam yang berkilauan tepat di depannya dan berakhir di gigir karang, seolah-olah kolam itu melayang di udara saja. Lampu utama dimatikan, menyisakan pendar jingga dari lampu tidur yang menyala malu-malu serta sinar yang beriak-riak dari bawah permukaan air.

Pintu kaca yang menuju ke luar sengaja dibuka lebar-lebar. Hingga angin laut menyerbu masuk dan menerbangkan kordyn warna putih. Aroma laut melambung memasuki paru-paru sepasang kekasih yang saling bermesraan di atas tempat tidur dengan sprei satin putih. Mereka tidak bercakap, hanya saling membelai. Karena saat ini yang diperlukan hanyalah hening ditimpali sahutan ombak yang seolah ikut mendesah.

Breath deep
The gathering gloom
Watch lights fade
From every room

Indira menyandarkan kepalanya di dada Dewa, membiarkan pemuda itu membelai halus pipi dan rambutnya.

“Yakin nggak pulang?” suara lembut membisik di telinga Indira.

“Buat apa pulang?”

“Nanti dicariin sama Ajik-nya Indira…”

“Kalau aku lebih penting dari lukisannya, mungkin kali, ya... mungkin... itu baru mungkin, loh...” suara Indira tedengar makin lirih.

Dewa membelai rambut kekasihnya. Meski ingin, tak pernah sedikitpun Dewa mampu mengucapkan perasaan yang berkecamuk dalam sanubarinya saat ini. Bahwa bidadari yang berada di pelukannya ini selalu bisa mengingatkannya pada dirinya sendiri. Kehilangan kasih sayang orang tua, disia-siakan oleh orang yang seharusnya mengasihinya. Indira selalu bisa membuatnya merasa berkaca. Berada dalam pelukan Indira membuat Dewa selalu merasakan sensasi keterpisahan sekaligus pertemuan kembali pada belahan jiwa yang terpisah jasad.

Sampai kapanpun Dewa tak akan mampu mengutarakan semua itu. Hanya kecupan hangat yang mendarat di pipi Indira, dan kali ini lebih lama dari sebelumnya. Sebisanya Dewa membiarkan Indira meresapi setiap perasaan yang kiranya bisa tersampaikan melalui setiap gerak bibirnya di pipi gadis itu. Indira tersenyum, merasakan kehangatan membelai kulitnya. Dipeluknya kepala sang kekasih, mengarahkan ciuman itu ke bibirnya yang berbisik, “I love you, Dewa.”

Suara ombak terdengar bersahut-sahutan seolah mengamini perkataan Indira.

Indira juga tahu, tidak diperlukan sepatah katapun untuk mengutarakan kaca cinta sebuah kecupan hangat yang membelai bibirnya sudah lebih dari itu semua. Indira hanya perlu memejamkan mata, dibiarkannya cinta mengalir hangat seiring alun nafas yang senada seirama, yang melambungkannya dalam dunia tanpa daya berat. Indira mendekap eat-erat tubuh kekasihnya. Indira sudah pernah kehilangan, dan kali ini ia tak mau kehilangan lagi.

Remaja yang baru saja berulang tahun ke-15 itu tersenyum, manis-cantik sekali. Dan Dewa tidak bisa menahan diri untuk tidak terus menciumi wajah kekasihnya, membuat Indira semakin tersenyum merona. Pipi Indira merekah dan memerah seperti memproklamirkan kebahagiaannya malam ini. Sementara cahaya yang bergerak seiring riak di permukaan air membelai wajah cantik itu.

Debur ombak terdengar mengiringi lenguhan pelan dari bibir sepasang kekasih yang kini saling membelai. Degup jantung keduanya pun mualai ikut saling bersusulan seiring semakin membaranya ciuman di antara keduanya. Sepasang tubuh remaja itu kini bergumul di atas ranjang. Hingga akhirnya Indira merasakan tangan kekasihnya sudah mulai berani mengusap dan meremas-remas daerah sensitifnya, membuat darah muda Indira yang dipenuhi hormon-hormon pemicu libido kian bergejolak ramai! Indira mengerang, usapan kekasihnya sampai pada belahan kewanitaannya yang lembab.

ParadisoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang